Third Monolog

108 20 2
                                    


Sticky note dengan tulisan,

Kepada, Adzana Shaliha.

Aka, rinduku.

Engkau sang pencuri hati,

Yg bahkan tak pernah kusadari.

Halo, apa kabarmu hari ini ?

Pasti baik kan ? Kalau tidak... Haruskan saja.

Pencuri hati...

Aku rindu,

Baca saja tulisan ini. Dan akan kuanggap kau juga merindukanku.

Tertanda, secret admirer kesayanganmu.

R.F

Hanya tulisan simple yg sederhana bukan ?

Tentu saja aku menulisnya dengan cara menahan diri supaya tak ada kata alay yg tersemat didalamnya.

Agak sulit sih, bahkan sebenarnya tulisan ini harus lebih panjang. Tapi aku sadar, dia tak mungkin membaca semuanya begitu saja. Bahkan dari seseorang yg tak dikenalnya sekalipun.

Haahhh.....

Baiklah, mari lakukan.

Kutempel sticky note itu diatas meja miliknya, supaya dia bisa langsung membacanya. Lalu bergegas keluar ruang kelas itu, sebelum ada yg memergokinya. Walau dirasa itu tak mungkin.

Lagipula, siapa yg mau datang jam 06.05 pagi ? Yah... Mungkin penjaga dan pengurus sekolah saja yg datang sepagi ini, sisanya mendekati bel masuk baru pada berdatangan.

Berjalan dengan perlahan kearah rooftop sekolah karena merasa bosan, aku menunggu bel masuk pelajaran dimulai disini.

Berpikir kalau apa yg kulakukan dirasa sia sia. Karena semuanya tak pernah sesuai bayanganku.

Bahkan Ashel saja jarang membaca sticky note seperti itu. Dia lebih sering mengambil dan melipatnya dengan rapi, kemudian membuangnya ketempat sampah terdekat. Benar benar sampah menurutnya.

Tapi aku benar benar kehabisan ide untuk memberinya kabar. Bisa saja aku menemui dan menyapanya, tapi itu tak pernah akan terjadi. Karena diriku yg pengecut ini.

Mampukah seseorang bisa setangguh aku ?

Bergerak dalam diam, tanpa melakukan apapun.

Ingin menunggu tapi tak tau apa yg ditunggu.

Ingin bertahan tapi tak ada yg menahan.

Aku memang bodoh, ingin sekali memilikinya. Tanpa dia tau kehadiranku sama sekali.

Seseorang yg kudoakan dan selalu kusemogakan.

Kringgg...

Bel masuk sudah berbunyi. Satu panggilan itu cukup untuk membuatku segera bergegas bangkit dari dudukku berusaha kembali kekelas sebelum ada guru yg masuk kedalamnya.

Ternyata aku menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan semua itu.

Tapi langkahku harus terhenti karena seseorang sedang berdiri di hadapanku saat ini.

Ya Tuhan...

Dia berdiri dengan senyuman lembut juga pandangan meneduhkan miliknya, membuatku membeku seketika.

Satu langkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Dan saat ini dia tepat ada di hadapanku.

Mengangkat sebelah tangan kirinya, memperlihatkan sticky notelalu mengatakan sesuatu yg tak pernah kuimpikan selama ini.

" Dari, Adzana Shaliha.

Aka, rindumu.

Engkau sang pencuri hati,

Yg bahkan tak pernah kusadari.

Halo, apa kabarmu hari ini ?

Tenanglah, aku baik baik saja.

Pencuri hati...

Aku rindu,

Cukup dengarkan apa yg kukatakan saat ini,

Maka kau akan tau seberapa besar rinduku.

Teruntuk secret admirer kesayanganku.

Reva Fidela. "
















Tamat...

" Monolog "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang