Jangan lupa vote dan komennya
Typo : Anugerah
Happy Reading
***
Winwin berusaha untuk tiba di kamarnya dengan susah payah. Tubuhnya terasa lebih lelah dari pada biasanya. Mungkinkah karena beban mental dan kacaunya pikirannya akhir akhir ini? Winwin jauh lebih menyadari ia tidak bisa menyusun kalimat yang baik untuk menenangkan kedua putranya tentang keputusan Winwin dan Yuta sebagai orang tua untuk berpisah.
Winwin duduk di tepi kasur menatap cermin yang memantulkan wajahnya yang kian pucat. Winwin meraih gelas air dan beberapa butir obat di tangannya.
Winwin tersenyum tipis, kenapa mereka memutuskan berpisah ya? Winwin ingat saat Yuta menatapnya antusias dan memujanya. Menyatakan cinta tanpa henti meski Winwin terus menolaknya. Terus tanpa kenal lelah.
Flashback : Italic
Winwin membereskan bukunya. Kelasnya bahasanya sudah selesai, ia harus segera masuk ke kelas tarinya.
"Winwin!!" Panggilan yang akhir akhir ini mengganggunya terdengar masuk ke telinganya. Winwin mempercepat gerakan tangannya tapi sebuah pelukan erat membuatnya sulit bergerak.
"Astaga, padahal kita hanya tidak bertemu selama 2 jam, tapi aku sudah merindukanmu.." keluhan si pemanggil membuat Winwin merinding. Winwin benci skinship berlebih juga kata kata yang berlebihan.
Winwin berusaha melepaskan diri. "Aku harus masuk kelas, permisi.." Winwin membungkuk sopan.
"Winwin.." rengekan terdengar sebagai balasan.
"Yuta hyung.." tekan Winwin dengan tatapan tajamnya yang malah membuat Yuta tertawa. Winwin selalu bertanya-tanya kenapa semua orang selalu tertawa saat ia menampilkan wajah kesal atau marahnya.
"Baiklah baiklah, cantik.. biar Hyung ini yang akan mengantarkanmu ke kelas.." Yuta menggandeng tangan Winwin untuk pergi.
"Selesai kelas, aku akan mengantarmu pulang.. tapi sebelum itu kita makan dulu di Cafe baru.. Kau akan menyukainya, percaya padaku.." Yuta mulai mengoceh.
Winwin menghela nafas, Yuta tidak akan pernah menyerah, Winwin yang harus menyerah.
Winwin menepuk dadanya. Winwin.. yang harus menyerah.
"Artinya monoton.." ucapan tiba tiba Yuta membuat Winwin menoleh, memfokuskan atensinya pada laki laki yang berada di sampingnya itu.
Yuta tersenyum lebar, "Kau belum tahu artinya, kan? Artinya monoton.."
Winwin mengerjap, lalu tersenyum tipis. "Iya, Terimakasih, hyung.." balas Winwin.
"Jika ada yang harus ditanyakan, tanyakan padaku.. aku akan membantu dan terus berada di sisimu.." Ucapan tulus Yuta saat itu menggerakkan hati Winwin.
Aku akan membantu dan akan terus ada disampingnya.. kalimat itu mampu menggerakkan hati Winwin. Bagi Winwin yang sebatang kara di sebuah negeri asing kalimat penghiburan sederhana dan seluruh afeksi Yuta menjadi sangat berharga.
Winwin tersenyum, membuat Yuta tersentak. "Terimakasih, Yuta hyung.." Itu senyum tulus Winwin yang pertama Winwin berikan untuk Yuta bukan sekedar senyum basa basi biasa yang menyiratkan bahwa Winwin tidak nyaman dan Yuta harus pergi.
Setelahnya, Winwin tidak keberatan lagi dengan Yuta disekitarnya, meski ia kerap menolak semua pernyataan dari si laki-laki Jepang. Tapi sikapnya terkadang rancu tidak bisa dijelaskan apakah itu menolak atau justru sebuah tanda penerimaan.
Seperti batu yang terkikis karena tetesan air.
Winwin membaringkan tubuhnya. Jadi, dimana letak permasalahan mereka? Saat Winwin menerima pernyataan cinta Yuta? Pernikahan mereka? Kelahiran Renjun? Shotaro?
Winwin memejamkan matanya. Tidak ada gunanya memikirkan masa lalu, semuanya sudah berlalu. Winwin menarik nafasnya, kepalanya kembali memutar ulang sidang perceraian mereka dan ketuk palu hakim tentang hak asuh.
Air matanya yang sudah mengering kembali luruh, tubuhnya dibawa meringkuk. Tinggal hitungan jam hingga pagi datang dan besok ia tidak akan mendengar suara tawa Renjun dan Shotaro.
Tidak ada rengekan.
Tidak ada 4 piring lagi di meja makan.
Tidak ada seragam yang harus Winwin siapkan.
Tidak ada yang membuat Winwin menunggu seseorang untuk pulang.
Dan tidak ada lagi alasan Winwin untuk pulang.
Nafasnya Winwin semakin tersendat. Isakannya semakin kencang.
Ini salahnya, Semuanya salahnya. Sama seperti yang Yuta katakan semuanya salahnya.
Winwin payah. Winwin.. harusnya sadar bahwa Yuta hanya kasihan. Dirinya adalah orang asing dengan keterbatasan bahasa. Yuta pasti melihat Winwin seperti sosoknya di masa lalu saat pertama kali datang ke negeri ginseng ini.
Harusnya Winwin tidak mencintai Yuta, harusnya Winwin menolak semua tindakan Yuta untuknya dengan tegas. Dan banyak harusnya lagi.
Mungkin ini akhirnya. Mungkin benar ini adalah akhir dari segalanya. Winwin.. menyerah.
***
TbC
See you soon!!
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Better a Part [Yuwin]
Fanfiction[COMPLETED] Tidak ada orang yang pernah menginginkan sebuah perpisahan. Begitu juga bagi Winwin dan Yuta. Perpisahan menjadi jalan keluar yang katanya menjadi hal yang paling baik bagi mereka dan kedua putra mereka. Tapi, apa benar perpisahan itu...