Inginmu dan inginku

1 3 0
                                    

Untuk gadis kecil tanpa identitas, mencari pekerjaan menjadi hal yang sulit, karena asal usulnya yang tidak jelas dan badannya yang kecil, banyak tempat dengan lowongan kerja yang langsung menolaknya.

Biarlah, toh Amu sendiri tidak bisa berkerja dengan baik, di kehidupannya yang lama Amu lebih banyak menghabiskan waktu untuk bertahan hidup secara survival di alam liar, berkelana dan tidak bisa bertahan lama hidup di tengah masyarakat karena Hoakin yang selalu mencari kesempatan untuk membuat kehancuran dan malapetaka.

Dan di kehidupan yang baru ini, ibarat seperti bayi yang dipaksa berkerja, Amu tidak tau apa yang harus ia lakukannya, Hoakin tidak bisa diandalkan dan ia harus terbiasa hidup bermasyarakat, Amu sudah mencoba meminta pekerjaan ke berbagai tempat, entah itu menjadi tukang bersih-bersih atau apapun itu tidak masalah, tapi nasib baik belum menghampirinya.

Sudah seminggu sejak ia mulai hidup kembali dan mulai mencari pekerjaan, putus asa karena tidak ada tempat kerja yang mau menerimanya, akhirnya Amu memulai usahanya sendiri, menjadi pelukis jalanan, menjual lukisan wajah yang akan selesai dalam hitungan menit, dengan style kartunis yang tidak begitu rapih, Amu memulai jasa gambarnya di taman kota, taman itu memang menjadi tempat dimana orang-orang menjual jasa, menunjukkan bakat dan kebolehannya

Amu memajang beberapa karya yang sudah ia gambar sebagai portofolio dengan menggantungnya di pagar pembatas taman dan setelahnya ia akan duduk manis menunggu calon klien.

Hari ketiga, dibawah pohon tan yang rimbun, usaha Amu masih tetap sepi peminat, hanya segelintir orang yang menengok sekilas lalu pergi, beberapa lagi ada yang mengasihinya hingga memberinya beberapa yang receh atau makanan ringan, mungkin karena ia pendatang baru sehingga usahanya tidak menghasilkan begitu banyak keuntungan.

Amu merapihkan jilbab hitam yang dikenakannya, lengkap dengan topi merah dan pin berbentuk tengkorak bertengger manis menghias kepalanya, meski tidak punya uang setidaknya pakaiannya masih nyaman dipakai dan dipandang orang, Amu melihat sekeliling, menonton para pejuang usaha yang lain ada penjual jasa sol dan semir sepatu, ada pria lusuh dengan pertunjukan tikusnya, ada anak-anak muda yang bernyanyi dan menjajakan makanan ringan, Amu cukup terhibur menyaksikan itu, dan mulai menggambar mereka untuk mengisi waktu luangnya.

"Hello, bisa kau gambar wajahku?"

Amu mendongkak, dia sudah senang karena pikirnya ada orang yang tertarik, dan ternyata itu hanya Hoakin, yang menatapnya sambil mengunyah roti sandwich ukuran jumbo, Amu langsung malas melihatnya, ia tahu ucapan Hoakin barusan hanya candaan saja, Amu kembali berkutat pada sketchbook dan guratan pena.

rambut putih Hoakin yang sudah kembali panjang seperti dulu bergerak mengikuti arah angin, Hoakin duduk di samping Amu dan meletakkan bungkusan coklat diatas kepala gadis itu, "Makan siang." Ucapnya.

Amu menghentikan kegiatan menggambarnya, membuka bungkus makan siangnya dan mulai ikut makan bersama Hoakin.

Beberapa hari setelah kejadian sarapan tempo hari, Hoakin sudah memulai usahanya sendiri, ia menjadi youtober gaming di rumah, entah bagaimana ia bisa membeli peralatan gamingnya seperti PC, kursi gaming, keyboard, dll, Hoakin tidak menjawab bagaimanapun Amu bertanya, dan yang membuat Amu kesal adalah jumlah viewer Hoakin terus bertambah setiap harinya, pendapatan uang Hoakin lebih mulus dari Amu, padahal iblis itu payah dalam bermain game tetapi mungkin karena wajahnya yang tampan membuatnya dimaafkan.

Makan siang selesai, Amu kembali pada sketchbooknya, Hoakin tidak langsung pergi, ia masih duduk diam, bersender pada pagar taman dan mendengarkan goresan-goresan pena diatas kertas, mereka tidak bicara, cukup lama mereka sibuk dalam angan masing-masing.

Hingga Hoakin menyenderkan kepalanya pada Amu, rambut panjangnya menghalangi buku, baru saja Amu hendak protes, Hoakin membuka mulutnya, bertanya akan hal-hal yang Amu belum begitu pahami.

"Inikah kehidupan yang kamu mau? Hidup bersaing dengan manusia lainnya, hidup menghabiskan waktu mencari materi, terlalu sibuk hingga kau lupa berbahagia...."

Amu terdiam, tidak menjawab, hanya mendengarkan Hoakin dan hembusan angin yang membuat daun berbisik.

"Kamu sudah terbebas dariku, kita tidak lagi terikat akan janji atau kutukan, dan kuhidupkan lagi  kamu bukan untuk melihatmu menjadi manusia kelabu seperti jiwa-jiwa mortal lainnya, hiduplah dengan bebas dan riang, sebagai pengganti tahun-tahun yang sudah kurebut darimu..."

Amu terhenyak, itu adalah ungkapan penyesalan Hoakin, ungkapan yang tidak bisa katakan dengan gamblang, Amu tersadar, justru kebangkitannya dari kematian adalah wujud penyesalan Hoakin, atau lebih tepatnya rasa bersalahnya atas ketiadaan Amu dalam kurun waktu yang lama.

"Tak apa, hiduplah seperti apa yang kamu mau, nikmatilah, tapi sekali saja kudengar kamu berharap untuk mati, maka akan kubuat kehidupanmu yang sekarang menjadi seperti dulu." Ucap Hoakin sebelum kemudian menghilang bersama angin, menyisakan Amu yang masih terdiam mencerna apa-apa yang Hoakin katakan.

Amu termenung, memikirkan apa yang sebenarnya ia inginkan, ia tidak tahu, ia hanya mengikuti arus, salahkah jika berambisi untuk memiliki uang dan harta? Ambisi untuk memiliki hal-hal yang dulu ia tidak sempat punya?

Amu mendengus, merasakan perasaan Hoakin pada dirinya, seperti setan putih itu sedang agak kesal.

"Kau menjual jasa gambar?" Amu menoleh, pria tua berbadan gempal dengan janggut putih tersenyum kepadanya, "bisa kau lukis wajahku?" Pria itu memberi uang receh, Amu seketika bersemangat, berdiri dengan antusias dan mempersilahkan pak tua itu duduk, ini adalah klien pertamanya.

Amu mulai menggambar dengan sepenuh hati, sembari berbincang-bincang dengan pak tua yang ternyata ia pemilik toko roti yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal Amu, tidak lama mereka sudah menjadi teman ngobrol yang akrab.

Selesai, Amu menyerahkan hasil lukisannya, pak tua melihat potret dirinya dalam bentuk kartun, ia tertawa, "Kau menggambar hidungku jadi lebih besar, haha, aku selalu ingin punya hidung yang lebih mancung." Kemudian pria tua itu pergi setelah meminta Amu untuk mampir ke toko rotinya di lain waktu.

Amu menatap uang receh pemberian pak tua, penghasilan pertamanya, tidak banyak tapi Amu merasa senang, pulang nanti ia akan memamerkan uang itu pada Hoakin.

Amu kembali duduk dan menggambar, menunggu klien selanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Demon Roommate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang