Hoakin

20 6 2
                                    


Aku terbangun di atas kasur yang empuk, langit-langit ruangan berwarna putih dan terlihat bersih juga nyaman, ruangan itu terasa hangat, aku mengumpulkan kesadaran, menghirup nafas, merasakan detak jantung dalam diriku, aku hidup. Lebih tepatnya, aku dihidupkan kembali, seharusnya aku sudah mati.

Aku menoleh ke kanan, Hoakin -iblis yang membunuhku- duduk tegap di kursinya, menatapku dengan seksama meski helai-helai rambutnya yang putih menghalangi pandangan.

"Pagi" ucapnya, aku melirik jendela di ruangan tersebut, di luar sudah malam, "Kamu potong rambut?" Tanyaku dengan suara serak.

"Bagaimana menurutmu?" Hoakin memainkan poninya dengan jari tangannya yang putih pucat.

"Aneh, gak cocok" ucapku, obrolan basa basi untuk memulai kehidupanku yang baru, aneh rasanya melihat Hoakin dengan rambut pendek, dulu ia memiliki rambut putih panjang, dengan 2 tanduk di kepalanya yang bisa berubah bentuk setiap harinya, dulu aku sering memainkan rambut panjang nya itu hingga hoakin kesal dan memakan jari jemariku.

Masih dengan keadaan berbaring, aku menggaruk leherku yang gatal, dan menyadari bekas jahitan melingkari leherku.

Ah iya, Hoakin memenggalnya kala itu, "Kenapa aku hidup lagi?" Tanyaku pada Hoakin, pria itu diam sejenak dan berkata "Pencipta merubah skenarionya." Pada akhirnya aku tahu kalau dia sendiri yang meminta kepada Sang Pencipta agar aku dihidupkan kembali.

Aku beranjak duduk, merenggangkan badan, terdengar tubuhku bergemeretak beberapa kali, bisa kurasakan persendian, denyut nadi, jantung, saraf otot, seluruh jaringan tubuhku yang terasa asing, ini bukan tubuhku, apa yang terjadi dengan tubuh lamaku? Aku tidak ingat.

Aku kembali menoleh ke arah Hoakin yang masih menatapku dalam diam, saat ini yang aku inginkan sebenarnya kata maaf atau penyesalan darinya, tapi memang pada dasarnya iblis itu memiliki ego yang tinggi, aku yakin dia tidak akan mengatakan itu.

Hoakin, aku sangat membencinya, karena dia selalu menyusahkan aku di kehidupan yang lama, membunuh banyak orang, membunuh manusia-manusia lain yang kusayangi, hanya untuk kesenangannya dan untuk mencari kekuatan terus-menerus, dan dia melakukan hal itu dengan tubuhku.

Sedikit bingung untuk dijelaskan, tapi nyatanya dulu kami adalah dua jiwa dalam satu raga, aku anak manusia yang ditumbalkan untuk menjadi kurungan bagi iblis pembawa bencana ini. Bersamanya adalah penderitaan, karena dia juga, aku menjadi makhluk yang (seharusnya) tidak bisa mati, meski pada akhirnya aku mati juga di tangannya.

Aku membencinya, aku ingin membuatnya terluka hingga mengucurkan darah, tapi di sisi lain aku juga menyayanginya, bagiku kehadirannya adalah penderitaan, juga kenyamanan, kesenangan, kerinduan, karena dialah bagian dari diriku, teman, sahabat, keluarga, bagian penyempurna diriku. Kami sudah bersama selama ribuan tahun sebelum akhirnya aku mati, dan terbangun dari kematianku untuk mendapati kami sudah memiliki raga dan jiwa yang berbeda.

Meski sudah terpisah jiwa raga kami, samar-samar aku masih bisa merasakan perasaan yang dirasakannya, hasrat, dan keinginan yang dia pikirkan, seperti sekarang ini, kalau kalian penasaran akan kuceritakan kisah masa lampau kami lain waktu.

Aku mendekat, perlahan turun dari kasur, hampir terjatuh tapi Hoakin menangkapku, kucondongkan tubuhku dan duduk dipangkuannya, memeluknya dengan nyaman, hingga kurasakan nafasnya menghembus pelan di leherku, tubuhnya terasa dingin sama seperti dulu, dia balas memelukku, tidak erat tapi aku menyukai itu.

"Aku pulang..." Ucapku dengan mata terpejam.

Demon Roommate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang