Sang Pemilik Suara Merdu

276 10 2
                                    

Aku mempunyai teman yang hobi menyanyi di kelas, setiap hari ia menyanyi. Ia tak menghiraukan, jika itu sedang dalam proses belajar mengajar tak jarang guru menegurnya. Itu menjadi masalah buatku. Bukan karena ia tak tahu tempat. Tapi, ia tak sadar dengan kualitas suaranya. Bernyanyi keras-keras tanpa memikirkan keadaan suaranya yang dapat memekakkan telinga. Sangat mengganggu.

Tidak hanya guru, aku pun sering menegurnya agar tak bernyanyi keras-keras tapi tetap saja ia membangkang. Ditambah lagi ia adalah pengurus kelas jadi ia banyak yang membela. Yah, aku tahu memang aku bukan siapa-siapa di kelas, tapi mereka juga terlalu BODOH untuk membelanya.

Kebetulan pada jam pelajaran terakhir guru yang mengajar di kelasku tidak masuk. Biasanya aku maupun teman-temanku melakukan aktivitas favorit kami. Teman-teman laki-lakiku yang merupakan kaum minoritas di kelasku, yah mereka hanya berjumlah 8 orang dari 33 siswa, sedang asyik bermain games di laptop mereka. Kalau tidak salah games counter strike. Sedangkan yang perempuan biasanya berkumpul dengan gengnya untuk bergosip. Termasuk 'ia' sang pemilik suara merdu -- merusak dunia --. Ia mengobrol dengan gengnya yang tentu saja merupakan golongan terpandang di kelasku. Tiba-tiba suara yang tak asing bagiku melantunkan sebuah lagu.

"sudah lupakan segala cerita antara kita.."

"Lina, lo bisa diem gak? Ganggu aja lagi baca buku nih." tegurku yang memang saat itu sedang membaca buku biologi.

"ku tak ingin ku tak ingin kau terluka.."

"F*ck, lo bisa diem gak sih?" aku berjalan menghampirinya.

"apa lo?" dia menantangku.

"hn." ku ladeni tantangannya dengan mengeluarkan dua huruf kongsonan dari mulutku. Tanganku mulai meraih kerah seragam putihnya dan menariknya menuju belakang kelas.

"lepasin t*lol" ia merontah-rontah. Semakin ia merontah ku tarik dengan kasar. Tampak teman segengnya mencoba menyelamatkannya.

'klik' ku pencet tombol di pisau lipatku dan ku acungkan ke depan. "kalian maju pisau ini bakal gue tusukin ke dia." ancamku.

Salah satu temannya tidak menghiraukan ancamanku, ia tetap maju untuk menyelamatkan Lina. Tapi 'jleb' sekarang pisauku benar-benar tertancap di lehernya.

"aaaaaah" teriak teman segengnya yang membuat refleks semua teman sekelas menoleh ke arahku.

"jangan ada yang mengadu ke guru atau nasib kalian akan sama dengannya. Juh." aku mengancam sambil menarik kembali pisauku dan meludahi Lina.

Ku lihat ke arah Lina, ia memegangi lehernya yang bolong. Aku melepaskan genggaman di kerahnya, ia mencoba berlari ke arah teman-temannya tapi ku tarik kerahnya.

"errrgh." ia mengerang kesakitan.

"diam raisa kw. Jangan bergerak bodoh semakin lo gerak gue bakal makin siksa lo." ancamku lagi, ia menurutiku.

Ia berjalan mundur dan aku berjalan maju, sekarang aku sudah berada di depan wajahnya dan... 'bruk' kuhantamkan tubuh mungilnya ke dinding. Ia jatuh tersungkur.

Sekarang pisau lipatku akan bermain dengannya. Aku jongkok agar tinggiku sama dengannya. Dan 'jleb' pisauku membuat lubang lebih besar di lehernya, ku gerakkan pisauku di lehernya bak mengaduk teh dengan sendok.

Ia hendak berteriak tapi ia tak bisa, mungkin pisau kecilku telah memutuskan pita suara perusak dunia itu. Pisauku sudah puas bermain di lehernya sekarang pisauku ingin bermain di bibirnya yang mengeluarkan suara merdunya. Ku gores bibir bawahnya, seketika cairan merah keluar darinya lalu ku oleskan ke bibirnya, hah bukankah jika ingin menjadi penyanyi ia harus tampil menawan, dengan warna merah di bibirnya itu bisa membuat bibirnya terlihat seksi.

Haduh, ternyata cairannya kurang untuk memerahkannya, ku gores bibir atasnya dan melakukan hal yang sama seperti tadi. Sepertinya aku mendengar suara tangisan dari belakangku, astaga ternyata orang seperti mereka yang berkuasa di kelas bisa nangis juga yah hahaha. Baiklah aku akan membuat mereka meraung-raung.

Setelah puas dengan bibir, aku bermain di bagian perutnya. Ingat ini sekolah aku tak ingin berbuat hal mesum di sini, lebih baik langsung tusuk saja. 'jleb' wow ternyata pisauku mampu menembus kain seragam juga yah hahahaha. Ah kurang seru, tak apalah sekali-kali aku membuat sensasi di sekolah. Ku lepaskan kancing bajunya satu persatu dan mengangkat kaos dalamnya yang mengganggu pandanganku. Wah, sebagai calon dokter aku harus membuat eksperimen.

Ku belek perutnya dengan hati-hati. Wow, suara tangisan yang tadi hanya isakan sekarang terdengar lebih keras, aku berhasil. Aku semakin bersemangat saja, ku belek dengan kasar agar cepat-cepat aku dapat melihat isi perutnya.

'sriet' wow, ternyata isi perut seperti ini. Usus, lambung, hati, pangkreas, empedu dan lain-lain. Ku ambil satu-satu dan kupandang dengan teliti. Tidak buruk, aku kan calon dokter. Hmm.. Bagaimana dengan bagian dadanya yah, ku belek bagian dadanya. Sial, tertutup dengan tulang rusuknya tak apalah. Ku ambil dari bawah rongganya saja. Ada jantung ku tarik paksa dan hei kenapa Lina diam saja tak bergerak? Oh iya, mungkin jantungnya baru saja aku tarik. Biarlah, dia memang pantas. Ah aku sudah capek, akan ku lanjutkan besok saja.

Jasadnya ku tarik menuju lemari di belakang kelas, tiba-tiba 'bruk' sesuatu menghantam kepalaku, seketika itu pandanganku menggelap dan aku pun pingsan.

Entah berapa lama aku terlelap, dan aku terbangun. Hei, aku di mana? Kenapa di sini sangat pengap dan gelap. Tiba-tiba seseorang seumuran dengan ayahku datang.

"Kau masih sekolah nak, kenapa melakukan hal seperti itu." kata orang itu.

-tamat-

Sankyu udah baca, vomment penambah semangat. Happy reading.

Yang Creepy Creepy Dari SayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang