Bab 1. Gara-gara Drakor!

93 32 63
                                    


•••Happy reading!••


"Kanaya! Bangun Kak, udah siang nanti kamu telat!" teriak Devina ibu Kanaya dari luar, sudah kedua kalinya ia menghampiri kamar sang putri untuk membangunkannya tapi tak mendapatkan respon sama sekali.

Kanaya ini kalau tidur kamar pasti langsung di kunci dari dalem jadi gak ada yang bisa masuk ke kamarnya. Itulah kenapa dari tadi Devina cuma bisa gedor-gedor pintu sambil teriak-teriak.

Lelah karena terus teriak di depan kamar anak gadisnya, Devina lalu turun ke meja makan. Ia berjalan ke arah suaminya.

"Yah, kunci cadangan kamar kakak mana?" tanya Devina seraya menengadahkan tangannya ke arah sang suami.

"Lah buat apa Bun?" tanya Kelvin adik Kanaya, mereka hanya selisih satu tahun.

Aldo selaku kepala keluarga pun ikut menatap bingung ke arah istrinya, tumben sekali istrinya meminta kunci cadangan kamar milik putrinya.

"Itu loh kakak kamu sampe sekarang belum bangun, udah setengah tujuh nanti pasti telat itu kalo gak diguyur air," jelas Devina.

Aldo mengangguk paham. "Yaudah itu ambil aja di laci meja kerja Ayah."

"Ayo Bun, siram aja kakak pakek air dingin! Kalo bisa air es aja Bun!" teriak Kelvin pada sang bunda dengan penuh semangat.

Sepertinya adik laki-laki Kanaya ini amat teramat sangat bahagia jika kakaknya sengsara. Ya begitulah Kelvin, walaupun seperti itu ia tetap sangat menyayangi Kanaya dan tak akan tinggal diam jika kakak galaknya itu di sakiti seujung kuku pun oleh orang lain.

Sesuai prinsip adik pada umumnya, gak ada yang boleh ganggu kakak selain adiknya!

Devina menggeleng kecil melihat tingkah anak bungsunya. "Halah sok kamu, nanti kakak sampe sakit terus di rawat lagi kamu nangis-nangis gak mau pulang dari rumah sakit, mau nunggu kakak terus," cibir Devina pada putranya.

"Enggak ya ... enak aja, Kelvin gak nangis! Itu air matanya aja yang alay keluar terus!" elak Kelvin yang langsung mengundang gelak tawa dari kedua orang tuanya.

"Udah ah, malah ngobrol! Itu nanti kakak gak bangun-bangun terus malah telat loh Bun," sela Aldo yang kembali mengingatkan istrinya tujuan utamanya tadi.

"Oh iya! Astagfirullah, Kelvin sih ngajak Bunda ngobrol!"

Dengan segera Devina langsung pergi dari ruang makan dan menuju ruang kerja suaminya. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, wanita paruh baya tersebut berjalan ke arah kamar sang putri.

Ia membuka pintu dan mendapati sosok gadis yang masih bergelut dengan selimutnya, ia menepuk dahi frustasi, sudah dipastikan putrinya ini begadang semalaman untuk menonton drama Korea favoritnya.

Ia mendekati ranjang Kanaya lalu duduk di tepian ranjang, tangannya terulur untuk menepuk-nepuk pipi anaknya.

"Kak, bangun. Udah siang loh, bentar lagi masuk," ucap Devina dengan nada lembut.

Kanaya terlihat menggeliat pelan, ia lalu membalik badan membelakangi sang bunda.

"Lima menit lagi Bun," lirih Kanaya.

"Kak, udah jam setengah tujuh lebih loh," sambung Devina lagi yang langsung membuat Kanaya terduduk.

Kanaya langsung menatap ke arah sang bunda. "Bun, beneran setengah tujuh lebih? Kok alarm Naya gak bunyi?!" pekik Kanaya yang

Devina pun ikut menyerngit heran. "Kamu lupa gak nyalain kali, udah buruan bangun! Mandi terus sarapan kalo sempet gerbang di tutup dua puluh lima menit lagi loh," peringat Devina lalu melegang pergi meninggalkan kamar putrinya.

Rebutan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang