- setunggal

11 1 0
                                    

Mi Ken, atau Ken, sangat membenci hal ini; kembali ke rumahnya setelah ia kabur. Lebih tepatnya ia dipaksa kembali oleh orangtuanya. Padahal sudah sebulan lamanya ia hidup bebas tanpa tugas dan beban hidup, dan sekarang ia harus kembali? Yang benar saja! Sudah sebulan pula ia absen dari sekolah di kelas 3 SMP tahun ajaran baru, lalu ia kembali ke sekolah dan menanggung malu? Tipuan hidup apa lagi ini? Pasrah sudah.

Sejak kecil, Ken ini sangat disiplin. Ia juga pintar. Hanya saja kelemahannya cukup mengganggu, yakni mudah putus asa. Ketika dua tahun di SMP tercetak sebagai murid teladan, dan saat tahun ini? Oh, gosh! Putus asa berganda-ganda. Oleh karena itu sekalian saja Kai berdandan ala anak bermasalah. Kepala sekolah menjatuhkannya ke dalam kelas 3-E karena ketidakhadirannya tanpa keterangan selama sebulan. Seharusnya sudah dikeluarkan, tapi kepala sekolah masih berbaik hati, karena ada uang.

Sebelum masuk ke kelas, ia disuruh ke ruang kepala sekolah, memang begitu seharusnya. Tapi Ken ini sudah terlanjur kesal, ia malas mendengar ocehan kepsek rasa boncabe level 1 yang tak ada pedas-pedasnya, alias tak ada faedahnya. Tuan Putri ini pun langsung diantar menuju kelas 3-E nun jauh di pedalaman zaman edo, hanya kiasan.

Mendekati pintu kelas, Ken mendengar suara bising para penghuni yang membicarakan dirinya. Rasa senang sekilas hadir, bakal jadi artis nih.

"Kudengar ada murid yang dipindahkan ke kelas kita."

"Wah, benarkah?"

"Semoga saja tampan, kyaa!"

"Hoy! Dia ini perempuan."

"Semoga opp-"

Pintu kelas dibuka menampilkan sosok Karasuma dan Ken yang mengikutinya dari belakang. Mereka berdua berdiri di depan kelas, lalu seisi kelas langsung berhambur menuju tempat masing-masing.

"Kalian kedatangan anggota baru, berantemlah kalian."

"Berteman, pak!" Tegur Kayano.

"Iya, itu. Berteman baiklah kalian. Maaf anak-anak, efek belum ngopi."

"Belum ngopi atau belum dikasih jatah malem, pak?" Sahut Maehara menggoda. Karasuma beralih menatap Maehara, memberi tatapan kematian.

"Nah, silahkan kamu perkenalan diri. Saya tinggal dulu. Sebentar lagi jamnya Koro-sensei." Karasuma melangkah keluar kelas, membiarkan murid-muridnya beradaptasi pada si anak baru.

"Halo, nama aku Mi Ken, dari kanji Mi [身] yang artinya orang atau seseorang atau tempat untuk seseorang dalam hidup, sedangkan Ken itu pemberian nama dari nenekku yang asalnya dari negara lain. Panggil aku sesuka hati kalian. Salam kenal!" Mau seburuk apapun penampilannya, sifatnya yang suka bergaul dan cerewet susah luput dari dirinya. Ia melangkah menuju kursi kosong yang ada di belakang kursi si gadis kimia, Okuda Manami.

Sementara Koro-sensei belum datang, beberapa murid menghambur ke tempat Ken.

"Hai, Ken! Aku Kayano Kaede, salam kenal!" Gadis berambut hijau kuncir dua tersenyum memperkenalkan diri.

"Hei hei, coba tebak, yang duduk di sana berambut biru, katamu dia cewek atau cowok?" Tanya Rio sambil cekikikan.

"Hmm ... Karena kau bertanya seperti itu, pasti dia cowok?" Jawab Ken walau ragu.

"Hee?! Bagaima-" Ucapan Rio terputus oleh suara pintu kelas yang terbuka, menampilkan sosok gurita kuning besar yang mengenakan ... seragam?

"Selamat pagi, anak-anakku yang manis. Mari kita sambut hari ini dengan senyuman!" Setelah berbicara seperti itu, pelajaran pun dimulai.

Mata Ken tak fokus pada papan tulis yang terpampang angka-angka, melainkan ia terfokus pada Si Pengajar. Apa mungkin, kepala sekolah tadi ingin memberi tahu soal hal ini?

Bersambung....
524

𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒐𝒓 𝒕𝒉𝒂𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang