[follow me first]
[cerita ini sudah selesai di Fizzo Novel]
p r o u d l y p r e s e n t
•••
Hidup dengan bayang-bayang masa lalu buruk memang tidak pernah menyenangkan. Apalagi jika penyebabnya adalah orang tersayang, sulit untuk lupa, tapi jika ti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Playlist : Weekly - After School
•••
Ia lupa kapan pertama kali melakukannya. Kini semuanya menjadi kebiasaan. Bukannya ingin terus-terusan seperti ini, hanya saja, sulit sekali untuk melepaskan kebiasaan yang dilakukan saat ini tiap kali mendapat masalah.
Satu sloki berisi cairan kembali masuk ke dalam mulutnya, tenggelam ke dalam kerongkongan dalam satu kali teguk. Tangannya kembali terjulur ke depan, meminta bartender menambah satu gelas redwine yang sejak tadi diminumnya tanpa henti.
Kepalanya sudah akan pecah begitu satu gelas selanjutnya masuk ke dalam mulut. Namun, alih-alih berhenti, ia kembali meminta tambah.
"Lo mau mabuk atau mau mati?!"
Diabaikannya pekikan penuh amarah yang dikeluarkan salah satu sahabatnya. Tangannya mengangkat sloki baru berisi cairan yang diminta. Namun, usahanya digagalkan. Salah satu sahabatnya merampas gelas itu, melemparkan kembali kepada bartender. Dua orang lainnya memapah tubuh mabuk itu keluar klub yang mereka singgahi malam ini.
"Nyokap lo bisa kena serangan jantung kalau lihat lo begini terus!"
Tidak ada juga yang ingin memperlihatkan sekacau apa penampilan kita pada orang tua, begitupun dengan pria itu. Ia menyebutkan alamat apartemennya, memilih menginap di gedung dua puluh lantai itu daripada harus membuat ibunya terkena serangan jantung—seperti yang diucapkan salah satu sahabatnya.
"Besok-besok kalau pergi nggak usah ajak dia, buat ribet."
Itu adalah kalimat terakhir yang dapat didengar sebelum kesadarannya hilang. Pagi-pagi sekali, ketika membuka mata, ia sudah bangun di kamar apartemennya dengan rasa mual. Buru-buru keluar dari kamar, melompati dua anak tangga sekaligus menuju kamar mandi lantai satu.
Selesai dengan muntah pagi, pria itu kembali naik ke lantai atas, masuk ke kamar dan merebahkan tubuh ke atas kasur. Helaan napasnya mulai teratur, sebelah tangan memijat pelipis yang terasa nyeri.
Ketika membuka mata lagi, pandangan pertama yang dilihat adalah jam dinding yang menunjukkan angka ... sembilan. Berengsek! Ia hampir lupa kalau harus menghadiri acara penting hari ini.
"Berapa banyak sih gue mabuk gara-gara cewek itu, Sialan!"
•••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada yang bisa nebak, akan mengarah ke mana cerita ini?
Ada yang bisa nebak, siapa tokoh utama pria yang ada dalam cerita ini? Kalau kalian pembaca lama, pasti nggak asing dengan namanya^^