BIG POV
Semuanya gelap. Setelah potongan-potongan kejadian yang muncul di dalam kepalaku tadi menghilang, hanya kegelapan yang dapat ku lihat. Kepalaku terasa sangat berat, sepertinya aku masih di alam bawah sadarku karena semuanya gelap, aku mencoba berlari dengan rasa pening yang coba ku tahan namun tak kunjung ku dapatkan ujung dari ruang kosong yang gelap ini.
Bisakah seseorang datang untuk membangunkanku?
Banyak hal yang baru saja ku lihat, hari ini merupakan hari dimana aku menggunakan kemampuanku dengan intensitas yang lebih dari sebelumnya. Begitu banyak wajah yang kulihat, dari air mata yang menyedihkan bahkan sosok senyuman yang mengerikan dan tidak pernah ingin kulihat lagi.
Tapi ada sesuatu yang menjadi pertanyaan terbesarku saat ini. Kenapa Vegas ada disana? Apa yang dia lakukan? Bukankah selama ini dia hanya bekerja lalu pulang dan langsung tidur karena kelelahan.
Aku tidak yakin dengan yang ku lihat, tapi aku benar-benar tidak asing dengan punggung saudara tiriku itu. Bahkan potongan rambutnya pun mirip.
NO ONE POV
Big kini berbaring diatas ranjang ruang medis yang ada dikantor polisi, ranjangnya tepat bersampingan dengan salah satu tahanan yang sedang sakit. Seketika saat ia membuka matanya, Big dapat merasakan napasnya terjeda. Meski tahanan itu satu tangannya diborgol disisi ranjang, tidak menutup kemungkinan dia akan melakukan hal berbahaya seperti apa yang dipikirkan olehnya.
Belum sempat untuk menegapkan tubuhnya, Big kembali berbaring karena kepalanya benar-benar berat. Salah seorang polisi kembali menghampirinya, menyuntikkan sebuah cairan obat ke infus yang terhubung ke punggung tangan kanannya.
Baiklah, Big baru menyadari jika tangannya kini terpasang selang infus. Raut wajahnya semakin terlipat karena melihat Vegas yang muncul dari pintu masuk bersama dengan Arm dan petugas polisi yang tadi bersama mereka.
"Sudah sadar?"
"Kau tidak lihat?"
Big mengangkat lengannya dan Pol mengerti maksud isyarat itu. "Kamu jatuh pingsan ketika mimisanmu cukup banyak, kamu mabuk dengan kantor polisi? Pertama kalinya berkunjung?"
Kalimat yang keluar dari bibir Pol segera mendapatkan pukulan ringan dari Chan. Dia berjalan mendekati mereka, menyesuaikan tetesan pada selang infus yang digunakan Big. Arm memberi kode kepada Big untuk tetap tenang dan mengikuti saja apa yang diarahkan oleh yang lain, Vegas duduk disudut ranjang Big atau lebih tepatnya di dekat kakinya.
"Karena seperti yang diketahui sebelumnya jika kamu dan temanmu menjadi saksi utama, keamanan kalian mungkin terancam. Tentu saja tidak ada satu pun yang menginginkan hal itu terjadi, namun ini hanya untuk berjaga-jaga. Hindari tempat sepi dan jika kalian merasakan ancaman atau bentuk apapun segera hubungi kami, kami akan melindungi saksi sesuai dengan prosedur."
Semuanya hanya mengangguk, menyelesaikan percakapan mereka dengan keheningan. Meski Big dan Arm terhitung yang termuda, tetapi keduanya mengerti dengan jelas maksud dari semua ini. Bukan bermaksud berlebihan tapi mencegah lebih baik jika dibandingkan dengan bertemu seseorang yang membenci kalian karena mengetahui kalian lah yang membuat perilaku kejahatannya menjadi terbongkar.
Tenggorokan Big terasa kering, tangannya hendak meraih gelas yang ada di atas meja namun ia urungkan niatnya. Gelas itu mungkin akan memberinya sebuah kenangan karena itu bukan gelas yang sering dia gunakan, setiap kali dirinya seperti mengalami trauma, Big akan sungkan untuk menyentuh sesuatu dengan tangan kosong.
Arm yang sudah paham dengan cepat mengambil gelas bening itu dan menyodorkannya pada Big. Vegas sampai mengerutkan dahinya dan bertanya-tanya, apakah adiknya itu benar-benar dalam kondisi parah?

KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
FanfictionThis is just a Fan Fiction. Collaborations with @bbyo_nim Semua yang ada di dalam cerita tidak berhubungan dengan visualisasi yang digunakan, dan juga tidak berhubungan dengan cerita karakter yang saya pinjam dari original story Kinn Porsche by Daem...