Tiga bulan kemudian.
Akhirnya aku dapat bebas dari sel. Oh iya, kenapa aku dibebaskan? Yah, karena aku masih di bawah umur. Sebenarnya aku tidak bebas sepenuhnya, aku masih dalam penjagaan polisi. Dan setelah aku berumur 17 tahun nanti aku akan dieksekusi. Mati. Hahahaha. Yah Mati. Ah sudahlah. Setelah mati aku tak akan melihat para pendosa lagi bukan?
Sejak kejadian beberapa bulan yang lalu. Teman-temanku menjauhiku, tentu saja itu mereka takut aku akan melakukan hal yang sama pada Lina. Dua minggu aku sekolah, aku sudah mengetahui siapa dalang di balik penangkapanku.
Dia adalah Adiv. Salah satu anggota dari kelompok para murid terpandang di kelas. Yah, tentu saja dia adalah teman dari Lina. Pendosa terlalu banyak bacot itu. Sebenarnya aku dan Adiv dulu cukup dekat. Karena kami sama-sama fans dari salah satu grup idola. JTK49 atau Jeff The Killer Fourty Nine.
Kami juga menyukai sebuah kartun yang sama. Tapi percayalah aku tak pernah menaruh rasa kepadanya. Apalagi aku tahu jika ia adalah makhluk biadab yang membuatku tertangkap.
Tapi tunggu, aku sekarang malah menaruh rasa padanya yah rasa dendam yang membara. Aku ingin sekali menghabisinya. Melihat wajahnya terkoyak. Oh iya, Adiv adalah salah satu primadoni di sekolah. Banyak siswi dari kelas lain yang menyukainya bahkan teman satu gengnya pun ada yang menyukainya. BODOH.
Untuk membalaskannya, aku harus menyusun rencana. Yah, hasratku untuk memainkan kembali pisau lipat yang ku beli dari Jepang itu sangat menggebu-gebu. Sungguh, tanganku gatal jika tak memainkan benda itu di tubuh para pendosa.
Aku rela membuntutinya. Di mana ia biasa lewat saat pulang. Dan keberuntungan di pihakku ia biasa lewat di tempat sepi ditambah lagi, aktivitasnya yang mengharuskan harus pulang malam.
Di suatu malam, di hari yang bertepatan memiliki tanggal yang indah 15 05 2015. Aku akan memuluskan rencanaku.
Hoodie warna biru donker pemberian ayah ku pakai. Bersiap menunggu di sebuah gang sepi tempat Adiv biasa lewati saat pulang. 'tuk tuk tuk' suara sepatu terdengar nyaring di telingaku, itu pasti targetku.
"ADIV!"
"siapa kau?"
"kau tak perlu tahu aku siapa?"
'jleb' langsung saja pisau lipat cantikku kutusukkan ke jantungnya.
"sh*t siapa kau?"
"hahahahaha. Aku? Aku Iko. Faraiko Kawaei. Teman sekelasmu." ku turunkan penutup kepalaku.
'jleb' ku tikam lagi jantungnya. Semoga ini berhasil, hmm tampaknya memang berhasil. Ia merosot begitu saja, matanya terbuka lebar dan mulut menganga. Hahaha. Ekspresi yang buruk.
'sriet' ku gores ujung pipinya ke ujung pipi lainnya. Mulutnya pun akhirnya melebar seperti Jeff The Killer. Yah, ia terlihat lebih baik seperti ini.
Hmm.. Matanya melotot aku tidak suka seseorang melototiku. 'jleb' 'jleb' ku tusukkan pisauku ke kedua mata Adiv yang kata para fans nya adalah daya tarik dirinya.
Tangan itu dan kaki itu yang menyebabkan aku tertangkap. Jika ia tak punya tangan ia tak bisa membuka knop pintu kelas dan jika ia tak punya kaki ia tak akan bisa berlari menuju ruang guru.
Sial seharusnya aku membawa pisau daging atau kapak atau sejenisnya. Kalau pisau ini aku yakin tak akan sanggup memutuskan tangan-kakinya. Huft. Bagaimana kalau aku melukis di sana? Lumayan kanvas gratis. Hahahaha.
Sial, lukisanku tidak seindah yang ku bayangkan. Uh, tidak ada penghapus. Baiklah aku akan mencoretnya saja.
Aduh, kenapa kanvasku bertambah buruk begini? Sial. Lukisanku gagal dan persedian kanvasku habis. Lebih baik ku bakar saja. Supaya aku bisa cepat move on.
'sreet' 'burrrr' api menghanguskan tubuh pendosa itu dan aku harap dosanya pun ikut terbakar. Hahahaha.
"selamat tinggal Adiv. Sang Dalang!"
-tamat-
⚠ typo(s) everywhere, gaje, tidak sesuai EYD, maaf kurang creepy, dan keselahan lainnya.
Sankyu udah baca. Vomment penambah semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Creepy Creepy Dari Saya
Mistero / ThrillerKumcer dari saikochun Cover by Google