"Ta sini!"
Pagi itu Hasta dan teman-teman nya sedang bermain basket, kebetulan jam pertama pagi ini adalah olahraga jadi anggap saja ini sebagai pemanasan sebelum olahraga dimulai nanti. Suasana pagi ini ramai oleh gelak tawa di lapangan apalagi seorang pemuda berkulit tan itu yang menjadi sumber utama kenapa lapangan menjadi ramai dan menarik pusat perhatian dari anak-anak lain. Lapangan semakin ramai tawa ketika bola yang dilempar Hasta jatuh tepat di kepala Nakula.
"Tai lo." umpat Nakula sembari mengelus puncak kepala yang terkena bola, mana bola basket itu lumayan berat lagi, alhasil kini kepalanya jadi pusing. "Gue udahan, pusing anjir."
Hasta menyatukan kedua tangannya. "Hampura brother, aing teu sengaja." ucapnya, tapi wajah tengil milik Hasta membuat Nakula ingin sekali membalas temannya itu 10× lipat. Kemudian saat Hasta ingin mengambil bola yang menggelinding ke pinggir lapangan, matanya tak sengaja bersitubruk dengan ice gaze milik Laras. Waktu seolah berhenti, Hasta hanya merasakan eksistensi dirinya dan Laras, orang-orang di sekitarnya seolah menghilang di telan bumi.
Bahkan saat Laras memutuskan tatapannya sepihak—Hasta masih tetap menatap cewek itu sampai punggung sempitnya perlahan hilang dari jangkauannya. Entah kenapa saat bertatapan dengan Laras tadi perutnya seolah di gerayangi oleh ribuan kupu-kupu yang membuat Hasta tak bisa menahan senyuman nya.
"Woy Hasta!"
Hasta menoleh ke arah teman-temannya yang sedang menatap dirinya dengan heran. Cowok itu bergegas melempar bola pada mereka dan menghampiri Nakula yang sedang duduk sendiri. "Anjing Na, aing kayaknya baru ngerasain fall in love at the first sight. Laras-"
"Kata gue sih jangan Ta." potong Nakula lalu melanjutkan. "Dia hard to get, lo bisa-bisa prustasi kalo ngejar dia. Sebenernya sih gak apa-apa, terserah lo juga. Tapi Laras tuh... Gimana ya jelasinnya? Dia gak akan pernah ngasih feedback ke cowok, Laras gak akan mau buang waktunya buat ngetik sekedar iya atau ngga, dia gak bakal."
"Tau dari mana lo?"
"Tau Danu yang setim futsal sama gue yang anak IPA itu kan? Nah dia sealumni dan nyoba deketin Laras bahkan kodein terang-terangan juga udah tapi nauzubillah gak pernah di respon sama sekali—eh antara gak di respon sama gak peka sih, tapi yang jelas ujungnya tuh anak malah sama temennya Laras."
Mendengar itu bukannya kecewa perasaan Hasta malah semakin menggebu-gebu untuk tetap menjadikan Laras sebagai gebetan nya. Dia cowok, dia suka tantangan. Urusan diterima atau ditolak Laras itu belakangan, yang penting dia sudah berusaha.
"Sabodo Na, aing bakal tetep deketin Laras. Maneh nyaho teu sih tadi jantung aing rasanya dag dig dug serrr waktu gak sengaja eye contact sama dia. Duuh gusti beneran ini mah aing jatuh cinta pada pandangan pertama." ucap Hasta dengan penuh semangat.
Mendengar itu Nakula ingin sekali muntah, semua yang Hasta katakan itu omong kosong. Lihat saja nanti, cowok itu pasti akan menyerah dalam waktu beberapa jam kedepan. Ditambah lagi kisah percintaan Hasta selalu berhenti ditengah jalan entah karena cewek yang dia sukai tidak sesuai ekspetasinya atau cewek yang dia suka ternyata suka dengan orang lain.
Tapi balik lagi, tidak ada yang tahu perasaan manusia. Nakula hanya bisa mendoakan Hasta agar dia tidak prustasi saat mendekati Laras nanti, ya-meskipun ada kesenangan sendiri melihat temannya menderita.
°•°
Larasati Arum
Hastamma Gentala
Ajuna Imba
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze
FanfictionHesta tidak tahu kenapa ia bisa jatuh hati dalam waktu satu detik saja hanya karena tak sengaja bertatapan dengan seorang Larasati Arum. Hasta tau kalau ia memang tidak seganteng Jovan atau sesempurna Juna, tapi apa salahnya jika mencoba? Berbagai c...