2. Before

186 27 30
                                    

ib: Before by NIKI

Takut, gugup, namun sekaligus senang menguasai diri Jihyo saat ini. Sembari menyeret koper menyusuri bandara, Jihyo berusaha untuk tidak terlihat terintimidasi oleh keasingan yang amat pekat terasa di sekitarnya. Bandaranya, udaranya, bahasanya, pun orang-orang di sekitarnya terasa berbeda sekali dengan yang biasa Jihyo temui. Gadis itu mengatur napasnya untuk yang kesekian kali sejak turun dari pesawat, sekali lagi mengucapkan mantera itu dalam hatinya.

Lo bisa Jihyo! You'll be fine!

Sebuah tepukan di bahu menghentikan langkah Jihyo, dan saat ia membalikkan badan, jeritan tertahan yang sarat akan rasa bahagia tak bisa ia tahan. Ekspresi gugup di wajahnya seketika tergantikan oleh ekspresi lega luar biasa.

"Kak Yoongi!"

Entah apa yang memberikan adrenalin pada tubuhnya, namun tiba-tiba Jihyo memeluk erat sosok lebih tinggi di hadapannya itu. Yoongi tergelak dan membalas pelukan Jihyo tanpa rasa kaku, ia bahkan mengacak pelan rambut Jihyo.

Menyadari apa yang baru saja ia lakukan, Jihyo melepas pelukannya dengan wajah memerah. Tanpa memedulikan gadis yang kini nampak malu-malu di depannya itu, tangan kanan Yoongi justru meraih tangan kiri Jihyo, sementara tangan kirinya sendiri menggantikan Jihyo untuk menyeret koper sang gadis.

Pandangan Jihyo tertuju pada tautan tangan mereka berdua, dan senyum tak bisa ia elakkan dari bibirnya. Jihyo mengeratkan genggaman tangannya, membuat Yoongi menoleh untuk memberikan sebaris senyum dan dengan ibu jarinya ia mengelus lembut punggung tangan Jihyo.

Oh God. Baru beberapa menit sejak ia bertemu dengan Yoongi, tapi rasanya jantung Jihyo sudah mau meledak. Sebagaimana tahun-tahun yang dulu, Yoongi masih tetap memberikan efek yang sama pada Jihyo.

***

Dari balik jendela mobil, manik Jihyo lekat mengamati pemandangan di luar sana. Sebersit rasa bangga terbetik dalam hatinya. Tidak ia sangka, ia benar-benar ada di sini. Di kota yang selama ini hanya ia tahu dari buku dan juga layar televisi.

The city of angels, Los Angeles.

"Laper kan? Mau cari makan dulu?"

Jihyo menoleh ke arah Yoongi yang kini tengah menyetir. Menoleh ke satu-satunya alasan kenapa Jihyo sekarang berada di sini. Sudah enam bulan sejak terakhir kali Jihyo melihat Yoongi, dan meskipun setiap akhir pekan mereka selalu melihat satu sama lain melalui video-call, perasaan saat ia melihat laki-laki itu secara langsung membuat Jihyo merasa seperti bermimpi.

"Jihyo?"

Panggilan Yoongi menyadarkan Jihyo dari lamunannya. "Eh? Ya?"

Yoongi terkekeh. "Kamu pasti capek ya habis flight lama. Kita cari makannya take-away aja ya kalau gitu? Biar kamu bisa cepet istirahat."

Jihyo tidak bisa menahan senyumnya, still the same toughtful Min Yoongi."Boleh."

"So, apa rencana kamu selama di sini?" Tanya Yoongi lagi.

Jihyo terdiam. Rencana? Tak mungkin dia mengakui bahwa rencananya selama di sini hanyalah menghabiskan waktu dengan Yoongi. Ia tidak mau Yoongi tahu bahwa dia sedesperate itu.

"You are the native here, so surprise me."

Sekali lagi Yoongi terkekeh. "Alright then."

Saat mobil berhenti karena lampu merah, Yoongi mengulurkan dan membuka telapak tangan kanannya di depan Jihyo. Tanpa perlu dijelaskan pun gadis itu mengerti, maka ia menautkan tangan kirinya dan seketika tangan kecilnya tenggelam pada tangan Yoongi.

sounds to words || yoongi • jihyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang