Apa yang terlintas dalam benakmu ketika mendengar kata 'semesta'? Susunan tata surya? Ruang dan waktu? Apapun itu, kata 'semesta' maupun alam semesta itu sendiri memiliki makna indah di dalamnya. Terkadang, keindahannya pun dijadikan bentuk rasa syukur manusia terhadap Sang pencipta. Namun, sebaik-baiknya sesuatu, seindah-indahnya semesta, maka ada pula yang membenci.Buanayaksa misalnya, seorang mahasiswa tingkat akhir yang pernah membenci dua hal sekaligus. Pertama, semesta. Semesta yang menurutnya tak pernah menatap ke arahnya, juga tak pernah memberikan apa yang Ia mau. Jangankan memberi, semesta bahkan telah merenggut orang-orang terkasihnya tanpa aba-aba. Seringkali mengutuk, menyumpah serapahi semesta yang tampak kejam dimata nya.
Dua, laki-laki yang akrab dipanggil Buana itu juga membenci dirinya sendiri. Dirinya, yang merasa lemah dan tak berdaya. Buana tahu bahwa tak seharusnya Ia seperti ini, Buana bisa saja move on dari masa lalunya kemudian melanjutkan hidupnya dengan baik. Namun itu sulit. Bahkan ketika tubuhnya menggigil akibat terkena derasnya hujan, Buana tak mampu menghadapinya. Ia hanya berjalan gontai tanpa tahu arah dan tujuan.
Yang Buana inginkan saat itu hanya satu, yaitu memaksa Tuhan agar segera menjemputnya. Sehingga Ia tak akan lagi menjadi beban bagi dunia, Ia juga tak perlu merasa sedih lagi.
Namun ekspektasi selalu tak sesuai dengan kenyataan. Tuhan selalu punya rencananya sendiri. Buana yang kala itu duduk bersimpuh di bawah derasnya hujan, Buana yang kala itu benar-benar merasa kacau, diberi sesuatu yang tak pernah Ia bayangkan sebelumnya.
Sebuah payung yang entah datang darimana, melindungi tubuhnya dari hujan, juga sepatu berwarna kuning cerah terpampang jelas didepan matanya. Buana kemudian bertanya-tanya pada Tuhan, apa maksud dari semua ini, dan mengapa malaikat datang pada dirinya yang tidak punya harapan? Oh, apakah sosok bersepatu kuning ini adalah harapan baru baginya?
Buana masih ingat jelas, ketika gendang telinganya menangkap suara merdu dari sosok itu. Suara yang tampak menenangkan, bak suara malaikat dari surga sungguhan.
Lana namanya, Kalana. Sesosok laki-laki cantik yang datang untuk merengkuhnya seraya mengucapkan kata-kata penenang, juga memberi kehangatan kala tubuhnya kedinginan akibat air hujan. Buana mendengar semuanya, terlebih pada satu kalimat akhir yang Lana ucapkan padanya, "Nggak apa, semua akan baik-baik saja.."
Buana tahu bahwa laki-laki itu tengah menangis, Ia tahu dari suaranya yang terdengar parau, juga tubuhnya yang gemetaran. Ini memang aneh, orang asing datang kemudian memeluk dan menyemangatinya seolah paham dengan apa yang sedang Buana rasakan.
Namun lambat laun Buana mengerti. Tuhan mengirimkannya seseorang yang benar-benar mampu membuatnya membuka diri. Buana juga mulai menerima dirinya. Semua berkat Kalana, seorang laki-laki yang bahkan hingga detik ini masih setia bersamanya. Walaupun Buana sendiri tidak mengetahui alasan dibalik Lana membantunya saat itu. Semua pasti ada penyebabnya, Tuhan tidak akan memberi tanpa alasan, benar?
"Buana, kenapa nasi gorengnya nggak dimakan? Nggak enak, ya?"
Kalana kembali dengan dua mangkuk salad buah di tangan nya. Wajahnya ditekuk ketika melihat piring Buana yang isinya masih utuh, seperti belum disentuh sama sekali. Pikirnya, Buana tidak menyukai nasi goreng buatannya yang memang saat masak tidak Ia cicipi terlebih dahulu.
Buana menggeleng sambil tersenyum, "Aku nunggu kamu," katanya, kemudian menyodorkan piring nasi goreng tersebut hingga letaknya tepat di tengah-tengah meja. Diluar dugaan, Lana menggeleng, "Kamu aja yang makan, aku lagi diet."
Buana mengangguk setelah mengucapkan terimakasih, ia kemudian menghabiskan nasi goreng buatan Lana, sedangkan sang koki hanya memakan salad buah. Buana menatap Lana dalam-dalam, sedikit rasa curiga muncul. Masalahnya, badan Lana terbilang kurus, bahkan Buana seringkali melihat Lana menggunakan baju yang kebesaran. Lantas.. untuk apa melakukan diet?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rinai Kama |oneshoot
Roman d'amourSepenggal kisah romansa dua atma yang menghadapi takdir tanpa akhir.