Kematian Alysa

3 1 3
                                    

Bab 1.

Aku menatap gundukan tanah yang masih basah itu dengan batu nisan bertulis Alysa Latifah. Bunga melati yang masih segar menghiasi pemkamannya. Sedangkan satu persatu pelayat pun pergi meninggalkan area pemakan dan yang tersisa hanya kami berlima.

Aku, Zaim, Istiana, Wiwik, Novi dan Asih. Sebelumnya kami adalah sahabat yang berjumlahkan enam orang. Tetapi beberapa hari yang lalu, Alysa ditemukan tewas di atas balkon tempat kami mengkost dengan kondisi bersimbah darah dan juga terdapat bekas sayatan di lehernya.

Aku masih tidak menyangka bahwa Alysa sahabat kami yang pendiam itu meninggal dengan cara tragis. Padahal kami tahu bahwa Alysa tidak mungkin punya musuh. Aku duduk di depan batu nisan menyiram air di atas gundukan tanahnya kemudian di susul dengan Zaim dan yang lainnya. kami  semua mendoakan semoga Alysa tenang di alam sana.

Sebelum kami meninggalkan area pemakaman, kami berjanji di depan makam Alysa bahwa kami akan membantu pihak kepolisian untuk mengungkapkan siapa pembunuh Alysa.

Kami berlima bangkit dan meninggalkan pemakaman tersebut karena waktu pun sudah hampir sore. Disaat  mau masuk ke mobil tak sengaja aku melihat seorang lelaki dengan hodie warna hitam, celana hitam dan juga topi bahkan masker berwarna hitam berdiri di dekat makam Alysa.

‘’Im, coba lihat deh, ada cowok berdiri di depan makam Alysa,’’ ucapku pada Zaim.

Perempuan berhidung mancung itu menoleh ke tempat yang aku tunjuk.

‘’Mungkin mau ziarah di makam keluarganya. Sudahlah gak usah pikir aneh aneh," jawab  Zaim kemudian dia masuk ke mobil.

Sedangkan aku masih memperhatikan lelaki itu sehingga lelaki itu pun bergegas pergi sepertinya  dia sadar karena aku terus memperhatikannya.

‘’De, cepet masuk sudah mau sore! ntar malam kita mau tahlilan di rumahnya Alysa. Kamu mau ikut gak?’’ teriak Anna dari dalam mobil.

Aku pun bergegas masuk ke mobil kemudian menyalakan mesinnya dan melaju dengan kecepatan sedang.

Sepuluh menit berlalu kami tiba di kost.  Kupakirkan mobil di depan kost. Rekan satu persatu pun turun dan masuk kekamar masing masing. Dulu kami berenam satu kost hanya saja beda kamar.

Aku satu kamar dengan Anna, Susi dengan Wiwik, Zaim dengan Asih sedangkan Alysa kost sendiri. Kita bertujuh sahabat dari SMA hingga kuliah. Hanya saja Alysa sering menyendiri dan jarang berkumpul dengan kami. Tapi kami tetap menganggap dia sebagai sahabat karena kami satu desa.

Aku melepaskan hijabku kemudian membersihkan diri di kamar mandi. Sedangkan Anna memilih duduk di depan cermin dan berkutat dengan hpnya.

Tidak memakan waktu lama, aku selesai membersihkan diri. Aku keluar dengan handuk yang masih membalut dikepala.

‘’De, lihat ada artikel tentang pembunuhan Alysa. Beritanya sudah tersebar dimana mana,’’ ucap anna.

‘’yaiyalah sudah tersebar! gimana gak tersebar. Alysa meninggal dengan sayatan di lehernya dan kata polisi kemungkinan meninggal sudah empat hari yang lalu. Waktu tim sar mengevakuasi jenazah itu sudah membusuk,’’ ucapku pada anna.

‘’Ditambah kita juga belum tahu siapa yang tega membunuh Alysa,’’ lanjut Anna.

‘’Udahlah, mending kamu cepet mandi deh! habis ini kan kita mau tahlilan di rumah Alysa. Jangan sampe telat. Gak enak sama keluarganya. Kita harus bantu disana juga,’’ ucapku pada Anna.

Gadis berambut panjang itu pun bergegas bangkit dari duduknya kemudian masuk ke kamar mandi. aku mengambil benda pipih kemudian menekan tombol aplikasi yang berwarna hijau itu dan mengetik 'May Hongwan'.

May HongWanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang