Rumah

9 1 0
                                    

"Assalamu'alaikum, Haikal pulang"


Langkah lesu itu memasuki rumah, dan pergi menuju ke dapur untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Setelah itu, dia menuju ke kamar yang sudah ditempatinya sejak berumur 5 tahun.
Kamar dengan nuansa biru langit dan putih itu terlihat rapi dan bersih, Haikal membaringkan dirinya di kasur sambil memejamkan matanya.

Pikirannya masih terngiang-ngiang soal Ayara, sepertinya gadis itu berhasil membuat otaknya tidak bisa berhenti berpikir. Lamunannya buyar saat seseorang mengetuk pintu kamarnya, dengan segera dia bangkit dan membuka pintu. Menampilkan wajah wanita yang dia sayangi.

"Mama, ada apa?" tanya Haikal.
"Kamu pulang kok mama gak liat?" jawab sang ibu. Mendengar itu Haikal lantas mengajak ibunya masuk ke kamar dan duduk di kasur.  

"Emang mama tadi dimana? Haikal udah salam kok tadi pas masuk rumah, tadi juga ke dapur"
"Ah, tadi mama lagi di halaman belakang. Aduh, mama lupa" jawab sang ibu sambil terkekeh. Membuat Haikal ikut tertawa.
"Gimana tadi di sekolah? Lancar semua?" tanya mama pada anak semata wayangnya. 

"Baik ma, tadi ada siswi pindahan dari Jakarta. Kembar lagi ma"
"Oh ya, terus kamu udah kenalan? Gimana cantik gak?" tanya mama pada Haikal. 

"kalo kenalan secara resmi sih belum, tapi tadi makan siang bareng" jawab Haikal. Mendengar itu sang ibu pun langsung tertawa.
"Kok ketawa sih? Perasaan gak ada yang lucu" Haikal bertanya pada sang ibu yang tertawa karena jawabannya.
"Ya habis kamu bilang belum kenalan secara resmi tapi udah makan siang bareng" jawab mama menimpali pertanyaan Haikal.
"Gak gitu ma, tadi bisa makan siang bareng juga mereka di ajak sama Giselle sama Ayudia juga. Mereka gak kebagian meja jadi barengan makannya saru meja sama Haikal terus juga yang lain" Haikal memperjelas maksud dari 'makan siang bersama' yang Dia katakan tadi. Dan sang ibu hanya mengangguk sambil mengiyakan pernyataan anaknya itu.

Setelah keheningan yang cukup lama, Haikal yang sejak tadi menikmati elusan mamanya di kepala sontak membuka matanya saat ibunya mengatakan bahwa ayahnya akan kembali dari Amerika 3 hari lagi.

"Jadi ayah balik 3 hari lagi" Tanya Haikal pada mama.
"Iya, ayah kamu balik 3 hari lagi. Kenapa? Kok kamu kayaknya gak seneng gitu ayah balik?". Pertanyaan itu membuat Haikal bingung sendiri mau menjawab bagaimana.
"Bukan gak seneng ma, cuma...mama juga tau sendiri ayah gimana kan?" jawaban Haikal membuat wanita cantik itu menyendu.
"Haikal, dengerin mama! Ayah kamu mungkin terlihat keras dan tegas tapi dia itu sayang banget sama kamu, jadi jangan benci atau merasa ayah kamu terlalu mengekang ya. Mama juga bakalan berusaha buat jagain kamu, oke anak mama yang baik"
Melihat bagaimana sang ibu meyakinkannya begitu membuat Haikal menganggukkan kepala dan menyetujui perkataan mamanya.
............................................

Malam harinya Haikal merenung di balkon kamarnya, melihat bagaimana bulan dan bintang bersinar dengan terang dan indah di atas langit malam itu. Membuatnya tersenyum dan memejamkan matanya sambil menikmati angin malam.
Dan sekejap bayang-bayang tentang Ayara kembali memasuki pikirannya. Haikal kembali berpikir mengapa gadis itu tidak berhenti memasuki pikirannya.


"Ini kenapa gue mikirin cewek itu mulu sih? Masa gue suka sama dia. Eh, bodo aah" Haikal menggelengkan kepalanya saat Dia berkata seperti itu.

Dia kembali merenungi seperti apa yang akan terjadi saat ayahnya kembali. Haikal tidak pernah mengatakan bahwa dia membenci ayahnya, dia hanya tidak bisa menerima bahwa selama ini dia di tuntut untuk menjadi anak yang sempurna. Orang-orang mengenal dirinya sebagai anak dari Johnny Sergio Alfareezel yang memiliki perusahaan terkenal hingga ke mancanegara.
Seseorang yang cerdas dan bijaksana, dan sebagai anak satu-satunya Dia juga harus seperti ayahnya. Haikal bukannya tidak suka belajar, Dia hanya tidak suka bagaimana Dia tidak bisa menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya. Dia tidak bisa bebas melakukan apa yang dia inginkan. Tapi setidaknya dia beruntung karena masih memiliki sahabat yang selalu ada untuknya. Setidaknya Haikal bukan orang yang kesepian yang tidak memiliki teman yang bisa dijadikan rumah saat rumah yang dia tempati membuatnya sesak.

"Hah, selamat datang hari yang menyesakkan. Dan selamat tinggal hari yang bebas" setelah mengatakan itu dia masuk ke kamar kembali dan menutup pintu balkon. Dia naik ke atas kasur dan berusaha untuk tertidur, semoga hari-harinya tidak akan menjadi lebih buruk dari yang sebelumnya.

Semoga semesta bisa memberikan dia rumah yang benar-benar menerimanya dengan segala kekurangannya. Semoga dunia benar-benar bisa memberikan dia kisah yang membuatnya tidak menyesal karena sudah memilih untuk bertahan hidup.

Yaa, semoga
                               
                               ____

3 hari seperti yang di katakan sang mama, ayahnya kembali dari Amerika. Melihat bagaimana sang ayah tampak sama tegas dan berwibawa membuat Haikal segan untuk sekadar memeluk sang ayah sebagai bentuk rindu, karena beberapa bulan belakangan ayahnya pergi ke luar negeri untuk mengurus pekerjaan.
Senyuman teduh dari mama yang menyambut ayah, mengisi pagi hari yang sedikit tegang ini.
"Selamat datang, sayang. Gimana kabarnya hm?" Tanya mama sembari memeluk sang suami
"Makasih yaa, aku baik. Cuma kangen sama kamu"

Mendengar itu sang istri langsung menjawab. "Emang gak kangen juga sama Haikal?"
Menyebut nama Haikal, Johnny otomatis melihat ke sekitar untuk mencari anak satu-satunya itu. "Dimana Haikal, kok gak ada?"
"Haikal di sini yah" Johnny melihat anak itu turun dari tangga sembari menghampirinya.
"Gimana kabar kamu? Gak berbuat yang aneh-aneh kan? Ayah selalu mengawasi kamu biarpun ayah gak di sini".
Haikal hanya bisa tersenyum kecut mendengar rentetan pertanyaan ayahnya, bukan itu yang ingin dia dengar. 

"Gak yah, ayah tadi juga bilang ngawasin Haikal kan. Jadi seharusnya ayah juga tahu Haikal gak macem-macem"
"Bagus, kamu harus menjaga martabat keluarga kita" ucap sang kepala keluarga sambil menepuk bahu sang anak.

Melihat bagaimana sang anak tampak kecewa dengan sikap ayahnya, Ratih segera membawa sang suami ke kamar. Dan menyuruh Haikal untuk pergi, karena sejak pagi dia sudah izin mau pergi menemui teman-temannya.

"Wooi, bro, dari tadi ngelamun aja lo. Kenapa sih, cerita coba"
"Kaget gue, bisa gak sih gak usah ngagetin gitu". Tentu saja Haikal kaget saat Jevano bertanya dengan menepuk bahunya keras.

"Ayah, udah balik dari Amerika"
"Pantes, lo dari tadi kagak ada semangat hidup" timpal Mahen.
"Udah, gak usah terlalu di bawa pikiran Kal. Kita di sini selalu ada buat lo, jadi tenang aja".


Perkataan Reyhan membuat dirinya merasa sedikit tenang, karena memang tidak ada namanya ketenangan bagi Haikal saat dunia dan semesta menuntut dirinya menjadi orang yang sempurna. Sambil mengangguk dia berkata pada semua orang yang di sana 

"makasih buat lo semua. Makasih karna udah mau jadi teman gue, bahkan saat dunia aja gak mau nerima satu kekurangan gue".

Suasana mendadak mengharu saat Haikal mengucapkan hal itu.
Mengingat anak itu selalu menutup semua masalahnya dengan hal konyol yang dia lakukan. Dan suasana itu harus berubah saat dengan polosnya Ardian mengatakan hal yang membuat mereka melihatnya dengan aneh.
"Emang sejak kapan dunia gak nerima bang Haikal, emang bang Haikal setiap jalan di tanah langsung di lempar gitu aja"
"Gak gitu konsepnya Ardian. Ah, tau deh, lelah gue ngadepin manusia macem lo"
"Emang manusia ada berapa macem bang?" Ardian kembali melayangkan pertanyaan random.
"Udah, gue lelah, bukan adek gue" Reyhan.
"Kan, gue emang bukan adek lo bang. Lo adeknya bang Dimas"
"Udah. Udah, cukup saya tidak sanggup dengan semua ini. Saya lelah, Ya Tuhan tolong keluarkan saya dari lingkaran pertemanan tidak jelas ini" perkataan Mahen membuat gelak tawa dari mereka. Sepertinya yang tertua di antara mereka merasa tertekan berada bersama anak-anak random bin ajaib.

Setidaknya, hal itu bisa Haikal ingat sebagai momen yang hangat. Mengobati luka yang selalu tertutup rapat. Semoga hal ini bisa terus Dia rasakan.

                              ______



Note :

Ul balik lagi setelah sekian lama menghilang, jujur sebenernya takut dan kurang percaya diri sama cerita ini. Tapi karna dapat dukungan dari Besti akhirnya Ul berani buat ke publish cerita yg udah lama di pendam.

Untuk para pembaca yang sudah mampir, Ul ucapkan terima kasih. Terima kasih karna sudah mampir dan menyempatkan membaca cerita Ul, bahkan sampe baca note yang udah Ul tulis. Ul juga minta para readers untuk Vote dan Coment sebagai bentuk apresiasi dari cerita yang udah Ul bikin. Sekali lagi terima kasih^o^

Kisah SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang