1

1 0 0
                                    

Sore itu Lia mulai merasakan resahnya menjadi wanita single di pertengahan usia 20. Beban hidup yang seolah tak ada habisnya rasanya masih kurang untuk menggempur kewarasan dan ketenangan batinnya.

Asti, ibu dari Lia yang masih bertahan untuk hidup berdua saja dengan Lia setelah 5 tahun kepergian sang suami. Wanita hebat yang mampu membuat Lia bertahan hingga sejauh ini.

Kisah romansa belum pernah mampir barang sekali dalam hidupnya. Kalau sekedar tertarik pada lelaki, dua kali dia pernah merasakannya, tapi diam tetap jadi pilihan Lia. Tiga dari 8 sahabatnya juga sama, jadi Lia tak pernah ambil pusing mengenai hal itu. Kerja, dapat gaji, bagi-bagi gaji untuk segala kebutuhan harian dan potongan-potongan angusuran, jajan, main dan lain-lain. Hanya sejauh itu siklus kehidupan Lia sejauh ini.

Hingga akhirnya, satu persatu sepupunya mulai tunangan dan memulai hubungan yang serius dengan kekasih mereka. Satu-persatu pula pertanyaan tentang pendamping hidup mulai menghantui hidup Lia.

"Oke, kalau aku punya cowok. Ga masalah, tinggal nanya aja. 'Kapan kamu berani ke rumah buat lamar aku?!' Masalahnya disiniiii!!! Aku beloom pernah deket sama satupun cowokk huaa !!!"

Lia meraung-raung di kamar Tara, salah satu sahabat yang kebetulan sekantor dengannya. Jilbabnya sudah lepas dan entah dia buang kemana, rambutnya pun sudah awut-awutan karena diacak-acaknya.

"Yaudah sihh, biasanya juga selow aja..." Tara menimpali dengan gaya bicaranya yang tengil. Kini mereka tengah rebahan di kamar Tara. Lia di lantai, dan Tara, si pemilik kamar rebahan cantik di kasur empuknya.

"Tarrrrrr!!! Aduhh pusingg tauuu!!!"
"Kasian ibu di desa, cerewet banget tuh orang-orang sampe nular ke ibukkk..." Teriakan Lia perlahan berubah menjadi isak kecil. Dia sudah benar-benar pusing sepertinya.

"Lusa, pakdheku mau ajak kenalannya buat ketemu tar....." lanjut Lia sambil memandang kosong lantai kamar Tara. "Aku musti gimanaa?? gamauu nikah duluuu... mau suka suka duluu... mau jatuh cinta duluu..."

"Hiks Lii... aku sedih lhoo liat kamu kaya gini. Gapapa jalanin aja dulu. Sapa tau cocok kan?" Tara bergegas turun dan duduk sambil menenangkan Lia yang sepertinya terguncang jiwanya karena mau dikenalkan dengan pria pilihan pakdhenya.

Lia mendelik cepat ke Tara, bisa-bisanya Tara enteng banget bilang begitu. Teman sepermainannya yang tau kebiasaan dan kesukaannya. Bisa-bisanya?!!!

"Tarrrr, kamu tau kan, yang aku suka yang kaya apaaa?!!"

Pertanyaan Lia membuat Tara menepuk jidatnya dan jidat Lia keras, "Nyohh biar sadarr. Dikasih yang asli kok sukanya yang gamungkin tergapai. Lagian kalaupun biasmu suka balik ke kamu, kamu mau punya suami beda keyakinan?!!"

"Aduhhh ga gitu juga konsepnyaaa....!"

"Ya tapi maunya yang kw superrrr mirip Mark Lee. Mau nyari dimanaaa?" Tara makin emosi "Kalaupun ada, 2000% pasti dah sold out. Telat jauh kamu yang gapernah main kemana-mana." lanjutnya sambil cemberut karena terlanjur kesal sendiri.

Lia malah tambah cemberut dan akhirnya memilih untuk lanjut rebahan di lantai kamar Tara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAME, RIGHT?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang