Matahari belum sepenuhnya menampakkan diri tapi Tia sudah sibuk dengan laptopnya dan beberapa kertas yang menumpuk diatas mejanya, bagian matanya menghitam menandakan dia bergadang semalaman.
"Akhirnya selesai, besok tinggal daftar sidang lalu wisuda, ya Allah kasih Tia kemudahan untuk langkah terakhir ini." Gumamnya dengan mata yang sudah sayu yang perlahan mulai terpejam karena kantuk yang sangat berat.
Prang!
Tia terkejut mendengar suara dari luar kamarnya, dengan segera dia bangkit dari duduknya dan melihat apa yang terjadi."Kamu ini istri macam apa pergi pagi pulang pagi! Kamu itu masih punya suami dan anak!" Teriak Harjo pada Hani istrinya dengan penuh amarah.
"Aku ini kerja buat bantu kamu dan biayain kuliahnya Tia! Kamu pikir apa yang bisa dilakuin laki-laki pincang kaya kamu!" Ujar Hani lalu pergi tak menghiraukan suaminya yang tengah marah kepadanya.
"Masih pagi, kenapa ayah dan ibu sudah mulai lagi." Ujar Tia kepada kedua orang tuanya.
"Ayah kamu yang mulai duluan!" Teriak ibunya. Tia hanya bisa diam, ia kembali masuk kedalam kamarnya, semenjak ayahnya kecelakaan dirumah sakit saat sedang bekerja, kedua orang tuanya sering berkelahi terkadang itu membuat Tia muak dan ingin pergi dari rumah ini, tapi Tia tahu kalau itu bukanlah jalan keluar dari masalah ini. Pikirannya terbang mengingat masa dulu dimana keluarganya begitu harmonis dan bahagia ayah dan ibunya baik-baik saja dan tidak pernah bertengkar, Tia rindu, rindu akan suasana hangatnya rumah ini, jika dia bisa memutar waktu maka dia hanya ingin tetap berada dimasa lalu dimana keluarganya harmonis dan bahagia. Apa yang bisa diharapkan anak selain melihat kedua orang tuanya bahagia.
Tring! Tring! Tring!
"Halo sayang..." Sapa Ardi dari seberang."Iya halo mas..." Jawab Tia dengan lemah dia berusaha menahan tangis tak ingin Ardi mengetahuinya.
"Sayang kamu sakit?" Tanya Ardi sedikit khawatir.
"Nggak mas, aku baik-baik aja."
"Malem ini kamu bisa temenin aku ke pesta ulang tahun temen aku kan?"
"Iya mas aku bisa, jam berapa acaranya?"
"Jam 9 nanti mas jemput kamu jam 8 ya."
"Iya mas." Sambungan telefon terputus, tangis Tia akhirnya tumpah. Ia tak paham kenapa keluarganya menjadi seperti ini, apa yang telah ia lakukan hingga dia dihukum seperti ini, siapapun akan muak dan lelah melihat kedua orang tuanya selalu bertengkar tanpa ada habisnya begitu juga Tia, dia ingin keluarganya kembali seperti dulu, hamonis dan bahagia, namun itu hanyalah sebuah harapan yang tidak akan pernah bisa terwujud.
~Begitu sunyi ruangan ini sampai bunyi detak jam dinding terdengar begitu jelas. Jam menunjukan pukul 7 malam tapi Reyhan masih betah duduk dalam ruangannya, sedari tadi Reyhan duduk terdiam, wajahnya terihat cemas dan gelisah.
"Kenapa aku terus kepikiran sama Tia, apa dia baik-baik aja, atau aku telefon saja ya." Gumam Reyhan pada dirinya sendiri.Tut...tut...
"Halo mas?" Sapa dari sebrang, iya itu suara Tia, dengan hanya mendengar suara lembutnya Reyhan bisa tenang dan bernafas lega."Halo Tia, har ini sibuk gak bisa makan malam bareng?" Tanya Reyhan entah kenapa dia benar-benar ingin melihat Tia sekarang.
"Maaf ya aku malem ini udah janji sama mas Ardi buat temenin ke ulang tahun temennya."
"Oh iya gakpapa, yaudah kamu hati-hati ya Tia..." Reyhan melemas, ajakan makan malamnya ditolak padahal dia sangat ingin bertemu Tia.
"Next time deh aku yang traktir gimana?" Ajak Tia dengan semangat.
"Boleh tuh, by the way ulang tahunnya dimana ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I SAID I LOVE YOU
Roman d'amourReyhan yang tak pernah berani mengungkapkan perasaannya karena terlalu takut akan penolakan dan ia tak siap untuk menerima itu sampai ia harus rela melihat perempuan yang ia cinta bahagia bersama laki-laki lain, meski begitu Reyhan akan tetap mencob...