Perfect Person In The World
13+, Romance.You, female reader as [Y/N], Taufan's wife.
[Y/N] = Your Name
[YL/N] = Your Little Name (nama kecil, contoh Putri --> Put)
[L/N] = Your Little Name (Lebih tepatnya adalah nama khusus yang diberikan oleh keluarga dan Taufan. Contoh, Adelia --> Ela)
[E/C] = Eyes Colour
[H/C] = Hair Colour===
Berpidato adalah hal yang sulit dilakukan untuk setiap orang yang tidak memiliki persiapan mental. Bahkan, orang yang sangat percaya diri pun harus merasa ragu dahulu sebelum tampil dengan percaya dirinya.
[Y/N], pujaan hatiku itu juga merasakan hal yang sama. Padahal dia adalah gadis galak dan pemberani yang pernah aku temui. Hahah, hal selucu sedunia ketika mengingat betapa paniknya ia semalam saat sedang bersiap-siap untuk hari pentingnya.
Dia berjalan ke sana dan kemari layaknya sebuah setrika sambil membawa sebuah teks yang berupa pidato yang akan ia ucapkan di depan banyak mahasiswa dan mungkin tamu-tamu penting lainnya untuk upacara kelulusannya. Aku hanya memandanginya sambil sesekali tertawa kecil, meski akhirnya, aku mendapat tatapan tajam darinya.
Nyatanya, itu semua hanyalah kekhawatiran belaka. Kini dia sedang tampil dengan percaya diri tanpa hambatan apapun. Di depan para dosen serta profesor, dan juga teman-teman seangkatannya. Aku duduk di bangku khusus dengan status senior sekaligus suaminya, di sebelahku juga terdapat Kakak dan Ibunda [Y/N] yang membawa sebuah bingkai berisi foto Ayahanda [Y/N] di pangkuannya.
Suara tepuk tangan meriah diberikan serentak padanya. Gadisku sudah selesai membacakan pidatonya sebagai lulusan terbaik tahun ini. Dengan senyumnya yang mekar bagai bunga sangat candu untuk dipandang, dia melambaikan tangan sembari sesekali sedikit membungkuk pada semua hadirin.
Setelah melakukan acara lainnya, kini sudah tiba sesi foto keluarga. Aku dan keluarganya, oh— maaf, maksudnya keluarga kami, pergi menghampiri dirinya yang sudah selesai berbincang dengan teman-temannya.
Aku membalas senyumannya. Aku tidak ingin langsung menariknya ke dalam dekapanku, aku mengizinkannya untuk menghampiri Ibundanya terlebih dahulu. Aku belakangan saja.
"[L/N], bunda bangga banget sama kamu! Kamu dapat gelar yang sama dengan ayahmu, huhuu."
Seruan Ibunda dengan tangis penuh haru ditujukan pada [Y/N]. Aku dan Kakaknya hanya dapat tersenyum maklum melihatnya.
"Ini semua karena bunda." ujar gadisku, dan secara tiba-tiba dia mengambil posisi sujud tepat di hadapan Ibunda. Itu adalah hal mengejutkan bagiku— tidak, bagi kita semua. Bahkan semua lulusan yang sedang bersama dengan keluarganya masing-masing kini memperhatikan kami.
"[L/N].." lirih sang Kakak yang sudah berkaca-kaca matanya.
"[Y/N], angkat kepala kamu, nak." Ibunda mensejajarkan diri dengan anak bungsunya. Ia mengusap surai gadis itu dengan lembut dan kemudian memeluknya.
"Gak perlu seperti itu," ucap Ibunda, "bunda sangat bangga padamu. Ayahmu juga begitu."
"[L/N] bisa seperti ini karena bunda. [L/N] cuma ingin melakukan yang seharusnya [L/N] lakukan."
Aku tersenyum lembut mendengar berbagai kata yang keluar dari bibir mertua dan gadisku. Sungguh, aku ingin menangis mendengarnya. Mereka membuatku teringat akan mendiang Ibundaku dan diriku dulu.
"Kak Taufan."
Aku tersentak ketika nada lembut menyapa indra pendengaranku. Suara yang membuatku candu sehingga ingin mendengarnya setiap saat.
"Ya, [L/N]?"
"Makasih banyak."
Hanya dengan dua kata dan sebuah senyuman indah mampu membuat wajahku memanas. Aku ini benar-benar lemah kalau itu bersangkutan dengan dirimu, [Y/N].
"Kakak udah bantu aku, udah ada di sisi aku dari aku masih jadi junior sampai sekarang. Makasih banget, Kak."
"Aku udah bilang, bukan? Kalau aku akan selalu ada di sisimu."
Gadis di hadapanku ini terkekeh sambil menutup mulut serta matanya yang tersenyum. Apakah ia sadar bahwa ia segitu indahnya?!
"Kalau begitu, aku adalah rumah kakak, bukan?"
Aku menanggapinya dengan anggukan dan tersenyum membalasnya. Tak ingin tertinggal, aku menaruh tanganku di atas surai [H/C]nya yang diikat rapi seperti dalam kartun putri kerajaan itu.
Gadis itu merangkul lenganku ketika Kakaknya menginterupsikan kami untuk mengambil pose untuk diambil gambar. Ia tersenyum manis memandang kamera, aku juga tak kalah darinya dengan sedikit menumpu kepalaku pada kepalanya.
Tak dapat kupungkiri bahwa ia adalah orang paling sempurna dalam duniaku. Dunia yang dapat aku lihat tanpa harus pergi ke luar angkasa. Sesuatu yang lebih berharga dari intan, permata, maupun berlian. Semua tentangnya adalah segala hal yang membuatku menjadi lebih hidup.
Hanya dengan senyuman khasnya saja dapat membuatku bahkan sampai lupa dunia.
===
Cringe juga ya ternyata..
Aku pgn bikin Taufan bucin akut gitu loh, tapi kok pas aku baca ulang malah geli🗿
Oke, aku berniat publis cerita ini supaya ga jadi akun mati, eh malah balik lagi jadi akun mati. Sepertinya bakal beneran jadi akun mati .g
LAPAK SEBELAH AJA BLM KU UPDATE, PADAHAL DIKIT LAGI SELESAI😭
Gapapa, ini penggantinya sementara, heheh
OKE BYE! SEE U NEXT CHAPTER!
Mars, 17 Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy
RomanceOne-shot/Two-shot story Boboiboy and Ejen Ali's characters x Reader [SLOW UPDATE] Indonesia(maybe Malaysia) Language Boboiboy by ©Monsta Ejen Ali by ©Wau Animation Story by ©plxntmxrs