.2 'tis the damn season

124 14 0
                                    

Dear Diary,

Teruntuk kamu yang membuat dadaku berdesir hebat, hanya ingin bertanya 'apa yang telah kamu lakukan padaku?'

••

'Satu, dua, lima bola basket.'

Tepatnya otak seorang Ruby akhir akhir ini memang sedang dipenuhi sosok misterius tersebut.

Sangat mengganggu dan sangat menyebalkan baginya namun tidak mudah ditepis dengan begitu saja olehnya.

"Ruby, kenapa bapak lihat kamu menggigiti pulpenmu terus?" tegur sang guru matematika pada salah satu murid teladan di kelas tersebut yang kini hanya tersenyum kikuk dan berakhir menaruh pulpen tersebut kembali ke atas mejanya.

"Psst. Rub, kenapa?" tanya Fresyah yang duduk tak jauh dari kursi miliknya.

'Ngantuk.' alibi Ruby sambil menguap.

"Ruby, kenapa kamu menguap di kelas saya?" tegur sang guru kembali dan menatap tajam pada Ruby yang terlonjak kaget tersebut.

"Eh bukan pak. Saya itu hanya— "

Guru tersebut pun memotong kalimat Ruby dengan cepat. "Cuci mukamu dan cepat kembali dengan wajah yang segar." perintah sang guru sembari menunjuk pada pintu kelas ruangan.

Ruby pun hanya berlalu pergi dan berdecak kesal setelah mendegar tawa serta seruan dari teman teman sekelasnya. "Ck! Sampah!"

Namun setelah benar benar keluar dari ruangan yang cukup menyesakkan untuk nya tersebut. Semilir angin sejuk tiba datang dan menerpa wajah miliknya, sehingga membuatnya menjadi lebih rileks.

Sampai suatu ide jahil pun terbesit pada otaknya. 'Jika nanti ditanya kenapa lama, maka tinggal jawab saja jika tidak ada air di toilet di lantai atas maka harus menggunakan toilet di lantai bawah.'

Ruby pun akhirnya terkekeh dan melewati 3 kelas yang berada pada lokasi berbeda dengan letak kelasnya. Dengan langkah santai Ruby pun mengintip kelas Eriska dan Intan yang terlihat sedang mengikuti ujian harian tersebut.

"Pstt! Eriska! Intan! Semangat ujiannya! Hahaha." bisik Ruby dari arah luar kelas dan segera berlalu menuju kelas berikutnya yaitu kelas Kiara, tanpa menyadari satu sosok yang beberapa hari ini sedang menghantui pemikirannya juga berada di kelas tersebut.

Kiara bukanlah anak yang pandai bersosialisasi maupun bergaul dengan banyak orang. Sehingga kepribadiannya yang dapat terbilang sangat tertutup itu pun membuatnya menjadi semakin susah untuk diajak berteman seperti pada umumnya.

Namun lain dengan Ruby yang memandang semua temannya pukul sama rata tanpa pandang status sosial keluarganya dan dia juga yang telah membuat Kiara menjadi sedikit lebih terbuka dengan teman teman sekolah dasar nya yang beranggotakan 6 orang termasuk dirinya tersebut.

Awalnya Ruby sama tertutupnya dengan Kiara namun teman temannya sekarang ini mampu merobohi dinding pembatas tersebut dan salah satunya adalah Bella dan Eriska serta si pucat bermulut cerewet Fresyah.

Lalu bagaimana dengan Intan? Dirinya tentu tidak jauh tertutup seperti Kiara hanya saja karena Bella yang begitu hiperaktif selalu mengikut sertakan Intan pada setiap topik yang sedang dibahas.

Ku rasa cukup bercerita sekilas tentang lingkar pertemanan yang Ruby miliki. Sekarang mari kita kembali ke topik pembahasan yang sebenarnya, dia merupakan 'satu sosok' yang telah membuat desiran aneh pada dirinya sejak kedua mata itu tak sengaja saling bertatapan.

Terlalu cepat jika dikatakan sebagai jatuh cinta hanya karena kejadian kecil tersebut apalagi dimana umur Ruby yang kini masih menginjak tiga belas tahun tersebut.

"Mari berhenti berpikiran konyol dan kembali ke ruang kelas." ucap Ruby pada dirinya dan segera pergi kembali melewati ketiga ruang kelas yang barusan dilewati olehnya.

~

Bel jam pulang pun berbunyi, seluruh murid sekolah menengah pertama tersebut pun mulai berhamburan di lorong kelas untuk mencari teman temannya begitupula dengan Ruby yang kini sudah bersama Bella dan Fresyah mendatangi ruang kelas yang entah mengapa selalu keluar terakhir tersebut.

"Kalian merasa aneh tidak dengan kelas ini?" tanya Ruby dengan menunjuk ke arah ruang kelas Intan dan Eriska.

Bella pun menggeleng singkat dan Fresyah yang mengangkat bahunya menandakan keduanya tidak merasa adanya keanehan.

"Kelas mereka selalu keluar terakhir!" protes Ruby sembari menunjuk pada dua presensi yang baru saja keluar kelas tersebut.

"Kenapa main tunjuk tunjuk?" tanya Eriska kebingungan serta Intan yang hanya mengerutkan dahinya.

"Kenapa kelas kalian selalu keluar terakhir?" ulang Ruby dengan memprotes kembali.

"Tidak setiap hari, kau terlalu berlebihan Rub." balas Bella mencoba untuk menghentikan drama milik Ruby tersebut.

Ruby pun hanya bisa mengerucutkan bibirnya dan memanggil Kiara yang juga baru keluar ruang kelasnya namun seketika membuatnya terdiam kembali setelah melihat 'sosok' tersebut keluar dari kelas yang sama dengan Kiara.

'Eh?'

Selama kurang lebih hampir tiga bulan berteman, siapa kira jika temannya bisa satu kelas dengan sosok misterius tersebut?

"Kiara, kau berhutang penjelasan padaku." ucap Ruby pada Kiara yang menatap temannya dengan alis yang menukik sebelah.

"Tidak, jangan disini. Terlalu ramai." ucap Ruby kembali dengan mengapitkan salah satu lengan Kiara dengan miliknya dan berlalu pergi dari lantai gedung tingkat tersebut.

Seperti permohonannya kemarin, hari ini Ruby disuguhi pemandangan anak basket yang sedang berlatih sama seperti kemarin. 'Basket itu latihannya setiap hari ya?'

"Hei, kita mau ke kantin dulu tidak?" tanya Ruby ketika sampai di lantai dasar gedung.

"Mungkin tidak, aku ingin langsung pulang saja." ucap Fresyah dan disetujui oleh Eriska dan lainnya mengikut.

"Boleh sebentar menonton basket? Sekali saja, lagipula apa kalian tidak penasaran?" ucap Ruby mencoba untuk menghasut pemikiran teman temannya yang ingin kembali pulang ke rumah masing masing.

"Bagaimana?" ulang Ruby dan disetujui oleh beberapa teman temannya namun tidak dengan Kiara yang tetap pada pendiriannya. "Kalau begitu sampai bertemu besok, aku pulang duluan ya."

"Lagipula siapa yang ingin kau lihat? Yang kemarin itu?" tanya Fresyah langsung pada sasarannya.

"Tidak, hanya sedikit penasaran saja." jawab Ruby dengan jujur dan terduduk di depan ruangan sanggar tari yang bersebelahan tidak jauh dari lokasi lapangan basket tersebut.

"Sebentar saja ya menontonnya, aku bosan melihatnya." pinta Bella dan bersandar pada salah satu pilar di depan ruangan tersebut.

Dengan mengerutkan keningnya, Ruby pun bertanya. "Memangnya kau sudah tau mereka akan melakukan apa?"

"Kelas satu kemarin, aku sempat mengikuti ekstrakulikuler basket dalam satu minggu, lalu setelah itu aku pindah ke tari modern." jelas Bella panjang lebar.

Dan tidak terasa waktu sudah berlalu, begitupula dengan anak sekolah menengah atas yang sudah keluar dari ruang kelasnya.

Eriska pun segera beranjak untuk pergi dan mengajak semua teman temannya termasuk Ruby untuk pulang entah dengan alasan yang jelas.

Dalam perjalanan melewati lapangan basket, kutatap sekali lagi dirinya yang sedang berlatih tersebut sebelum berlalu pergi.

𝐀 𝐮 𝐠 𝐮 𝐬 𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang