Prolog - b

938 34 2
                                    

Ini update-an revisinya. Sorry kalo bab selanjutnya bakalan lama di update. Kenapa?
Karena aku mau cerita ini nggak asal-asalan.

Jangan pernah lelah menunggu. Masukin aja ke list library kalian. Siapa tahu aja kan otak aku udah nggak gila lagi, jadi bisa lanjutin bab selanjutnya sampe tamat.

Selamat membaca......

***

"TIDAKKK!!!" tanpa sadar mulutku mengeluarkan teriakan yang cukup keras. Aku masih memejamkan mata tapi tubuhku sudah setengah terbangun. Nafasku masih terputus-putus akibat teriakan dahsyatku tadi.

Aku masih ingat peristiwa yang terjadi beberapa waktu yang lalu, dan masih saja berbekas di ingatanku. Bagaimana ia hendak menancapkan pisau itu tepat di jantungku. Namun di saat itu juga kesadaranku menghilang. Semuanya gelap. Aku tak tahu apa yang terjadi setelahnya. Perlahan kubuka kedua kelopak mataku. Gelap. Tidak dapat dibilang gelap juga, karena masih ada lampu kecil yang berdiri tegak di atas nakas. Yang kutahu nakas itu sama persis dengan yang ada di dalam kamarku.

Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan, dan semuanya tampak sama. Ya, ini benar-benar kamarku. Kuperhatikan jendela yang tirainya terbuka sedikit. Ada sepasang mata yang menyalang berwarna merah darah memandang ke arahku. Ditambah lagi sebuah senyum miring yang terasa samar-samar ikut terperangkap didalam penglihatanku.

Sontak saja aku menutup mataku dan berteriak. Jantungku jumpalitan tak beraturan ritme detakannya. Ini mimpi atau nyata. Aku tak dapat membedakan diantara keduanya.

Kudengar suara langkah kaki melangkah menuju ke arah kamarku. Aku menutup mukaku dengan selimut. Keringat dingin mulai meluncur lagi dari pelipisku. Sangat ketakutan. Tak bisa kubayangkan aku mengalami double nightmares malam ini.

"Tolong, keluar dari kamarku. Jangan ganggu aku!" bentakku dari balik selimut, berharap ia dapat mendengarnya.

Bunyi sakelar lampu di dinding. Kulihat bias cahaya dari sela-sela selimut transparanku. Aku melihat siluet wanita berjalan mendekatiku. Aku semakin ketakutan. Apakah wanita ini salah satu dari teman monster itu? Aku semakin menenggelamkan kepalaku dalam selimut. Aku tak berani untuk melihatnya.

"Liuna, kau kenapa? Mengapa kau bersembunyi dalam selimut itu?" terdengar suara lembut wanita itu yang aku rasa mirip seperti suara ibu. Wanita itu sudah berada di atas tempat tidurku, tepat disampingku sedang mencoba menarik selimut yang menutupi seluruh tubuhku.

Karena aku merasa mulai sesak dan berkeringat didalam selimut ini, akhirnya aku membukanya. Aku sungguh merasa lega karena sudah terbebas dari selimut jahanam ini, dan juga pastinya wanita dihadapan mukaku ini adalah ibu kandungku.

Tangan lembut itu mencoba menghapus peluh yang menempel di dahiku dan bersuara dengan nada khawatir," Kau kenapa Liuna? Apakah bermimpi buruk lagi?"

Aku mengangguk lirih. "Iya, Mom. Tadi aku bermimpi sangat menyeramkan. Ada seseorang dengan wajah menyeramkan, mencoba untuk membunuhku. Tapi aku berhasil untuk kabur darinya." Aku mencoba untuk berkata jujur pada ibuku karena kutahu dia satu-satunya orang yang mampu menenangkan diriku.

"Benarkah? Tapi Mom rasa untuk sekarang kau bakalan tidak bisa kabur darinya."

"Maksudmu apa, Mom?" Aku bertanya dengan mengernyitkan dahiku memandangnya bingung. Aku merasa aneh dengan ucapannya.

Ia memberiku senyum yang tak dapat kuartikan. Lalu, ia berbalik membelakangiku. Entahlah, aku tidak tahu apa yang ingin ibuku lakukan.

"Mom, ngapain sih?" aku memegang pundaknya. Ini terasa semakin aneh untukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ouija (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang