27

686 142 85
                                    

* Tok-tok

"Masuk!"

"Kiriman dari pangeranmu, Eonnie." Ryujin, sekretaris Jimin, memasuki ruangan Rosie dengan membawa buket bunga. "Sepertinya kali ini dari cokelat." Hidung Ryujin berkedut, mengendus aroma manis yang berasal dari buket bunga mawar yang terbuat dari cokelat.

Fokus mata Rosie teralihkan dari buku sketsa ke sosok Ryujin yang berjalan menghampiri meja kerjanya. "Cokelat?" Satu alisnya terangkat.

"Hmm ... ini." Ryujin mengangguk sambil menyerahkan buket itu.

"Untukmu saja." Rosie buru-buru melanjutkan ucapannya melihat Ryujin mengerutkan dahi. "Aku sedang menjaga dietku, Ryu."

"Kau serius?" tanya Ryujin dengan netranya yang membola.

"Hmm," gumam Rosie disertai anggukan.

"Baiklah. Aku akan mengambil cokelatnya, tapi, aku rasa yang satu ini tetap menjadi milikmu, Eonnie." Sebuah amplop kecil berwarna biru muda diserahkan Ryujin kepada Rosie.

Rosie menerima amplop itu dan tersenyum. "Terima kasih, Ryu."

"Sama-sama, Nona Cantik," ucap Ryujin sambil mengedipkan satu matanya.

Sedikit konyol. Namun seperti itulah Ryujin. Sikapnya mampu membuat suasana hati Rosie sedikit membaik. Sembari tersenyum dan menggeleng gemas melihat tingkah Ryujin, Rosie membuka amplop yang berisi memo dari Taehyung.

"Kau tidak akan percaya aku menemukan cafe terbaik yang menjual olahan cokelat dekat rumah Hyung. Aku berani bertaruh, kau pasti akan menyukainya, Ny. Kim. Tempat itu sangat menenangkan, dan aku berharap kita bisa kencan di sana lain waktu."
Dari suami tampanmu, Kim Taehyung.

"Ny. Kim." Rosie tersenyum getir menatap dua kata dalam memo yang digumamkan bibirnya. "Kenapa aku merasa panggilan itu bukan untukku, Tae?"

Awan kelabu tak hanya menyelimuti hati Rosie, namun juga pikirannya. Setiap memikirkan kejadian yang direkam netranya tepat di apartemen yang baru disadarinya adalah apartemen yang sama dengan milik Taehyung, gumpalan awan tersebut mengirimkan sinyal pada manik almondnya, membuat manik indah itu menumpahkan sedikit cairan lakrimalis ke pipi, yang tentu saja buru-buru diusap Rosie dengan punggung tangannya.

Seandainya Rosie menyadari lebih awal akan perasaannya pada Taehyung. Seandainya sedikit saja dia mau mendengarkan keinginan hati dimana ia ingin berlabuh, mungkin Rosie tidak akan merasa sesakit ini, begitu pikirnya.

Kini gadis brunette itu hanya diam termenung. Bola mata almondnya menatap pemandangan air mancur buatan di balik jendela.

Miris, ia merasa perasaannya tak jauh beda dengan air dalam obyek dimana fokusnya itu berlabuh. Obyek yang hanya mengalir konstan sesuai siklus dalam ruang terbatas, tanpa ada kemajuan pasti menuju muara yang lebih luas.

Haruskah Rosie menyampaikan perasaan yang terlambat disadarinya pada Taehyung? Atau membisu dan menahan pilu serta lara sebab hati sang pria hanya disematkan pada sang pujaan hati, Lalisa, hingga waktu perpisahan mereka tiba?

* Tok-tok

Rosie menarik pandangannya ke sudut netra guna menangkap presensi Jimin yang hanya menyembulkan kepala dari balik pintu.

"Aku mau makan siang bersama Seulgi dan Seolhwa, mau ikut bergabung?"

"Tidak, terima kasih. Aku sudah ada janji dengan Ryujin."

UNDENIABLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang