Bab 75

2K 399 48
                                    

16. Bunga Pencobaan

Begitu bangun di pagi hari, aku memeriksa kondisi Henokh. Dia tidak bisa bangun dengan mudah, mungkin karena kelelahan yang dia alami sekaligus.

Semua panas mendidih hilang, dan hanya demam samar yang tersisa. Aku menyeka wajah Henokh dengan kain lembab dan memeriksa ulang apakah lukanya sudah sembuh dengan benar.

“Nona muda, obat apa itu?”

Saat aku melihat luka Henokh, Ruzef yang duduk di sebelahku bertanya padaku.

Dia duduk diam, mempelajari obat di kotak obat. Perlahan-lahan aku menjelaskan kepadanya jenis obatnya.

Mungkin karena mereka semua tidur di lantai pertama gubuk, Arthdal dan Yuanna bangun lebih awal bersama yang lain.

“Aku pikir kita perlu mengatur ulang anggota pengintai kita.”

Mendengar kata-kata Arthdal, aku mengangkat kepalaku saat berbicara tentang obat dengan Ruzef. Arthdal berdiri di tengah ruang tamu dan menarik perhatiannya.

Yuanna dan Diego sedang menyiapkan sarapan, sementara Kayden sedang meletakkan kayu bakar yang mereka dapatkan pagi ini ke perapian.

“Kembali ke tempat di mana orang suci itu bangun. Dia tidak bisa pergi ke sana dengan tubuh seperti itu.”

Kata Arthdal sambil menunjuk Henokh yang belum bangun.

Dia benar. Kami harus memilih kembali anggota untuk pergi ke tempat di mana Yuanna terbangun karena cedera Enoch.

“Putra Mahkota harus bersama Nona muda Flone, jadi kita juga harus mengecualikan nona muda dari anggota pengintai.”

Sekarang semua orang menyadari kecemasan perpisahan Henokh. Karena malu, aku tutup mulut tanpa menjawab.

“Aku suka itu.”

Yuanna mengangkat bahu dan berbicara seolah itu tidak masalah, lalu kembali menaruh jamur yang sudah dicuci di mangkuk kelapa.

Aku merenungkan kata-kata Arthdal dan melihat Kayden. kayden menguap dengan sikap tidak peduli apa yang Arthdal katakan.

“Kaiden, kamu harus pergi.”
 
“Apa? Tidak. Kamu tidak pergi.”

Tawaranku langsung ditolak oleh Kayden.
 
“Ruzef harus membantu menyembuhkan Henokh, dan aku harus tinggal bersamanya. Kamu adalah satu-satunya di antara kami yang bisa pergi. ”
 
“Ada juga kapten pengawal dan Putra Mahkota Arthdal… … .”

“Keduanya bukan milik kita. Apakah kamu mengerti apa yang aku maksud?”

Kaiden menganggukkan kepalanya saat dia mengerti apa yang aku katakan. Kemudian, begitu dia memikirkan apa yang dia pikirkan, dia mengerutkan bibir bawahnya dengan ekspresi tidak puas.

“Aku juga ingin bersamamu, Margaret. Aku juga memiliki kecemasan perpisahan. ”

Aku menggelengkan kepalaku seolah aku tidak bisa menghentikan alasan absurd Kaiden. Aku tiba-tiba teringat apa yang Kaiden katakan beberapa hari yang lalu.
 

“Aku ingin kamu hidup. Walaupun aku akan mati karena menyelamatkanmu.”

Ketika aku bertanya apakah itu sebuah pengakuan, Kaiden menatapku seolah-olah dia tidak mengerti apa yang ku katakan.

Dia memiliki sudut yang membingungkan orang. Jika aku tidak membaca novelnya, aku mungkin salah paham dengan sikap sembrono Kaiden karena berpikir dia menyukaiku.

Dan bahkan jika dia menyukaiku, itu tidak langsung mengarah pada perasaan menyukaiku seperti yang dilakukan Henokh. (TL/N: Henokh pernah bilang suka sama Margaret gak sih? Aku lupa)

Aku Terjebak Di Pulau Terpencil Dengan Pemeran Utama PriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang