[i] Bertemu

80 11 12
                                    

Kayla's POV

Aku tengah duduk di sebuah halte bus tak jauh dari sekolah. Rambutku sedikit basah disebabkan oleh rintik-rintik hujan yang datang secara tiba-tiba.

Aku melongok jam tangan yang melekat di tangan kananku sambil mendengus kesal, harusnya Jose sudah menjemputnya 15 menit yang lalu.

Tatapanku terpana kepada seorang pria yang juga singgah di halte bus ini, ia duduk dengan jarak yang cukup jauh dari kursiku. Pria itu memakai seragam yang sama sepertiku, pasti dia sekolah di Blues International High School. Kami satu sekolah tetapi aku belum pernah melihatnya.

Tangannya merogoh saku celananya, ia meraih handphonenya. Dipasangkannya headset di telinganya dan disenderkan kepalanya di kepala kursi.

Aku tersadar dari lamunanku ketika merasakan handphoneku bergetar. Aku membuka tasku dan sibuk mencari dimana handphoneku. Dapat! Ternyata Jose meneleponku.

"Ya, hallo?"

"Kenapa?"

"Oh, begitu."

"Iya, aku bisa pulang sendiri."

"Iya. Bye."

Aku mendengus sebal. Jose ternyata tak bisa menjemputku karena terjebak macet disana. Harusnya aku sudah pulang jam segini, sia-sia juga aku menunggunya.

Akhirnya Tuhan mendengar doaku, bus yang kutunggu akhirnya datang. Dengan bersemangat sambil tersenyum puas, aku menaiki bus. Ternyata penumpangnya cukup banyak. Aku bersyukur masih ada kursi yang tersedia untukku. Tanpa membuang waktu, aku segera menduduki kursi itu.

Sungguh, rasanya melelahkan. Berhubung aku juga pengurus Osis, sebelum pulang aku harus merapikan ruang Osis setelah rapat usai. Tambah lagi, aku juga harus membersihkan kelas karena hari ini jadwal piketku. Selasa yang melelahkan.

Aku memutuskan untuk menyenderkan kepalaku ke kaca penyangga disampingku. Rasanya tidur dengan posisi sedang duduk seperti ini membuat leherku pegal. Aku bisa merasakan kepalaku oleng ke kanan dan ke kiri.

Mataku sudah terpejam dan kesadaranku mulai lenyap, namun aku masih dapat merasakan seseorang duduk disampingku. Tapi aku tidak peduli, aku hanya butuh tidur dan 15 menit lagi aku akan tiba di rumah.

Leherku rasanya pegal sekali, sampai aku merasakan kepalaku membentur sesuatu yang keras namun hangat dan membuat tidurku nyaman. Mungkinkah seseorang memberiku bantal sebagai bentuk keterpedulian terhadapku? Aku akan sangat berterima kasih pada orang ini.

×××

Dave's POV

Ck! Kenapa gadis ini belum bangun juga? Padahal ini sudah di pemberhentian terakhir dan hanya aku dan dia di bus ini. Kenapa juga kepalanya bersender di bahuku? Aku harusnya turun di pemberhentian sebelumnya.

"Hey! Ayo bangun." aku memutuskan untuk membangunkannya, walaupun aku sangat tidak tega.

"Emmhh, ibu biarkan aku tidur sebentar lagi."

Ibu? Aku Ibunya? Tidak, kenapa dengannya? Sial! Aku harus apa?

"Bangunlah. Kau harus turun sekarang." ucapku. Namun gadis ini tetap bersender dan tertidur di bahuku.

"Aku akan sarapan...5 menit lagi. Biarkan aku tidur, sebentar." gumamnya lagi.

Ah, sial! Selasa yang menyebalkan.

Akhirnya dengan berat hati, aku menggendongnya. Ia kembali bersender di punggungku, oh tidak aku ingin pulang!

Dengan langkah tertatih-tatih, aku turun dari bus. Bahkan sekarang aku bingung harus kemana lagi. Mengantar gadis ini pulang? Aku tak tau alamatnya. Ah! Mungkin ada di tasnya.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang