BAGIAN 1

1 0 0
                                    

"Saya minta kamu hati-hati, pacarmu itu belum tentu bisa menjaga kamu, jadi kamu yang harus pandai menjaga diri." Ujar laki-laki yg bernama Reyhan yang tengah duduk bersama teman wanitanya lebih tepatnya wanita yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.

"Aku pasti bisa jaga diri kok, mas Reyhan tenang aja, meski Ardi sama Tia pacaran kita pacaran sehat kok." Balas perempuan yang duduk dihadapan Reyhan.

"Tia..."

"Iya mas?"

"Gak apa-apa, udah mau sore kamu pulang gih." Perempuan yang dipanggil Tia itu mengangguk dan membereskan barangnya bersiap pulang.
"Tia pulang ya mas, makasi untuk makan siangnya." Ujar Tia yang hanya dibalas senyuman oleh Reyhan.

Reyhan menatap punggung Tia yang perlahan mulai menghilang, dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia tidak ingin Tia pergi, dia tidak ingin Tia bahagia bersama laki-laki lain karena dia mencintai perempuan itu tapi dia terlalu takut, takut dia tidak bisa membuat Tia bahagia dan malah membuatnya kecewa karena dia tidak punya apa-apa kecuali rasa cinta untuk Tia, perempuan yang dia cintai.

Tak terasa kopi yang dia pesan habis hanya meninggalkan ampas dalam cangkirnya, Reyhan memanggil pelayan meminta agar dia memberikan kopi yang baru.

"Ini sudah gelas ketiga dan kopi yang kamu minum kopi hitam apa tidak mau sesuatu yang manis?" Tanya pelayan yang memang mengenal Reyhan.

"Tidak terima kasih, pahitnya kopi membuat aku sadar kalau hidup memang pahit apalagi melihat dia bahagia bersama laki-laki lain." Tatapannya begitu sendu seolah memperlihatkan seberapa terluka apa hatinya saat ini.

"Perempuan yang tadi makan bersama kamu itu yang kamu maksud bukan?" Reyhan mengangguk menanggapi pertanyaan pelayan kafe itu.

"Kalau gitu coba tembak dia dan ungkapkan perasaan kamu yang sebenarnya." Reyhan menggeleng, dia tidak mau merusak kebahagiaan perempuan yang dia cintai tapi disaat bersamaan dia juga terluka karenanya.

"Bagaimana kabar ibumu Dina?" Tanya Reyhan kepada pelayan kafe itu mengalihkan topik pembicaraan.

"Ibu sudah baik-baik aja, hanya saja masih lemas dan butuh istirahat total, ngomong-ngomong makasi banyak untuk bantuanmu waktu itu ya kalau gak ada kamu ibu saya mungkin udah gak ada didunia ini."

"Santai aja kalau kamu butuh obat-obatan untuk ibumu atau yang lainnya tolong bilang ya."

"Jadi kamu cuma mau pesan kopi hitam lagi?" Pertanyaan Dina hanya dibalas anggukan oleh Reyhan setelah itu dia pergi untuk menyiapkan pesanan Reyhan.

Dina tak habis pikir, kenapa ada laki-laki sepengecut Reyhan, dia yakin perempuan yang Reyhan cintai pasti akan menerima kalau saja Reyhan menyatakan perasaannya karena Dina tahu Reyhan itu orang yang sangat baik. Pikirannya membuat Dina kembali teringat bagaimana dia bisa mengenal Reyhan dan bagaimana Reyhan membantunya.

"Dasar laki-laki gak gentle." Gumam Dina menatap Reyhan yang tengah duduk sendiri menatap jalanan yang tengah padat-padatnya.

Teriknya panas matahari siang ini tidak membuat orang-orang lantas memberhentikan kegiatannya, siang ini jalanan kota Cirebon begitu padat dengan kendaran pribadi dan angkutan umum, Tia tengah duduk dihalte bis menunggu seseorang menjemputnya. Dia teringat ucapan Reyhan saat di Kafe tadi, ucapan Reyhan membuatnya kagum karena laki-laki itu begitu perhatian dan hangat kepadanya meski dia bukan adik kandung dari Reyhan tapi Tia dapat merasakan kehangatan yang diberikan Reyhan.

"Neng...yuk ikut abang." Ucapan itu membuyarkan lamunan Tia, menyadari siapa yang mengucapkan itu dia tersenyum sembari berjalan mendekati motor Ardi, kekasihnya.

I SAID I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang