Setelah pertemuan itu Renjun masih aja cuek bahkan setiap kali Yangyang ngajak makan bareng ke kantin selalu aja ada alesannya rapat osis lah, di panggil ke ruang guru lah, kebelet boker lah atau bahkan memberikan alasan yang gak masuk akal semisal mau nangkep semut raksasa di toilet tapi dengan begitu Yangyang percaya aja karena Yangyang tuh tahu banget Renjun gak mungkin bohong.
"Mana Rendra?"
Yangyang nyomot bakwan Shotaro dulu sebelum jawab pertanyaan Jaemin.
"Gue gak ketemu dari pagi juga"
Haechan cuma ngangguk sambil ngunyah.
"Masa Renjun gak masuk sih hari ini? Kayanya gak mungkin" kata Shotaro yang tahu banget Renjun tuh anti bolos bahkan lagi sakit pun dia ke sekolah. Iya bobo di UKS.
"Mungkin aja kena tipes meureun jadi gak sekolah" celetuk Haechan.
"Jangan ngomong sembarangan! Ucapan adalah doa gimana kalau nanti Renjun tipes beneran?" Kata Shotaro geplak lengan Haechan.
"Gue ganteng gue ganteng gue ganteng"
Shotaro natap jijik ke Yangyang "kenapa lo? Dasar gila"
"Kata lo ucapan adalah doa. Ini gue lagi doa" sahut Yangyang dengan cengiran bodohnya.
"Eh Taro jangan ngatain Yangyang gila atuh udah mah gila nanti tambah gila"
"Iya gimana sih katanya ucapan adalah doa. Niat banget doain Yangyang gila" kata Jaemin dengan ketawa gantengnya.
Mereka tertawa beda dengan Jeno.
Jaemin yang menyadari raut wajah Jeno yang murung membuatnya berhenti tertawa.
"Napa lo Jen?"
Jeno buyar dari lamunannya "ah enggak kok. Btw gue permisi dulu" Jeno pergi tanpa ada yang berniat mencegahnya.
"Mau kemana?" Tanya Haechan.
"Siapa?" Tanya Jaemin.
"Itu Jeno"
Shotaro menghela nafas lelah "kenapa tadi gak nanya Jeno langsung?"
Haechan nyengir "gak berani euy si Jeno mukanya sangar kalau lagi mode diem"
Yangyang terkekeh "gue bilangin Jeno nanti"
"Eh jangan atuh!" Haechan nampak ketakutan.
Jaemin dan Shotaro cuma tertawa.
Jeno menyusuri koridor celingukan nyari sosok yang mereka kira tak masuk sekolah.
Tepat di depan ruang osis Jeno menghentikan langkahnya melihat sosok yang tengah menelungkupkan wajahnya pada meja.
Jeno mendekat perlahan namun orang tersebut belum menyadari kehadirannya.
"Ren" sapa Jeno perlahan.
Renjun tak ada pergerakan.
"Rendra"
Renjun masih diam.
"Renjun"
Masih diam juga.
Jeno menyentuh kening Renjun perlahan takut Renjun bangun.
Jeno terkejut merasakan panas pada kening Narendra Arjuna alias Renjun. Tanpa fikir panjang Jeno langsung bawa Renjun ke UKS.
"Lo gak apa apa Ren?"
Renjun menoleh lesu ke arah Jeno kemudian menggeleng lemah.
"Ngapain lo bawa gue kesini?" Suara Renjun parau.
Jeno senyum tipis "gue gak sengaja lewat ruang osis eh ada lo pas gue samperin lo diem aja gue kira lo tidur tapi pingsan"
Renjun masih berusaha bersikap datar padahal hatinya begitu tersentuh atas rasa peduli Jeno terhadapnya.
"Oh"
Jeno tahu jikalau Renjun akan bersikap demikian namun dirinya tak kecewa karena Jeno yakin Renjun masih butuh waktu buat bisa mempercayainya lagi.
"Kalau lo baikan, gue tinggal gak apa apa? Sebentar lagi jam pelajaran pak Changmin"
Renjun hanya ngangguk.
Jeno menghela nafas pelan "cepet sembuh Rendra" ucap Jeno menepuk pelan bahu Renjun lalu keluar dari UKS.
"Makasih Jen" ucap Renjun pelan tentunya tak dapat Jeno dengar.
Jam pulang tiba Renjun lulus gak masuk kelas.
"Ayo cepetan kuyang lo malah sibuk tebar pesona kaya paling ganteng aja hidup lo!" Shotaro kesel banget sama sikap Yangyang yang malah centil sama cewek cewek.
"Lo ku UKS aja duluan nanti gue nyusul" kata Yangyang.
Shotaro gemes pengen nabok muka temennya itu cuma Shotaro masih punya rasa gak tega.
Shotaro ke UKS sambil ngedumel gak jelas karena sikap temennya yang agak agak hmm.
Shotaro buru buru masuk UKS setelah acara ngedumelnya ia selesaikan.
"Lo gak apa apa Jun?"
Renjun membuka matanya kaget tiba tiba ada sosok makhluk kecil yang kecilnya sama kek dia masuk UKS.
"Gak apa apa sih gue. Lo kalau masuk UKS bisa santuy gak sih?"
"Ya maap kali Jun kan gue panik tiba tiba Jeno bilang lo masuk UKS"
Renjun langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
Shotaro yang menyadari itu buru buru nabok mulutnya sendiri "harusnya jangan sebut nama Jeno" gerutunya dalam hati.
"Oh ya nih gue bawain makan buat lo. Si Haechan yang beliin tapi Jaemin yang bayar"
Renjun cuma terkekeh pelan.
"Maap ya Jun sebenernya itu makanan Jeno yang beliin plus bayarin juga gue cuma di titipin doang" kata Shotaro membathin.
"Wah Haechan tahu darimana kalau gue suka nasi goreng?"
"Mungkin aja kebetulan di kantin cuma ada itu makanya Haechan beli" kata Shotaro ngemil kerupuk. Kerupuk yang buat nasi goreng btw dia cemilin.
Shotaro melihat tatapan Renjun agak aneh kemudian menapa seplastik kerupuk berwarna oranye itu.
"Gini jun, lo nasi gorengnya kerupuknya buat gue aja ya"
Renjun mau marah tapi gimana ya sama temen.
"Serah" cicit Renjun kemudian melahap nasi gorengnya segera. Lapar cuy.
Di tempat lain Jeno menatap langit sore kebetulan hari ino warung abah libur dulu.
"Semoga aja Renjun gak curiga kalau makanannya dari gue" bathinnya.
Bruk
Seseorang dengan sengaja menyenggol tubih Jeno hingga ambruk.
"Mau lo apa Ric?"
Eric cuma terkekeh "mau nemenin lo sampe lulus"
Jeno mendecak sebal kemudian melangkah pergi.
"Kalau sampe kebenarannya kebuka, nyawa Rendra taruhannya"
Jeno menghentikan langkahnya setelah mendengar seruan Eric.
"Tenang aja semuanya bakal sesuai dengan apa yang lo mau!" Seru Jeno tanpa menoleh.
Kasian Jeno euy😶
KAMU SEDANG MEMBACA
F R I E N D
FanfictionKisah enam remaja yang tak sengaja bertemu sehingga mereka berakhir menjadi sekelompok teman yang sangat solid. Meski mereka berasal dari keluarga yang berbeda gak menjadi alasan untuk bersahabat. Bagi mereka persahabatan jauh lebih berharga daripad...