Dia disana, berdiri dengan tegap didepan tiang bendera. Tengah menatap kesang saka merah putih memberi hormat padanya. Mengabaikan cucuran peluh keringat yg telah membasahi wajah cantiknya.
Hukum.
Dia sedang dihukum.
Karena datang terlambat kesekolah bersama ketiga sahabat karibnya. Maka dari itu hukum sekolah jatuh pada mereka.
Inginku berlari kesana dan menjauhkan sinar matahari terik pagi ini, menghalangi wajah lelahnya. Tapi... Aku memanglah tak seberani itu.
Tak seberani seseorang yg saat ini menghampirinya dan memberinya juga ketiga temannya sebotol air mineral. Si Ketua OSIS kebanggaan sekolah ini, Azizi Asadel atau kerap yg dipanggil Zee oleh rekan sebayanya.
Dia memang seberani itu, jauh berbeda dariku yg masih berdiri dibalik pilar bangunan sekolah, dekat dengan tempat gelap yg tak terkena sinar matahari. Mencoba menyembunyikan kehadiran seminimal mungkin.
Zee memang sepemberani itu, bahkan sampai berani mengacak rambut dari Ashel kesayanganku.
Oh ayolah !
Tak bisakah dia menjauhkan tangannya barang sedetik ? Tak taukah dia kalau ada yg sedang berjuang memperhatikan kesayangannya dari jauh saat ini ?? Mencoba untuk menepis tangannya dari rambut lembutnya ???
Yah... Dia memang tak tau sih.
Ok. Zee nggak seharusnya disalahkan, dia nggak salah. Tapi salahkan diri sendiri yg terlalu pengecut.
Gerutuku yg saat ini masih memenuhi isi kepala, tapi tak lama aku menyadari satu hal. Seseorang sedang memperhatikanku tapi siapa ?
Saat kuedarkan pandanganku,
Oh ternyata.
Ohhh.
Ok.
Calm down diriku.
Ashel tengah memandangku.
Dia saat ini sedang berdiri sendirian disana, sepertinya teman temannya juga Zee pergi meninggalkannya lebih dulu.
Tapi aku tak boleh besar kepala dulu bukan ?
Dia mungkin saja sedang memandang kearah lain yg masih satu arah denganku. Kan ?
Dia kemudian tersenyum kala aku memandang dirinya. Catat. TERSENYUM.
Aku mematung tanpa tau harus melakukan apa. Apakah dia benar benar seperti memandang kearah ku ?
Lalu aku harus apa ?!!
Tuhanku !
Dia bahkan melambai kearahku dan mulai berjalan mendekat !
Aku hanya mampu berdiri dengan kedua lutut yg sudah bergetar, bahkan satu sentuhan saja sepertinya mampu membuatku jatuh merosot saat ini.
Dia saat ini hanya berjarak 15 meter saja dari tempatku berdiri.
Tapi, seorang temannya yg kuketahui bernama Marsha memanggilnya, mendesak untuk segera mengikutinya menuju kekantin.
Ashel pun menurut dan berjalan pergi, tapi sebelum itu dia berbalik sempat tersenyum dan melambai kearahku.
Aku memang tak tau untuk siapa semua hal itu diberikan.
Tapi saat ini logikaku sedang tak berdaya, jadi akan kuanggap semua itu hanya untukku.
Untukku.
Ku mendambakanmu mendambakanmu...
KAMU SEDANG MEMBACA
" Monolog "
Fiksi PenggemarCerita Tanpa Kata, Sunyi Yang Bersuara. Tentang dirinya dan ceritanya, tanpa adanya suara didalamnya. Karena tak setiap kata mampu menceritakan ceritanya. Author oleng bentar ke delshel. Cerita yg lain tetep lanjut kok...