Bagaimana rasanya jika hidupmu dipenuhi rasa yang campur aduk? Seperti mesti bersikap luar biasa kita dalam keadaan tidak apa-apa setiap harinya tetapi kita sedang ada apa-apa? Itulah perasaan Mila seorang murid kelas 12 di Sanata International High School. Dia adalah gadis yang ceria dan bersahabat diluarnya terutama di sekolah. Tiap hari dia jalani dengan kepalsuan karena Mila merasa tidak menjadi seperti dirinya sendiri.
Ketika jam pelajaran olahraga, kelas 12 IPA A sedang melakukan pemanasan untuk lompat tinggi, kelas dimana Mila berada juga. Temen-temennya segera berbaur dengannya. Mila tidak akan kesepian jika ia berada di tempat ramai karena semua akan menghampirinya dulu.
Mila bersikap santai saja saat dimana teman-temannya sedang panik menunggu giliran lompat tinggi.
"Mila, lo gak takut ya. Kita mesti lompat tinggi ni. Pasti susah" ujar salah satu dari temannya yang dipanggil Jessi disertai anggukkan yang mengiyakan pertanyaan Jessi.
"Hmm. Gak perlu takut kok. Coba dan harus percaya dalam melompat, pasti kita bisa kok Jess." ujar Mila dengan ramah.
"Wahh, hebat lo La. Sangat pede. Kece banget de lo" ujar temen yang lainnya. Si Maris.
"Aduh. Biasa aja kok. Makanya kita sama-sama berjuang. ...." selesai memberi semangat Mila telah dipanggil untuk gilirannya.
"MILANIA AGATHA" panggil pak Bebe guru olahraga mereka.
Mila pun mengambil ancang-ancang untuk memulai starter untuk lompatannya. Dan seketika suasana diam dan Mila berhasil melompat dari tingkat terendah dan paling tinggi. Semua pun bersorak untuk kemampuan hebat Mila.
"Mila kamu hebat deh." Goda satu cowok, Bram yang terkenal cowok kece juga yang menyukai Mila.
"Apaan sih, biasa aja kok." ujar Mila tetap merendah dan merespon baik ke Bram.
"Iya deh. Tetap kamu paling oke di hatiku ini" tunjuk Bram ke hatinya.
"Gombal bener sih" tetap diselingi senyuman yang tidak sampai ke mata Mila membalas gombalannya.
Seusainya. Mereka pun selesai dengan pelajaran olahraganya dan segera ke ruang ganti. Untuk hal ini kembalilah Mila menjadi gadis yang layaknya hanya dirinya sendiri yang hidup dan tidak memerlukan dan dipedulikan orang lain.
Mila juga selalu mendengar dimana-mana orang membicarakannya. Kebanyakan bersifat positif tetapi banyak juga yang negatif. Terutama bagi cewek-cewek yang mainannya geng dan branded thing. Mila sudah mengetahui hal tersebut dan cuek-cuek saja. Toh, Mila hanya cukup berteman di sekolah dan kembali menjadi bayangan di luar sekolah seperti hari-harinya.
Di kelas, Mila selalu kelihatan aktif dan selalu hangat kepada temannya yang ingin belajar dari dirinya. Seperti sekarang Mila sedang mengajari temannya yang sedang dalam kesulitan mateMATIka yang dianggap mematikan. Kenapa nggak? di tulisan MTK saja sudah ada kata MATI.
"Aduh, Mila. Ini gimana si, bantuin dong." ujar Gladis si gadis comel nan unik ini.
Dia juga teman sebangku Mila, dan satu hal. Gladis satu-satunya cewek yang paling keras usahanya mendekati Mila dan berusaha menjadi sahabatnya seperti Gladis yang sudah menganggap Mila sebagai sahabatnya. Tetapi as well, Mila hanya bersikap bersahabat tetapi tidak lebih dari sahabat untuknya siapapun itu, karena tembok yang dibuat Mila masih belum ada yang menemukan kunci untuk menghancurkan.
"Ini ni begini Dis, tinggal di balikin aja, baru dijadikan kali. Nanti dapat deh hasilnya" jelas Mila dengan pelan-pelan dan lembut.
"Oala. Iya ya. Lo terbaik deh Mila." toak Gladis disertai bumbu cubitan pipi untuk Mila.
"Ya ampun Dis, usah lebay deh, emang saDis lebaynya." canda Mila.
"Iih, Mila yaa. Awas loo ya." ngambek Gladis dengan wajah manisnya yang mirip robot Baymax.