05: Maaf

2.3K 181 32
                                    

YOU POV

Aku tak bisa tidur, padahal waktu telah menunjukkan pukul dua dini hari dan besok aku harus berangkat ke kantor seperti biasa. Kepalaku pusing namun perasaan gelisah terus menyelimuti ku seolah tak ingin membuatku merasakan ketenangan walau sedetik saja. Pikiranku berkecamuk, terus bertanya pada diri sendiri, apakah keputusanku untuk meninggalkan Jake benar atau salah?

Tapi yang jelas, setelah melihat lelaki itu kembali melakukan live streaming sendirian sedikit membuatku kesal. Bukan karena ia tak mau mengikuti permintaanku untuk berhenti melakukan live streaming itu, tapi aku kesal karena dia terus menggoda penontonnya yang sangat royal. Aku mau Jake hanya menggodaku seorang, apakah aku egois?

Ya, aku rasa memang demikian karena di sisi lain aku tak terima begitu saja saat Jake memintaku untuk mengakhiri hubunganku dengan Jay Park. Aku tahu, dia tak baik untukku karena kekasihku itu memang sering bermain di belakangku, tapi aku juga tak bisa melepaskannya begitu saja. Aku mencintainya, tapi jika Jake terus menggoda wanita lain selain diriku, rasanya aku bisa lebih dibuat gila karena hal itu. Aku tak ingin kehilangan kesempatan begitu saja, tapi aku sudah terlanjur mengambil keputusan tegas. Aku bingung dengan diriku sendiri.

Aku ubah posisi tidurku untuk mengambil handphone milikku kembali, terdapat sebuah notifikasi pesan yang sukses membuat jantungku berdegup tak karuan. Aku buka pesan tersebut,

Jake Sim
Nuna, maafkan aku🥺

Oh tuhan, bolehkah aku menjilat ludahku sendiri? Aku bimbang antara mempertahankan hubungan toxic bersama Jay atau menuruti pinta adik tiriku ini. Dia sangat menggoda dan sukses membuatku menggila karenanya.

Kamu
Kau belum tidur?

Aku lihat waktu saat ia mengirimkan pesan padaku, tak jauh berbeda dari waktu aku membuka pesan tersebut, hanya berbeda lima menit saja. Cukup lama aku menunggu hingga akhirnya Jake kembali membalas pesanku.

Jake Sim
Aku tak bisa tidur.
Aku tahu nuna marah karena aku meminta nuna mengakhiri hubungan nuna dengan kekasih nuna.
Maafkan aku, aku tak ingin situasi di antara semakin canggung karena permintaanku tersebut.

Jake utarakan isi hatinya yang entah mengapa membuat perutku dipenuhi kupu-kupu yang berterbangan di tengah malam. Tanpa pikir panjang, aku turun dari kasurku dan keluar dari kamarku guna berdiri di depan pintu kamar Jake. Aku tulis pesan untuk lelaki itu.

Kamu
Buka pintu kamarmu!

Tak berselang lama, Jake bukakan pintu kamarnya dengan menatap ke arahku penuh rasa bersalah. Sempat ku lihat ke sekeliling lantai dua, lalu aku masuki kamar lelaki itu tanpa sepatah katapun. Aku hembuskan napas kasar lalu mendekat ke arah Jake yang masih terdiam sambil menundukkan wajahnya. Aku angkat wajah lelaki itu guna menatap matanya yang berkaca-kaca, "Bolehkah nuna tidur di sini, malam ini?" tanyaku, sukses membuat Jake terkejut sampai membesarkan matanya. Tanpa berpikir panjang, Jake anggukan wajahnya seiring menggenggam tanganku penuh arti.

Aku kunci terlebih dahulu pintu kamar lelaki itu lalu mengajaknya naik ke atas kasur miliknya. Semula kami hanya berbaring sambil menatap langit kamar dengan tangan yang masih bertaut, hingga aku beranikan diriku untuk mengubah posisi tidur menyamping menghadap Jake. Aku usap wajah tampan lelaki itu, sukses membuat Jake mematung dipenuhi rasa gugup.

"Mulai sekarang, kau harus membiasakan diri berada di dekat nuna." ucapku, berharap Jake mulai membiasakan diri. Namun lelaki itu malah menatap ke arahku secara ragu, aku mendekat ke arah tubuh Jake guna menghambur ke dalam pelukannya hangat. Aku lingkarkan sebelah tanganku pada pinggang Jake sementara aku tenggelamkan wajahku pada dada lelaki itu.

"Kau benar, Jake. Dalam sebuah hubungan harus memberikan timbal balik yang setara agar hubungan itu terus terjaga. Nuna sadar benar atas perselingkuhan yang kekasih nuna lakukan, tapi untuk mengakhiri hubungan kami tak bisa semudah itu. Nuna mencintainya, tapi nuna juga tak ingin kehilangan momen bersamamu begitu saja. Nuna berharap dengan kedekatan yang terbangun antara kita dapat mengubah perasaan nuna pada Jay Park, tapi nuna lupa kalau kita adalah keluarga." gumam ku, tanpa sadar mengungkapkan perasaan yang jauh ku pendam di lubuk hatiku. Membuat Jake terdiam sebentar sebelum ia bawa wajahku untuk naik, menatap matanya yang berkaca-kaca. Jake satukan bibir kami penuh kelembutan untuk memberikan lumatan pelan di bibirku sebagai usaha untuk menenangkan ku.

"Saat ini, kita memang keluarga dan aku juga merutuki kenyataan tersebut. Rasanya, tak ada gunanya lagi aku menutupi segalanya, nuna juga sudah mengetahui kalau aku sangat menyukai nuna. Entahlah, aku merasa seperti menemukan sisi lain dalam diriku saat melihat nuna. Apalagi saat aku mengetahui nuna juga sering menyaksikan live streaming-ku di AMEERA TV, rasanya aku tak ingin menutupi perasaanku lagi pada nuna. Aku ingin terus menunjukkan kalau aku sangat menyukai nuna!" Jake juga tak segan lagi berkata jujur mengenai perasaannya padaku. Membuat wajahku terasa panas dengan detak jantung yang berdegup kencang. Aku tersenyum manis ke arah Jake seraya bertanya, "Apakah ini cinta atau nafsu semata?". Sukses membuat Jake tertawa malu lalu mengecup bibirku secara bertubi-tubi sampai nekat menindih tubuhku dan menahan kedua tanganku di samping kepalaku.

"Entahlah, aku tak tahu pasti." jawab Jake masih memancing tawa dalam diriku hingga aku merasakan lelaki itu yang mulai menumpu tubuhnya dengan duduk di atas tubuhku. Jake tangkup wajahku menggunakan kedua tangannya sebelum meminta izin, "Sebelum tidur, izinkan aku merasakan bibir nuna sepuasnya, bolehkah?" tanya Jake, entah mengapa sukses membangkitkan kembali euforia dalam diriku.

Apalagi setelah melihat senyumannya yang sangat manis, siapa yang tidak luluh dengan tingkah menggemaskan lelaki itu? Walau menggemaskan, aku sadar Jake memiliki nafsu yang besar seolah dapat mengimbangi ku yang memiliki nafsu yang besar pula. Aku anggukan kepalaku lalu mempersilahkan lelaki itu menikmati bibirku sesuka hatinya.

Sebelum menyatukan bibir kami, Jake bisikkan kalimat godaan sambil menatap mataku penuh arti, "Bibir nuna, lebih manis dari ice cream yang nuna belikan tadi. Rasanya ingin aku nikmati terus menerus, bolehkah aku merasakannya tiap waktu, nuna? Kau juga boleh merasakan aku tiap waktu, please?" pinta Jake dengan atensi berkaca-kaca, khas tatapan lemah yang selalu ia perlihatkan denganku, beserta dengan senyumannya yang manis memukai. Oh tuhan, boleh kah kami menentang aturanmu? Aku rasa, aku menyukai adik tiriku sendiri dan aku tak bisa menahan godaannya. Jake semakin berani menggodaku setelah mengungkapkan perasaanya tadi, membuat imanku perlahan runtuh dihadapan lelaki itu.

"Tentu saja, Jake. Nikmati sepuasmu dan bon appétit!!" ucapku, langsung mendapat ciuman kembali oleh adik tiriku tersebut. Perlahan, Jake lepaskan tanganku lalu membawanya melingkar di lehernya, namun kegiatan menikmati bibir ini tak berlangsung begitu lama karena pada dasarnya tubuh kami juga sangat kelelahan. Kenyamanan yang lelaki itu ciptakanlah yang membuat rasa kantuk datang tanpa bisa kami kendalikan. Begitu pula Jake yang perlahan terkalahkan oleh rasa kantuknya sendiri. Tempo ciuman lelaki itu mulai melambat hingga tak berselang lama, Jake mulai berbaring di samping tubuhku guna membawaku kembali ke dalam pelukannya.

"Selamat malam, nuna." bisik Jake di telinga kiriku.

TBC

KALAU AKU TARGETIN 100 VOTE BARU UPDATE, BAKAL LAMA GA YA? 100 AJALOH, YANG BACA DAH MAU 400 TUH SETIAP AKU UP😊 Belum yang komen cuma berapa😁

Broadcast JockeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang