AM 02:00

238 30 1
                                    

Malam ini aku merindukanmu. Hari ini pun semua rindu hanya untukmu. Setiap aku memejamkan mata ini, hanya ada kamu dalam anganku. Aku tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui perasaanku sendiri.

Ya, aku menyukaimu. Kamu, dan karena itu dirimu.

Bagaimana menjelaskannya ya? Mengakuinya memang mudah, namun aku tak pandai untuk mendeskripsikan perasaan yang meluap ini.

Wajahmu tampan. Aku tahu.

Senyumanmu manis. Aku yakin, aku melihatnya sendiri.

Kau—semua yang ada pada dirimu membuatku jatuh terlalu dalam tanpa berniat untuk kembali ke daratan.

Apakah kamu tahu ketika aku menatapmu diam-diam?

Apakah kamu melihatku sesaat saja ketika aku memalingkan pandanganku darimu?

Apakah kamu juga menyukaiku?

Caramu menatapku terlihat sama ketika kamu menatap yang lainnya. Tutur katamu pun senada dengan apa yang selalu orang lain dengar. Mungkin aku hanya salah satu karakter pendukung dalam ceritamu, namun apa boleh aku menempatkan dirimu sebagai salah satu tokoh utama dalam ceritaku? Apakah aku boleh menyukaimu dalam dunia yang kubuat sendiri?

Aku menyukaimu. Sangat menyukaimu.

Ada kalanya aku menangisimu karena perasaanku meluap tak tertahan. Untuk setiap detik yang menjadi menit, hanya kamu porosnya.


[AM 02:00]


"Pukul dua pagi dan dirimu sendirian di sini. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?”

Lagi-lagi sepasang mata indah itu menatapku. Tatapannya hanya tertuju kepadaku saat ini. Ya, tentu saja karena hanya ada aku di hadapannya.

“Menunggu hujan?” Jawabku dan lagi-lagi kau menatapku di sini.

Wajahku semakin panas jika kau terlalu lama menatapku. Pukul dua pagi, seharusnya aku merasakan tubuhku membeku, bukan? Namun kau datang dan membuatnya hangat hanya dengan sebuah senyuman. Aku sedikit terkejut ketika kau mengambil tempat di sampingku. Dirimu di sini, ikut menatap langit yang mendung.

“Hari ini indah.” Gumam suara familiar itu tanpa menatapku yang kini tengah menatap dirinya.

“Alasannya?”

“Rahasia.”

Jawaban yang sangat tidak memuaskan, namun aku memilih diam dan ikut menatap apa yang dirimu lihat di langit yang gelap hari ini. Jelas tidak ada yang menarik di sana. Aku lebih suka menatap dirimu di sini. Surai hitam itu semakin memanjang, namun kau tak berniat memangkasnya menjadi lebih pendek.

Di sini—tepat di bawah gerimis hujan, aku memperhatikanmu sampai tak sadar jika kau tengah menatapku kembali. Kesadaranku tak sepenuhnya kembali saat kau menghapus setitik air yang jatuh di wajahku. Jemarimu terasa dingin, namun sentuhannya begitu hangat bagiku yang terlalu menyukaimu.

Apakah kalian tahu? Jatuh cinta terkadang membuat seseorang menjadi gila. Aku salah satunya.

“Hujannya sudah datang. Apakah sekarang Hokuto ingin beranjak dari sini?”

Sekitar pukul dua pagi. Sentuhan telapak tangan itu sukses membuatku semakin menggilaimu. Kawamura Kazuma sialan! Kenapa aku harus menyukaimu? Kenapa harus dirimu yang banyak dipuja oleh orang lain?

“Duluan saja.” Aku menepis lembut tangan Kazuma yang sesaat tadi mengacak helaian rambutku yang sedikit basah. Kazuma baik-baik saja dengan tindakanku, namun dirinya tak juga beranjak dari sudutnya saat ini. “Kenapa tidak pergi?”

AM 02:00 [KazuHoku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang