1

7 0 0
                                    

Siang itu, hujan turun begitu deras di kota yang baru didatangi oleh seorang perempuan bertubuh jenjang. Rua namanya. Dia datang bertujuan untuk memperbaiki hidup. Tak banyak yang dia harapkan, hanya cukup dapat pekerjaan yang bisa memberinya gaji untuk makan dan cukup jika menyewa tempat tinggal yang murah di kota.

Siang itu dia menapakkan kaki sambil berlari kecil di tengah hujan untuk mencari tempat berteduh. Semangat mulai muncul. Ia merasa hujan menyambutnya sebagai pertanda bahwa secercah cahaya akan datang.

Baru saja meneduh di bawah pohon, sudah ada yang memberi payung untuknya. Seorang pria berdiri memberi payung dengan wajah ramah. Cukup manis, pikirnya. Tapi dia tidak mudah percaya siapapun di kota besar.

"ambillah! Aku lihat kau tidak membawa payung," ujar pria itu.

"yaa kau benar. Tapi aku sudah biasa seperti ini. Lagipula sebentar lagi hujan reda, basah sedikit tidak apa-apa." Rua berusaha mengelak.

"Jangan seperti itu, nanti kau bisa sakit. Ini ambillah!" pria itu menyodorkan payung dengan senyuman polosnya.

Rua akhirnya menerima sambil berterimakasih. Lumayan, payung gratis, batinnya.

"Tapi sepertinya ada sesuatu yang membuatmu menghampiriku, selain niatmu untuk memberi payung ini. Jangan tanya kenapa aku tau, aku hanya menganggap ini aneh karena  kita tidak pernah kenal sebelumnya"

"hmm..kau cukup peka ternyata. Bisa kita bicara di mobilku?"

'Sial. Aku jadi makin curiga!' gumamnya.

"apakah tidak bisa di sini saja? Atau di tempat makan? Aku lapar," pinta Rua.

"Baiklah.."

Akhirnya makan gratis!!

***

Rua memandangi steak di depannya dengan kagum.

"ayo cepat katakan kau mau bicara apa!" Rua tidak sabar.

Pria itu terlihat sedang berpikir. "aku bingung ingin mulai dari mana. Tapi sepertinya lebih baik kita berkenalan dulu. Namaku Pris," ujar pria itu sambil menjabat paksa tangan Rua. Tak lupa dengan senyuman polosnya.

"Rua." Rua hanya memandangnya datar. "kita sudah berkenalan. Jadi ayo cepat katakan! Masih banyak yang harus kulakukan hari ini."

"Apa kau ingin menjadi temanku?" ajakan itu cukup membuat Rua  menganga.

Dengan kesal, Rua memukul meja makan di depan mereka dengan kasar. keterkejutan terlihat jelas di raut muka pria itu. Tapi ia tak peduli.

"Cuman itu yang mau kau katakan?!!" tanyanya dengan sarkas.

"yaaa.." Jawab Pris ragu.

"Yang benar saja!! Aku tidak yakin cuman itu," todong Rua dengan tatapan mengintimidasi.

"Memang cuman itu. Aku hanya kesepian, jadi aku butuh teman untuk diajak ngobrol. Dan ketika ku lihat kau berdiri sendiri kehujanan seperti tadi, tiba-tiba saja terlintas ide ini," jelasnya.

"Kau terlihat seperti orang kaya. Mana mungkin kesepian. Kau bisa mendapat teman dengan itu, jadi tidak perlu sedrama ini. Tapi jika kau mau, kau bisa membayarku untuk menjadi temanmu. Atau mungkin memberiku pekerjaan." Ide licik itu seketika terlintas di otak Rua.

Pris tertawa.

"Kau lucu ya."

"Lucu apanya?" tanya Rua ketus.

"Apa adanya. Aku suka sifatmu."

"Cih.."

Singkat cerita, Rua dan Pris menjadi dekat. Pris selalu berusaha membantu Rua menjalani aktivitasnya. Bagi Pris hal seperti itu tidak sulit, karena masalah uang sangat mudah baginya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scratched GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang