Chapter 5

2 1 0
                                    

Sudah sekitar satu bulan aku dan Rangga berada di Yogyakarta. Kami juga sudah selesai menjalani masa orientasi di kampus masing-masing. Rasanya sudah mulai berbeda saat aku menjalani hari-hari menjadi mahasiswa baru. Yang biasanya apa-apa di bantu sama mama sekarang sudah harus sendiri, terlebih tanggung jawab untuk mengatur keuanganku sendiri. Walaupun aku bersyukur karena tidak menjadi mahasiswa rantau yang kelaparan karena uang saku dari papa dan kakak yang tak pernah telat.

"Lama banget lo, ngobrol sama temen-temen lo dulu ya?"

"Kagak, tadi gue ke toilet bentar"

"Hadeh, pantesan"

"Nih buruan lo yang nyetir"

"Gue capek Ngga, besok deh gue yang nyetir"

"Keenan"

Aku hanya menggerutu kemudian berpindah tempat duduk dengan Rangga

"Lo udah pinter tau nyetirnya, cuma kan harus latihan terus"

"Terimakasih coach"

"Coach mata lo soak" Rangga mengacak-acak rambutku

Aku pun melajukan mobil keluar dari area kampus

"Gue hari ini gak bisa nemenin lo makan ya Nan"

"Tumben?"

"Iya, gue hari ini ada tugas bikin reportase jadi harus buru-buru"

"Oke deh, gak masalah gue bisa makan sendiri kok"

"Oh iya, gue boleh minta tolong gak Nan?"

"Apa?"

"Habis nganterin lo, gue harus langsung cabut jadi gak bisa mampir kos nanti tolong liatin paket di depan kamar gue ya"

"Beli apaan lo?"

"Ada deh"

"Gue buka boleh?"

"Boleh, buka aja. Sekalian bikin video unboxing ya"

"Iya"

Sepertinya Rangga memang lagi terburu-buru, setelah menurunkan aku di kos dia langsung pergi untuk mengerjakan tugas bersama dengan teman-temannya. Setelah berganti pakaian aku berjalan kaki menuju kos Rangga untuk melihat paket yang dia maksud. Sebuah box berukuran cukup besar ada di depan kamarnya. Aku segera mengambil paket tersebut dan membawanya ke kosku

"Keenan?"

"Eh Mas Anjar"

"Nyari Rangga ya?"

"Enggak mas, ini ngambil paketnya Rangga. Dia lagi sibuk soalnya"

"Tumben si Rangga gak nitip ke aku?"

"Wah, aku juga gak tau ya mas mungkin dia mikirnya Mas Anjar sibuk hehe"

"Mungkin, padahal aku juga gak kemana-mana"

"Hehehe, ya udah mas aku balik dulu ya"

"Oke"

Mas Anjar adalah tetangga kamar Rangga, dia juga satu kampus denganku namun sudah semester tujuh. Dia adalah salah satu orang yang selalu aku hubungi pertama kali untuk menanyakan keberadaan Rangga saat laki-laki itu tidak bisa di hubungi. Dan semenjak mengenal Mas Anjar aku dan Rangga mulai harus terbiasa menggunakan kata "aku – kamu" karena dia berasal dari Malang dan tidak terbiasa menggunakan "lo – gue".

"Rangga beli apa lagi sih, dia ini anak rantau tapi boros banget" aku menatap box yang kini sedang ku gendong

Sesampainya di kos aku membuka paket milik Rangga, yang ternyata isinya tidak lain dan tidak bukan adalah album BTS

"Allahuakbar, dia ngapain si beli album lagi? Bukannya yang kemarin udah ya?"

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil membersihkan kertas bekas bungkusan album

Via Chatting

Keenannya Rangga: Lo ngapain beli album lagi anjir?

Rangga Jelek: Bukan punya gue, jangan lo apa-apain

Keenannya Rangga: Tapi udah gue unboxing

Rangga Jelek: Ya udah, tapi jangan sampe ilang itu photocard sama printilan yang lain

Keenannya Rangga: Y

Aku menatap album BTS dengan tulisan "Love Yourself" di ujung atas album tersebut dengan heran. Gini ini harganya berapa ya? Tanyaku dalam hati

***

Pagi-pagi sekali Rangga menelfonku, katanya dia akan mengambil album yang semalam sudah aku unboxing. Dan aku hanya mengiyakan. Sekitar 5 menit aku keluar dari kamar dan membuka gerbang, terlihat Rangga sudah rapi di dalam mobilnya.

"Lo mau kemana anjir? Masih jam enam ini" aku menatap Rangga tak percaya

"Ke kampus lah, gue ada kelas jam delapan"

"Emang perjalanan ke kampus lo selama itu ya?"

"Setengah jam doang sih. Cuma gue mau ngasihin album ini dulu ke...." Rangga menggantungkan kalimatnya

"KE SIAPA?"

"Ada deh, nanti aja gue kenalin"

"Wah gila, lo punya cewek ya?"

"Sssttt udah diem, gue berangkat ya. Lo jangan lupa sarapan jangan tidur mulu" Rangga melambaikan tangannya bersamaan dengan menutup kaca pintu mobilnya

Ada sebuah perasaan tak nyaman di dalam hatiku, apa benar Rangga sudah memiliki seorang tambatan hati? Mengingat selama ini aku tidak pernah melihatnya pacaran, justru dialah yang sering menjadi obat nyamukku selama SMA. Namun kenapa kini aku merasa sedih? Bukankah harusnya aku mendukung Rangga seperti yang sudah ia lakukan dulu kepadaku?

Aku segera kembali kedalam kamar setelah melihat mobil Rangga meninggalkan area perumahan kos kami. Di dalam kamar aku menatap ponsel dengan pandangan kosong. Hingga akhirnya teringat kalimat yang pernah di ucapkan Rangga saat kami duduk di bangku kelas 11.

"Lo gak kepingin pacaran?" tanyaku iseng

"Pingin lah, gue normal anjir"

"Ya udah, cari dong biar kita bisa double date"

"Gue mau cari pacar yang sefrekuensi sama gue"

"Maksudnya?"

"Gue pengen punya cewek yang sama-sama suka BTS" Rangga menaikkan alisnya cepat

"HADEHHHH"

"Serius, gue pengen banget nonton konser BTS sama cewek gue, bahkan gue udah nabung dari sekarang"

"Lo beneran?"

"Iya Keenan, kalau lo punya temen army kenalin aja ke gue siapa tau cocok hehe"

Ternyata semua yang di ucapkan Rangga itu bukan main-main. Meskipun kelihatannya dia selalu boros tapi tabungannya untuk nonton konser BTS selalu di sendirikan bahkan tidak pernah tersentuh sedikitpun. Kalau Rangga sampai mempunyai pacar berarti dia adalah army.

Aku mengusap wajahku pelan, hingga akhirnya memilih untuk kembali menarik selimut. 


Gaiiss, maaf banget senin kemarin lagi sibuk ngurusin skripsian sampe lupa buat update. Mohon di maklumi yaa hehe. Sampai jumpa senin depaann ^^ 

Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang