Chapter 2 (Dia)

35 3 0
                                    

iya dia Ara Triana dia datang dan menggapai juga menyambut tanganku ketika semua enggan menghadapi keputus asaanku karna memang aku yang sudah menyerah dan mereka yang disibukkan dengan urusan masing-masing dan tugas kampus yang terus menumpuk, hanya Ara yang berani menarikku dari lumpur hisap itu. Dan aku menyesal mengabaikannya dan menolak perasaannya meskipun dia tak pernah mengungkapkannya, hey bukankah mudah bagi kita kaum laki-laki untuk mengetahui bagaimana seseorang menyukai kita. Dan saat itu aku malah memanfaatkan perasaannya itu dengan terus berada didekatnya agar ia tetap terus membantuku, hingga orang-orang sekitar berfikir kami sedang dalam status pacaran. Dan sebenarnya aku sedikit berharap ia mengatakan perasaannya padaku saat itu yaah meskipun hal itu tak pernah kudengar sampai sekarang.

"haah, gak akan mempan lagi ol bujuk rayu dan muslihatmu itu" jawabnya atas rayuanku yang mengatakannya cantik, ya jelas saja dia memang sangat cantik sekarang.

"ahahah maksudnya apaan?"

"Kamu lagi ngerayu aku kan ol? Kayak yang sering kamu lakuin dulu. Hnn sorry ol itu ga mempan lagi buat aku" sadar aku telah terang terangan merayunya.

"ga mempan lagi? Jadi dulu?" tanyaku balik

"Iyaa dulu aku sempet kesem-sem sendiri sama kata-kata bahkan kelakuanmu yang bikin hati deg deg ser tauk." Pernyataan ara sedikit mengejutkanku, tapi aku menyembunyikannya

"Ahahahah halah masa?"

"Iya! ga percaya?! contoh aja ya, inget pas kita semester berapa gitu, hmm semester 1 atau 2 ya? Yang kamu baru putus tuh sama siapa namanya, ah lupa mantanmu yang keberapa gitu. Nah itu pas di ruang lab? Inget?"

"ma..mantan..-okeh. hmm Ruang lab?" jawabku benar benar lupa akan kejadian yang coba ia jelaskan itu

"Iya ruang lab, yang kamu tiba-tiba dan diam-diam megang tangan aku dibawah meja pas kita satu kelompok? Terus kamu kaya ngerayu aku didepan anak-anak sekelas dengan ngeliatin muka aku terus selama kelas berlangsung, berasa kaya ga ada dosen di ruangan itu, terus tiba-tiba kamu ngelus kepala aku pas aku berhasil selesain error program yang ga kelar kelar dan itu bener-bener buat aku hampir mati tau ga sih saking deg-degannya."

"eeehhh serius? Beneran? Terus kamu kok ga pernah ngomong sih" jawabku antusias setelah mengingat kejadian yang ia ceritakan itu dengan detail.

"ngomong apaan? Kalo aku suka kamu gituin?" sambungnya

"Bukan, maksud aku kalo kamu suka aku" aku malah keceplosan menyebutnya menyukaiku.

Ara terlihat sedikit terkejut mendengar ucapanku dan tersedak disusul batuk canggungnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ara terlihat sedikit terkejut mendengar ucapanku dan tersedak disusul batuk canggungnya.

" ahahahhaha ngaco kamu ya ga mungkin lah aku ngomong kaya gitu?"

"Lhah kenapa engga?"

Ara mendekatkan wajahnya kearahku dan

"karna aku tau kalo kamu cuma main main dan manfaatin aku ol"

Kata-kata itu seakan menusuk tepat kearahku membuatku terdiam seribu bahasa, rasa takut seolah melahapku, bukan ini bukan rasa takut tapi rasa bersalah. Benar selama ini aku hanya main-main dan memanfaatkan Ara selama masa kampusku bahkan di akhirpun ia tetap disana menemaniku.

Sesaat kemudian semua lamunanku buyar karna suara telpon ara yang bunyi dengan mode keras kurasa, dan disana ada tulisan yang tak kumengerti huruf apa itu dan jelas saja itu bukan huruf romanji. Yang menarik perhatianku adalah kedua bentuk hati sebelum dan sesudah tulisan itu.

"hallo, bla bla bla"

Aku tak mengerti satupun kata yang diucapkan Ara, tapi terdengar tidak asing ditelinga

Tak lama ia menutup telponnya

"ga ngerti ya? Bhuakakakkaka" ia kemudian melihat wajah melongoku

Dia tertawa keras menertawakan kebingunganku.

"siapa?" tanyaku penasaran

"ntar kamu juga tau" jawabnya singkat dan kembali menyeruput kopinya.

Tak lama kemudian seorang laki-laki berkulit putih tinggi dan bermata sipit berjalan menghampiri kami setelah masuk cafe dan melihat sekeliling. Tunggu dia terlihat seperti artis artis korea yang dulu sangat di gandrungi Ara.

"Joo-ya~~~" sapa ara dari kejauhan yang dibalas lambaian tangan pia itu.

"hallo" sapanya setibanya di meja kami.

"saya Lee Jooheon, pacar Ara" sambungnya yang makin membuatku menganga besar

"woooy biasa ajaaa ga pernah liat bule ya" ara memecah lamunanku yang memang agak lama itu.

"Bule apanya dia kan orang Asia" jawabku

"Ahahah iya iya dia orang korea dan dia pacar aku ol kenalin. Lee Jooheon"

"Joo-ya~~~ kenalin ini Aulia temen kampus aku dulu"

"oh salam kenal" jawab lelaki berdimple itu sopan

"Loooh bisa bahasa indonesia?" aku terkejut dengan bahasa yang dia gunakan

"Iya lah dia udah 5 tahun di jakarta masa ga bisa bahasa setempat ngawur itu namanya, walaupun masi harus belajar sih." Jawab ara menjelaskan.

Aku kaget dan benar benar bingung harus berkata atau bertanya apa. Apa yang dikatakan ara dulu menjadi telah menjadikenyataan sekarang.

My Ex-CrushWhere stories live. Discover now