PROLOG

30 5 0
                                    

          LUKA. Satu kata yang menguasai dirinya sekarang. Kata itu sedang mencabik-cabik pikirannya. Membuat Ia mengeluarkan air mata dengan begitu derasnya. Naas, luka tersebut sudah membuat Ia kehilangan kepercayaan dirinya. Kepercayaan yang dulunya begitu kuat meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Hidup tidak akan berhenti di satu titik saja. Namun sayang, seperti yang kita ketahui bahwa hidup yang kita impikan nyatanya tidak akan pernah menjadi seperti ekspektasi yang kita buat. Seputus asa itu kah? Jawabannya, Ya. Jika tidak, mengapa Ia berada di sini. Mengapa yeoja itu berdiam di tempat yang seharusnya Ia tau, Ia tidak seharusnya berada di sana. Tidak pula dengan tatapan kosong dan semenderita itu. Sejenak Ia merenung dan menatap langit. Tidak ada bintang. Angkasa pun enggan untuk menyapanya di atas sana. Enggan menghiburnya dengan taburan bintang yang seperti pasir putih di atas langit. HAMPA.

          Di sisi lain, terlihat sepasang sayap hitam sedang bersandar di sebuah dinding yang letaknya tak jauh dari tempat yeoja itu berdiri. Pemilik sayap tersebut menatap punggung yeoja yang ada di depannya. Dingin. Lebih dingin dibandingkan manusia lainnya. Dia bisa merasakan energi keputusasaan yang begitu kuat. Ia pun mulai penasaran. Cukup dengan memegang pundaknya saja, dia akan bisa melihat kenangan seseorang selama masa hidupnya. Ia pun mencoba tuk mendekat. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, dan beberapa langkah kemudian saat tangannya hampir menggapai pundak yeoja tersebut, tak di sangka yeoja itu berbalik. Dan mengatakan satu kalimat yang tak Ia sangka akan Ia dengar dari seorang manusia.

          " Siapa, kamu? " Yeoja tersebut menatap kedua manik mata namja yang kini ada di hadapannya. Sang namja terlihat terkejut.

          " Bagaimana kamu bisa melihatku? " Ucapnya terbata. Tangan yang tadinya akan meraih pundak dari yeoja yang ada di depannya, justru kembali ke tempat dimana ia berasal. Meski masih dalam keadaan terkejut, pandangan namja tersebut pun beralih ke nametag yang ada pada seragam sekolah yang di kenakan oleh yang sedang menatapnya. Seo Hae A.

          " Aku tidak ingin pertanyaan. Aku butuh jawaban. Atau mungkin kamu, malaikat maut? " Cercaan pertanyaan tak kunjung juga usai. Namja tersebut sudah bisa menilai sedikit tentang sifat yeoja ini, gigih. Namun yang jelas, pandangan yang diarahkan kepadanya tidak ada rasa takut di dalamnya. Itu bisa menunjukkan betapa bulat tekadnya untuk keputusan yang yeoja itu buat saat ini. Namja tersebut mulai merentangkan kedua sayap hitamnya dan sedikit menjauh darinya dengan tujuan ingin melihat secara jelas wajah dari Hae A. Yeoja ini cantik, dan terlihat menyedihkan.

          " Kamu bisa beranggapan seperti itu. " Singkat. Baginya tidak perlu berbasa-basi terlalu jauh dengannya. Karena tujuannya hanya membutuhkan energi keputusasaan yang dipancarkan olehnya.

          " Aku tidak berniat menghalangimu. " Lanjutnya. Hae A menarik senyum mirisnya. Terlihat menyakitkan untuk seorang namja yang sudah ribuan kali menghadapi manusia yang berada di ujung keputus asaan seperti ini. Tidak ada niat untuk menolong atau menghibur, dia membiarkan Hae A berbalik dan kembali menatap apa yang ada di depannya. Hanya satu langkah lagi. Yeoja tersebut bisa menyelesaikan tujuannya dan ia mendapatkan tambahan energi untuk dirinya.

          " Apa kamu pernah merasakan sakit? " Pertanyaan itu keluar dari mulut Hae A yang sedang memunggungi namja yang masih setia berada di belakangnya.

          " Aku tidak pernah merasakannya. Dan tidak akan pernah. " Jawabnya dengan mudah dan tanpa beban.

          IRI. Itu yang Hae A rasakan sekarang saat mendengarnya. Betapa hebatnya hidup yang dimiliki namja atau sebenarnya makhluk tak bernama yang sedang Ia ajak bicara. Dia pun mengingat kembali apa yang sudah Ia alami dan mengapa Ia mengambil keputusan seperti ini.

          "Jika bisa bertukar tempat, aku ingin menjadi dirimu. Namun aku cuma manusia yang disebut aktris yang melakukan perannya sesuai skenario yang disebut takdir. Aku menerima semuanya. Aku menerima semua sakitnya. Tidak apa bukannya aku akan menerima sakit lagi, namun bedanya ... ini rasa sakit yang terakhir? " Ucap Hae A yang kemudian Ia benar-benar mengambil langkah terakhir di depan makhluk bersayap tersebut. Hae A menutup matanya dan membiarkan tubuhnya melayang ke bawah sesuai gravitasi yang menginginkannya untuk jatuh ke bumi. Satu langkah yang diambil Hae A membuat namja tersebut mencoba mengambil energi yang diinginkannya dari tempat terakhir yeoja itu memilih bertaruh nyawa.

          Namun ada kejanggalan yang Ia rasakan. Ia tidak menyerap energi apapun. Padahal sudah jelas Ia merasakan energi yang begitu luar biasa untuk menambah kekuatannya. Ia pun bergegas merentangkan sayapnya dan ingin terbang menghampiri Hae A yang raganya masih belum menyentuh bumi. Namun Ia dikejutkan saat melihat seberkas cahaya menghampiri dan membawa tubuh yeoja tersebut terbang naik ke tempat Ia berada. Namja bersayap hitam itupun berbalik. Ia melihat kedua kaki yang mendarat di atas atap. Sepasang sayap putih yang tidak asing. Pemiliknya pun berbalik sambil memperlihatkan Hae A yang sedang berada dalam gendongannya.

          " Kenapa kamu ada di sini, Jeon? " Tanya sang namja bersayap hitam.

          " Aku diperintahkan untuk menyelamatkan yeoja ini, Vern. " Jawab namja bersayap putih kepadanya.

          Lalu Vern tiba-tiba menganggap ini perihal bagus. Dia jadi tidak perlu repot-repot untuk terbang ke bawah dan memastikan kejanggalan yang ada. Dia pun mendekati tubuh Hae A yang masih dalam gendongan Jeon. Ia mulai menjulurkan telapak tangannya ke dekat tubuh Hae A sembari membaca mantra dalam hatinya. Amartia Aftikania. Jeon yang melihatnya tidak menghalangi. Karena hal tersebut sudah menjadi peraturan tidak tertulis untuk semua guardian dari-Nya. Vern memejamkan matanya. Dia mengerahkan seluruh tenaganya. Benar saja. Dia tidak bisa menyerap energi apapun meski dia merasakan energi yang luar biasa. Ia pun membuka matanya dan mulai menatap guardian Jeon dengan tajam.

          "Apa kau melindunginya dengan kekuatanmu sekarang?" Ucapnya tajam.

          "Untuk apa aku melakukannya? Itu sama saja aku melanggar perintah-Nya." Tegas guardian Jeon. Vern kembali menatap Hae A yang masih tidak sadarkan diri. Sebenarnya siapa yeoja ini? Kenapa sampai Jeon diperintahkan untuk menyelamatkannya?

===========================================================================

1. Yeoja : Wanita

2. Namja : Pria

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARVICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang