The Clients
Di sebuah vila pribadi bergaya ultra-modern dengan bangunan tiga lantai berwarna monokrom hitam dan putih, sekitar seratus tamu undangan berkumpul di ruangan utama lantai satu. Lagu All of Me dari Frank Sinatra terdengar melalui pengeras suara.
"Harus diakui, saya cukup kaget. Di usia yang terbilang masih muda, Pak Gilang Soemitro mempunyai relasi sebanyak ini."
"Tidak salah Pak Ganda sangat membanggakan putranya."
Kesuksesan keluarga Soemitro menjadi topik hangat yang tak berhenti diperbincangkan malam ini. Sebagai penyelenggara pesta sekaligus sang bintang utama, Gilang bersama istrinya tampak sibuk bersosialisasi dengan para tamu. Kedua orang tua Gilang pun tak ketinggalan berkeliling untuk menyapa orang-orang yang sudah hadir di pesta koktail itu.
Di tengah para tamu yang berlalu-lalang, seorang pria dengan charcoal suit berdiri di dekat hors d'oeuvres* table sambil menggenggam segelas champagne di tangan kanan. Sambil memicingkan mata, pria berusia awal 30an itu memperhatikan sekeliling. "Somehow this feels odd."
(*Hidangan kecil)
"Huh?" Gadis dengan navy blue off-shoulder dress yang sedang melihat-lihat makanan di meja sontak menoleh ke arahnya. "Apanya yang aneh?"
"Dari sekian banyak orang di party ini, cuma segelintir wajah yang familier buat aku. How about you, Keyandra?"
"Kamu serius tanya aku?" Memasang ekspresi tak habis pikir, Keyandra berujar dalam suara rendah. "Aku nggak kenal siapa-siapa, Keygan. Kamu lupa alasan aku ikut ke sini gara-gara kamu minta ditemenin?"
Keygan tersenyum kecil saat mendengar gerutuan itu. Setelah memberikan segelas orange juice pada Keyandra, ia balik berbisik. "Pulang dari sini kita nonton film favorit kamu Les Misérables, ok?"
"Ok!" Raut bosan di wajah Keyandra seketika berubah cerah. Dengan mata berbinar ia mengangguk mantap. "Jangan lupa siapin es krim stroberi—"
"So, Jake, menurut kamu Pak Gilang sehebat itu?" Kalimat Keyandra terpotong oleh suara seseorang di belakangnya. Refleks ia memutar kepala dan mendapati sepasang pria dan wanita menghampiri hors d'oeuvres table, berdiri tak jauh dari tempatnya.
Walau tidak berniat menguping, Keygan dan Keyandra mau tak mau ikut mendengar isi pembicaraan dua orang yang tampak begitu fokus dengan obrolan mereka sendiri.
"You know I went to the same university as him, right? Menurut saya keputusan Gilang merintis bisnis manufaktur adalah hal yang bagus." Dalam bahasa Indonesia yang terdengar kaku, Jake—lelaki berparas Eropa dan rambut berwarna cokelat pasir merespons keraguan lawan bicaranya. "Selain punya banyak ide cemerlang, he also has outstanding skills in this field."
Jake sempat menyantap smoked salmon canapes yang diambilnya dari meja, lalu kembali berkeliling bersama teman wanitanya untuk menyapa tamu lain. Dari kejauhan, sayup-sayup Keygan dan Keyandra masih mendengar nama Gilang disebut-sebut dalam pembicaraan mereka.
"Wajar aja sih kalau kamu kurang familier sama tamu-tamunya Pak Gilang." Keyandra menepuk pundak Keygan, lalu mengungkapkan spekulasinya dengan penuh percaya diri. "Kayaknya yang diundang kebanyakan produk import, deh."
"Bukan produk import." Secara otomatis Keygan meralat sebutan absurd yang diucapkan kekasihnya. "Tamu luar negeri."
"Yes, yes, whatever." Keyandra mengedikkan bahu, tak terlalu peduli.
Di antara alunan musik, suara tawa, serta kemeriahan pesta, Keygan mengetuk-ngetuk gelas champagne di tangannya. Dengan kening berkerut dalam ia mengitarkan pandangan ke sekitar sekali lagi. For some reason, it still feels strange though.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chirping Town (DELETED)
ChickLitSEBAGIAN BESAR SUDAH DIHAPUS. HANYA TERSISA 3 BAB. [The Capital #2] Chirping Town atau ChirTo-salah satu departemen aktif di perusahaan jasa eksklusif bernama The Capital. Namun, berbeda dari departemen lain yang memiliki ribuan klien, ChirTo merupa...