"Bunga terakhir itu gak selamanya dilambangkan sebagai bunga perpisahan, kalau dikonotasikan mungkin akan terdengar negatif. Bagi aku, bunga terakhir bisa dilambangkan sebagai bunga kebebasan. Mungkin, kehidupan baru bisa dimulai dari bunga terakhir tersebut."***
Arkatama Haruanka
***karunasankara sostro
***
Yang pertama kali Runa lakukan saat dirinya sudah sampai di kost yang nantinya dia tempati selama empat tahun kedepan adalah keliling terlebih dahulu. Mengamati aktivitas di sekitar lingkungan kostnya. Besok adalah hari pertama Runa menjalani ospek. Jadi supaya besok dia gak kebingungan, Runa memulai dengan jalan jalan.
Bukan jalan jalan shopping ya! Tapi jalan kaki, mengamati sekitar. Kebetulan, Runa ngambil kost yang masih satu lingkungan dengan area kampusnya. Jadi jarak kampus dengan kost bisa ditempuh sekitar sepuluh menitan lebih. Jalan kaki aja sampai, kok.Suasana terasa hening, mungkin karena sekarang sudah jam dua siang. Aktivitas di kampus jam segini sudah berkurang, mahasiswanya pasti sudah banyak yang pulang ke tempat tinggalnya masing-masing.
Runa berhenti sejenak. Berusaha menikmati udara yang terasa sejuk, mungkin karena habis hujan.
Namun kekhidmatan yang baru dia dapatkan langsung buyar seketika. Saat ada se-kaleng minuman bersoda melayang dan menubruk dahinya. Cukup keras, mungkin kepalanya sudah benjol sekarang. Mata Runa otomatis terbuka.
"Aw! Orang gila mana yang kerjaan nya lempar kaleng sembarang?! Mau gue tuntut itu orang!!" Runa mengelus-elus dahinya yang baru saja terkena lemparan kaleng kosong. Dia masih mengelus dahinya dengan tujuan mengurangi rasa nyeri, walau percuma. dielus ataupun enggak, tetap aja masih sakit. Tindakan percuma emang. "Sumpah, siapa sih yang kurang kerjaan banget?" Teriak runa emosi. Dia masih berusaha mencari siapa pelaku yang bertanggung jawab untuk dahinya yang (sepertinya) benjol.
Runa memandang sekitar, mencurigai semua orang yang lewat, berharap menemukan pelaku utama. "M-mbak...?" Seseorang pria mendekati nya. "Kenapa?" Tanya runa ketus. "Maaf! Itu yang ngelempar kaleng saya!" Pria itu meringis saat melihat ekspresi runa yang seperti siap menerkam nya.
"Ngapain sih, mas, ngelempar kaleng sembarang. mentang-mentang situ ganteng, jadi berani ngelempar sembarang?" Seru runa melotot. dirinya berusaha sabar untuk tidak mengeluarkan makian.
"Maaf. Saya gak bermaksud demikian." Lanjut pria tadi menerangkan. "Niat saya tadi mau buang sampah. Disamping mbak ada tong sampah. Jadi tujuan saya tadi ngelempar supaya masuk ke tong sampahnya." Runa membalikkan badan, berusaha membuktikan ucapan pria ini. Oh, ternyata disana beneran ada tong sampah.
"Mau sengaja atau enggak sengaja, tetap aja kepala saya benjol gara-gara kena kaleng situ!" Runa masih ngotot. "Kepala saya pusing. Besok ada ospek pula. ini gimana kalau kepala saya kena geger otak."
"Duh, mbak. Saya beneran minta maaf. Saya tau walau saya minta maaf pun kepala anda masih tetap sakit. Saya tau, itu. Duhhhh, tapi perkara ini bisa ditunda besok aja gak mbak? Saya ada keperluan ini!!" Runa sudah siap mengeluarkan makian untuk pria di depan nya, namun sebelum itu benar-benar terjadi. pria itu sudah terlebih dahulu menodongkan ponsel nya kearah runa. "Nomor ponsel kamu berapa? Ini biar saya save. Biar nanti saya hubungi kamu setelah keperluan saya selesai, gimana???" Tawar pria di depan nya, kalau runa melihat dari raut wajahnya sih, pria itu beneran kalut. Entah pria ini jago akting atau enggak, tapi runa rasa pria ini berkata jujur.
Runa menghela napas pelan, "sini ponsel kamu. Biar saya aja yang nulis," Runa pun mengambil alih ponsel tersebut, dengan tangkas tangan nya mengetik. "Udah, ya. Awas loh, kamu bohong!" Runa menunjuk kedua mata pria di depan nya ini dengan dua jari nya.
"Saya janji! Terimakasih ya, mbak," Senyum pria itu saat menerima ponselnya. "Duluan ya, mbak." Tukasnya sebelum pergi meninggalkan runa sendiri.
"Apaan sih?" Runa memutar kedua bola matanya. "Tapi mas nya ganteng," Puji runa, "Tapi bego. Jadi sama aja bohong!!" Lanjut runa mendengus kasar, menyesali kenapa harinya berubah menjadi sial begini. "Ah, jadi gak mood deh makan bebek pengap." Pada akhirnya runa memutuskan untuk kembali ke kosan dan berusaha melupakan hari sialnya ini.
***
Author's note(Bisa dicek. Dari lagu ini kalian bakal tau ending nya giman wkwkwk).
(Dari kedua ini, deng. Wkwkwk)
Gue berharap cerita ini bisa diselesaikan dengan baik. Bukan gue tinggalin setengah-setengah. Perkiraan bakal makan 20 episode. Doain gue supaya bisa rajin dan (mood) sehat.
Arigato!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last flowers
RomanceIt just a flowers he gave to me, nothing more. but, what if, from that flowers.. he succed makes my love for him blooms more. He said, we friends, no more. He said, he married me due to his parent has order. "Nina, you already know it from the sta...