3. Pertemuan (Jay)

1.1K 149 28
                                    

Aku menyukaimu tanpa syarat—Jay🌱

Rumput liar yang tumbuh di depan rumah milik keluarga Jay kini sudah di pangkas rapi. Sebagai keluarga kolomerat hal itu tentulah sebagian dari kewajiban yang perlu dilakukan sesering mungkin apa lagi ketika hendak melakukan acara keluarga seperti hari ini.

Semenit yang lalu Jay baru pulang dari kantor pusat milik keluarganya. Rasa lelah letih dan lesu bercampur menjadi satu. Segera ia mendudukan diri di ruang tengah dengan kerah baju yang entah sejak kapan sudah tidak terlihat rapi lagi. Dua kancing teratas dibukanya asal sementara dasi masih tergantung dilehernya meski agak berantakan.

"Duh, anak ganteng Mommy baru pulang." Jay memalingkan wajah kesumber suara, memperhatikan sang Ibunda melangkah anggun mendekati anak semata wayangnya. Sempat memberikan senyuman teduh—keibuan. Hari ini Ibunya masih saja terlihat cantik.

"Mom?"

"Kalo cape istirahat dulu sana gih. Nanti malam kan ada acara makan keluarga sama beberapa rekan kerjanya Papi di rumah. Kamu jangan sampe kecapean ya. Ntar malah ambruk lagi."

"Tapi Jay gak bisa ikut Mom, ada janji kan sama anak-anak buat ngumpul. Udah sebulan soalnya gak ngumpul."

"Kamu bukannya gak bisa Jay. Mommy tau kalau kamu gak mau ikut acara ini. Tapi kali ini Mom mohon, kamu harus ikut. Papi bisa kecewa kalau kamu gak ikut lagi. Kali ini acaranya penting. Ini menyangkut reportasi perusahaan kita sayang."

Lagi-lagi Jay mengalah. "Ok Mom." Sedetik kemudian sang anak lantas memalingkan pandangannya, mengecek layar ponsel di tangan kananya mengetik sebuah pesan singkat sebelum sepenuhnya bangkit dari sana pergi meninggalkan Ibunda tercinta, sempat mengucapkan "Jay kekamar dulu ya Mom." Sebelum benar-benar meninggalkan ruang tengah dengan senyuman tipis diwajahnya. Si ibu lantas mengangguk kemudian mempersilahkan sang anak pergi meninggalkannya.

Guys. Maaf banget kali ini gue absen lagi. Ntar di gojekin makanan deh. List aja kalian mau makan apa.

Send>

Jay lelah. Terlalu kentara sekali di wajahnya sampai membuat Mood-nya pun ikut terpengaruh. Urusan perusahaan lagi, urusan perusahaan lagi. Kapan kiranya Jay benar-benar mendapatkan waktunya kembali untuk setidaknya menghilangkan rasa jenuh di benaknya. Semenjak Jay lulus dari Universitas kebanggaan keluarganya, energi Jay serasa di peras habis. Tuntutan pekerjaan yang telalu menekan juga pengaruh besar dari sang Ayah membuat seorang Jay harus mau tidak mau ikut serta dalam menyukseskan kinerja sang Ayah. Sang Ayah sebenarnya bukan kepala keluarga yang kejam. Hanya saja Ayahnya Jay tidak suka berleha-leha. Sifat tegas Ayah seperti itulah yang kini berhasil membuat makmur hingga keluarga kolomerat itu memang dipandang paling berpengaruh di kalangan atas.

Malam pun larut. Dua jam yang lalu acara makan bersama telah berlangsung dengan baik. Jay jenuh, ia permisi kepada Ibundanya lantas pergi meninggalkan kerumunan menuju balkon tempat dimana orang-orang biasanya menyendiri untuk sejenak. Udara malam cukup dingin. Mantel mahal Jay yang terlihat tipis tidaklah membuatnya kedinginan sebab pakaian itu memang di desain sesuai harganya dengan kualitas yang tentunya sangat bagus.

Jay memandang kearah langit yang kelabu. Tampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Ah, kapan ya terakhir kali Jay merasakan berdiri di bawah guyuran hujan yang sejuk dan dingin. Rasanya sudah lama sekali semenjak Jay memutuskan untuk ikut serta masuk kedalam lingkarang perusahaan perhiasan keluarga besarnya.

Kala itu Jay menikmatinya. Hujan di sore hari bersama teman-teman, bermain bola kaki di tanah lapang. Sesekali terpeleset jatuh lantaran tanah yang licin. Meskipun terluka dan sakit rasa itu tidak menghilangkan kebahagiaan meraka sama sekali. Jay sungguh rindu hari-hari itu.

ENHYPEN KOMPLEK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang