1. Berpisah

1K 75 5
                                    

Jangan lupa vote sama komennya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

From Stories dengan Judul:
"It's better a Part"

***
Winwin bisa melihat wajah putra bungsunya yang tertekuk. Winwin mengulas senyum tipis, bergerak menghampiri si Bungsu, Shotaro.

"Sekolahnya gak seru ya? Taro wajahnya cemberut begini.." Winwin mengelus kepala Shotaro lembut.

Shotaro menggeleng pelan. "Mama dan Papa cerai ya?" Pertanyaan yang keluar dari mulut kecil Shotaro membuat Winwin tersentak.

Winwin berusaha mengontrol kembali wajahnya, tersenyum lembut. "Taro tahu kata cerai dari siapa hm?" Winwin balas bertanya, Winwin bisa melihat wajah Shotaro yang siap menumpahkan air matanya.

"Hiks.. Tadi Taro tanya ke Njun hyung kenapa Papa kerjanya lama engga pulang ke rumah.. hiks.. terus Hyung bilang Papa engga akan pulang ke rumah lagi soalnya hiks.. Mama sama Papa udah cerai.." ucapan penuh Isak tangis itu menyayat hati Winwin.

Winwin berusaha menyematkan senyum diwajahnya menanti kelanjutan dari Cerita Shotaro.

"Taro bingung, Taro tanya hiks cerai itu apa.. Njun hyung hiks bilang Mama Papa udah pisah engga akan bareng bareng lagi huaaaa.." Tangis Shotaro pecah.

"Mama, Papa hiks cuman kerja kan heuk.. Nanti pulang kalau uangnya udah bany- huks.. nyak.." tanya Shotaro tersendat.

"ENGGA SHOTARO, UDAH INJUNIE HYUNG BILANG PAPA ENGGA TINGGAL DISINI LAGI! PAPA ENGGA PERGI KARENA KERJA! PAPA SAMA MAMA UDAH CERAI!" Teriakan si Sulung membuat Winwin tersentak kaget lalu menoleh. Ia bisa melihat Renjun dengan nafas memburu.

"Injunie hyung.." tegur Winwin.

Mata dan Hidung Renjun juga sudah memerah. "Mama dan Papa sudah cerai.. hiks.. Mama dan Papa.. huhu.." Renjun jatuh terduduk sambil menangis.

Winwin membawa 2 putra mungilnya kedalam pelukannya. "Siapa yang bilang Mama dan Papa cerai hm?" Suara Winwin terdengar serak.

"Injunie lihat kertas di meja kerja papa hiks.. Injunie sudah tahu Mama, Injunie paham isi kertasnya hiks.."

Mata Winwin memanas, hatinya terasa sesak. "Maaf ya? Mama dan Papa sudah tidak bisa lagi tinggal bersama. Injunie hyung dan Taro pasti bingung.." Winwin mencium kepala kedua putranya bergantian.

"Bukan karena Mama dan Papa tidak saling sayang, bukan karena dua malaikat kesayangan Mama dan Papa Injunie dan Taro.. Tapi ada beberapa hal yang akhirnya Mama dan Papa sepakat untuk berpisah.." jelas Winwin.

"Injunie tidak paham Mama.. jika Mama dan Papa memutuskan bercerai kenapa dari awal Mama dan Papa memutuskan menikah?" Tanya Renjun pedih.

Winwin tersenyum tipis, "Nanti akan Mama jelaskan pelan pelan ya? Jadi, Disini.. Mama minta maaf, karena kedepannya hanya akan ada kita, setidaknya itu yang sedang Mama perjuangkan.." Winwin kembali menciumi kedua putranya.

Renjun bergerak memberontak, matanya yang merah menatap Winwin terluka. "Harusnya sejak awal Mama Papa engga usah nikah, Injunie berusaha mengerti Mama.. Tapi Shotaro masih kecil.. Kenapa Mama tidak memikirkan itu hiks?" Tangis Renjun yang semula reda kembali tumpah.

"Injunie benci Mama Papa!" Setelah itu putra sulung Winwin menutup pintu kamarnya dengan keras.

Winwin memeluk Shotaro erat yang masih terisak. "Taro nakal ya, Ma? Makanya Mama Papa cerai.. hiks.." Winwin menggeleng, bibirnya terlalu kaku untuk bisa menjawab. Air mata Winwin siap tumpah.

"Taro hiks.. mau Mama dan Papa terus barengan huhu.." ucapan Shotaro ditengah isakannya membuat Winwin mengeratkan pelukannya. Menciumi kepala Shotaro.

"Maaf ya, sayang.. Mama sayang sekali Taro dan Injunie hyung.. sangat sangat sayang.." bisik Winwin dengan nada gemetar.

Shotaro masih terus terisak hingga si bungsu tertidur karena lelah menangis. Winwin membawanya dan membaringkannya di tempat tidur. Menatap Shotaro yang terlelap, kembali mengecup kening putranya lalu mengucapkan selamat tidur untuk kesayangannya.

Tubuhnya ia bawa bergerak ke kamar si sulung namun sayang, pintu itu terkunci. Winwin berbalik, bersandar pada pintu kamar si Sulung.

Pelan air matanya mulai mengalir. Sebenarnya sejak kapan ini semua terasa salah? Winwin juga mulai terisak. Sejak kapan? Winwin juga tidak ingin semua ini terjadi, ia tidak pernah mengharapkan bahwa akhirnya dirinya dan Yuta harus berpisah.

Winwin menepuk dadanya yang terasa sesak. Sesak sekali. Sakit hingga rasanya Winwin merasa akan mati.

Palu sudah di pukul dan Winwin tidak bisa mendapatkan satupun hak asuh putranya. Hanya tinggal hitungan jam hingga kedua putranya akan dibawa dari dekapannya.

Nafas Winwin kian memendek, mungkin karena ia terlalu banyak menangis.

Jadi begini akhirnya, sejak awal mungkin memang Yuta tidak mencintainya. Yuta hanya kasihan padanya yang datang sebagai murid pindahan dari luar negeri yang mengalami keterbatasan dalam berbahasa.

Seharusnya, Yuta mengakui bahwa ia sejak awal hanya kasihan, bukan cinta. Pada akhirnya putra merek yang harus menjadi korban mereka.

"Sakit sekali.." lirih Winwin. Entah bagian mana lagi yang sakit, Winwin tidak tahu lagi.. hanya sakit.. sakit sekali.. seperti akan mati.

***

TbC

See you soon!!

It's Better a Part [Yuwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang