“Aku pikir kau tertarik dengan sekretaris Daddymu, Lex?” tanya Tommy yang kini mengikuti bos sekaligus sahabatnya meninggalkan kantor.
Tak ada jawaban, alih-alih seringai di bibir Alexander.
“Serius?” Tommy membulatkan matanya horor. Terakhir kali saat ia menawarkan wanita, dirinya harus menerima diberikan tugas lembur selama tiga hari. “Kamu tak lagi bercanda, bukan?”
“Berisik! Pulang sana!” usir Alexander tanpa perasaan. Namun, jiwa Tommy yang ingin tahu, mengabaikan perintah itu.
“Wah, setelah menemukan wanita kamu membuangku begitu? Ck ... ck ... ck.” Tommy menggeleng tak percaya.
Geram, Alexander yang terganggu oleh Tommy segera mendorong sahabatnya itu menjauh. “Kamu yang nyetir. Aku capek.” Setelah mengatakannya, ia masuk ke pintu penumpang, dan menyamankan posisinya.
Duduk termenung sambil membayangkan jika itu.
Suara musik Dj menggema di salah satu kelab malam di kota New York. Para laki-laki dan wanita tampak meliuk-liuk di dance floor sesuai dengan iringan musik yang mengalun.
Dua pria yang baru saja datang, memesan ruang VVIP untuk sekedar menghilangkan kejenuhan di malam Minggu-nya. Mereka adalah Alexander Felix Johnson dan sahabat sekaligus asisten pribadinya, Tommy Fernandez.
Alexander Felix Johnson, laki-laki berusia tiga puluh satu tahun yang merupakan anak pertama dari William Johnson dan Maria Johnson. Ia masih mempunyai adik perempuan yang berumur dua puluh lima tahun yang memilih menjadi model internasional.
Alexander Johnson, begitu orang-orang mengenal namanya. Ia masuk sebagai salah satu CEO terbaik di Benua Amerika. Namanya sudah sering kali berlalu lalang di majalah, televisi dan di berbagai aplikasi sosial media.
Seorang pelayan membawa satu botol Bombay Sapphire dan dua gelas berisi ice cube masuk ke ruang di mana Alex dan Tommy sedang bersantai.
“Silah kan Tuan. Apakah Anda perlu hiburan malam ini?” tanya pelayan itu.
Alex mengibaskan tangannya. “Tidak perlu!” jawab Alex datar.
Tommy memberikan isyarat mata agar pelayan itu segera keluar.
“Baiklah. Selamat bersantai, Tuan.” Pelayan itu segera keluar dari sana.
Tommy menuang Bombay Sapphire itu ke dalam gelas yang sudah tersedia. Memberikan satu untuk Alex dan satu untuk dirinya sendiri.
“Kelihatannya Lo perlu wanita malam ini,” celetuk Tommy.
Alex menyesap cairan mahal yang berada digelas itu tanpa menanggapi celotehan Tommy. Ia tampak memejamkan mata beberapa saat, menikmati rasa hangat yang membasahi tenggorokannya.
Laki-laki itu membuka matanya kembali. Berpaling ke arah Tommy dan berkata, “Aku tidak butuh wanita. Mereka hanya buat hidupku berantakan.”
Mendengar respon dari Alex membuat Tommy mendengkus. “Kamu belum move on juga? Oh My God!”
Laki-laki itu kembali memejamkan mata. Ia mulai bertanya pada hatinya sendiri. Tapi, nihil. Sampai saat ini ia tak pernah mendapat jawaban.
“Entahlah. Mungkin aku belum menemukan saja. Hanya masalah waktu,” balas Alex lirih.
“Aku tahu ini berat buat kamu, tapi asal kamu tahu, obat patah hati adalah cinta yang baru. Kalau kamu tidak membuka hati, maka, sampai kapan pun, tidak akan pernah ada yang bisa masuk ke sana,” ucap Tommy panjang lebar seraya menunjuk dada Alex dengan dagu.
“Sok pintar!” desis Alex tak terima, “Kamu sendiri sampai sekarang bahkan masih jomblo!”
“Ha ha ha ... aku memang tak punya kekasih, tapi aku tahu cara bersenang-senang dengan wanita. Tidak sepertimu,” ejek Tommy telak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Cinta Sang CEO
RomanceCarmen Adelia Giovanni (26) harus menelan pil pahit setelah memergoki kekasihnya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Kemudian ia memutuskan untuk pindah ke kota lain untuk menenangkan diri dan mencari pekerjaan lain. Ia melamar pekerjaan di perusah...