"Harry tidak memikirkan Ginny. Dia tidak pernah membicarakan apapun tentang Ginny!"
"Apa aku pernah membicarakan tentang Fred ke kalian selama perjalanan? Ron, mengertilah. Kita tidak sedang dalam perjalanan menonton piala Dunia Quidditch. Kita sedang berhadapan dengan kematian." Lanielle mulai merasa muak dan lelah karena Ron masih saja bersikeras.
Ron mulai mengerti bahwa Harry dan Hermione tidak mungkin melihat satu sama lainnya seperti itu. Tapi ia masih tidak mengerti kenapa Harry tidak terlihat mengkhawatirkan Ginny atau keluarganya sama sekali.
"Ronnie, aku tidak pernah mengatakannya bukan berarti aku tidak mengkhawatirkan Fred. Itu hanya karena.. Kurasa lebih baik aku bisa berusaha menyelamatkan dia, kita semua, daripada hanya membuang waktu untuk membicarakan seberapa aku mengkhawatirkan dia." Ucap Lanielle mengeluarkan semua isi hati yang ia tahan sendiri selama ini tentang kekasihnya.
"Dan kuyakin Harry juga seperti itu, Ron." Lanjut Lanielle yang kemudian berdiri dari duduknya.
Lanielle berjalan beberapa langkah dari tendanya, ia baru sadar ia tidak memasang perlindungan apa-apa disana.
"Protego totalum.. Selvio Hexia.." Ia merapal mantra yang sekiranya cukup untuk melindungi tenda mereka.
Setelah dirasa aman, ia kembali duduk di depan tendanya. Ron masih terdiam dan berfikir. Lanielle hanya bisa berdoa kawan baiknya itu kembali sadar.
"What the hell, bodoh sekali aku ini!" Gerutu Ron kepada dirinya sendiri. Ia mengacak-acak rambutnya yang sudah panjang itu hingga terlihat sangat berantakan.
Ron kemudian menatap Lanielle dengan tatapan sendu, "Maafkan aku, aku baru menyadari hal itu. Sepertinya kau benar, benda jahat itu mempengaruhi pikiranku!"
Lanielle tersenyum lega, akhirnya Ron sadar.
"Kau baru menyadari itu Ronnie? Ya sudahlah kalau begitu, jadi apa yang akan kau lakukan?" Tanya Lanielle menunggu keputusan Ron.
"Lane, menurutmu apakah mereka bisa memaafkan aku? Memaafkan kebodohanku ini?"
"Hell yeah, mana mungkin mereka tidak memaafkanmu. Mereka pasti mengerti, Ron. Aku saja bisa mengerti kau seperti itu karena kau mengkhawatirkan Keluargamu dan juga dipengaruhi Horcrux itu. Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tanya Lanielle sekali lagi.
Ron menatap Lanielle dengan yakin, "Kita kembali sekarang."
.
.
."Ronnie! Kau bilang kau tahu jalannya!" Teriak Lanielle frustasi, mereka kedinginan tapi mereka tak kunjung menemukan Harry dan Hermione.
"Blimey Lane! Kau terus saja mengoceh! Aku juga tidak tahu dimana ini!"
"Jadi kita tersesat?! Tahu begini kita berdiam diri saja di Pub tadi!
"Kau baru menyadari itu Lane?!"
Lanielle benar-benar lelah berjalan, kaki dan tangannya terasa membeku. Ia mengeratkan syal di lehernya dan tetap mengekori Ron.
"Apa tidak ada hal yang bisa membantu kita menemukan mereka?" Tanya Ron pada Lanielle, melirik tas yang dibawa Lanielle.
Lanielle mengecek tasnya, hanya ada barang-barang yang berguna untuk melarikan diri saja. Makanan, ramuan, tidak ada hal seperti peta bahkan kompas sekalipun.
"Tidak ada apapun. Kita benar-benar tersesat Ronnie. Demi janggut merlin! Ugh! Bisakah ini menjadi lebih buruk lagi?!"
Suara langkah kaki menginterupsi Lanielle yang sedang menggerutu. Tiba-tiba saja mereka dikepung oleh beberapa orang.
"Angkat tangan! Siapa kalian?!" Tanya salah satu dari banyak orang itu kepada Ron dan Lanielle.
Ron dan Lanielle terkejut setengah mati sambil melirik satu sama lain.
"Aku.. Stan Shunpike! Tidakkah kalian mengenalku?!"
Ron berbohong tentang identitasnya dan memberi isyarat pada Lanielle untuk melakukan hal yang sama juga.
"Aku Louis Clowney!" Jawab Lanielle begitu saja terpikirkan Louis, Pygmy Puff nya yang ada dirumah.
"Clowney? Apa kalian pernah mendengar tentangnya?" Tanya salah satu Snatcher itu pada temannya.
Ron mulai merogoh sakunya, begitu juga dengan Lanielle. Mereka melirik dengan takut-takut dan mengirim sinyal seakan mengatakan 'Kau kanan, aku kiri.'
"Expelliarmus!"
"Stupefy!"
Ron dan Lanielle melucuti dan melumpuhkan para Snatcher itu, mereka segera berlari secepat yang mereka bisa setelah mengambil tongkat yang berhasil mereka lucuti.
"Stan Shunpike?! Really?!" Lanielle menatap Ron dengan aneh mengingat Ron justru berpura-pura menjadi kondektur Bus itu.
"Well hanya dia yang terlintas di pikiranku! Dibanding itu, apa pula nama Louis Clowney itu?!"
"Y-ya mana aku tahu! Itu juga yang terlintas di pikiranku!"
Mereka tertawa dalam larinya, setelah cukup lama dan lelah berlari, mereka berhenti didepan sebuah pohon besar. Lanielle tidak ingin ceroboh kali ini, ia lebih dulu memberi mantra perlindungan sementara di sekitar pohon itu.
Setelah itu ia duduk disamping Ron, menyandarkan dirinya di batang pohon yang nampaknya sudah berusia ratusan tahun itu.
"Woah, aku benar-benar lelah."
Ron mengeluarkan sesuatu dari sakunya, Deluminator. Yang ia terima dari Dumbledore sebagai warisannya.
"Andai saja benda itu bisa berguna sebagai kompas." Gumam Lanielle yang didengar Ron.
Ron berdehem dan menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Sebenarnya, kupikir benda ini adalah penghubung atau sejenisnya. Aku bisa mendengar suara Harry dan Hermione melalui benda ini Lane."
"What?! Dan kau baru memberitahuku sekarang?! Setelah berhari-hari?!"
"Ya, kupikir itu tidak penting. Tapi hal itu juga yang membuatku sadar bahwa memang tak terjadi apa-apa diantara mereka setelah kita pergi dari sana."
Lanielle mengulurkan tangannya dan meminta Deluminator itu. Ron tanpa ragu memberikannya.
"Dumbledore tak mungkin memberikannya padamu tanpa alasan, Ron."
Ron mengangguk, Lanielle kembali menyodorkannya pada Ron setelah mengamati setiap incinya. Begitu Ron memegang benda itu di tangan Lanielle, tiba-tiba saja terdengar suara-suara aneh.
"Ron.. Ron.. "
Ron reflek menekannya. Sebuah cahaya menguar dari benda itu.
Ron dan Lanielle bertatapan kaget sebelum akhirnya mereka menghilang layaknya tidak pernah ada disana sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Frederick
FanfictionLanielle Daisy Roswell adalah seorang siswi Hogwarts biasa di tahun pertamanya, namun di tahun kedua ia mulai melihat hal-hal yang membuatnya tersadar bahwa ia harus melindungi Harry Potter. Anak dari sahabatnya di masa lalu, Lily. Namun hal itu me...