Aku memutuskan untuk baik-baik saja. Berpura-pura bahagia lebih tepatnya. Namun, nyatanya tidak bisa. Aku kembali menangis tanpa henti, mengingat bahwa aku telah kehilangan kamu.
Kamu jahat ... kamu pergi begitu saja meninggalkan aku yang baru mengenal cinta. Kesedihan yang aku punya tidak sedikitpun menggoyahkan kamu.
Aku benci diriku sendiri, yang terus dan tetap mencintai kamu. Aku takut ditinggalkan aku juga benci mengemis perhatian.
Kamu tahu mereka yang mengharap kita berpisah mulai bertanya, pahlawan yang kukira bisa membela aku, menyerah tanpa kutahu alasannya.
Jujur sejak awal aku tidak pernah menganggap kamu adalah pacar, karena komitmen yang dipunya aku anggap kamu calon suami dan calon papa bagi anak anakku kelak. Kita rangkai masa depan bersama, kamu mulai skenario bahagia sampai aku percaya bahwa kamulah orangnya.
Kini aku hanya bisa menangis, mengharap kamu kembali atau setidaknya jadilah orang jahat bilang bahwa sejak awal aku hanya mainan dan pelampiasan, agar aku bisa mengingkari kata bertahan.