Part 22

15 2 0
                                    

Happy reading!!
.
.
.

Di sore hari banyak orang yang berlalu lalang memutari jalanan sampit, sembari ingin jalan-jalan dan mengantar wanitanya ke rumah sang om. Dokter itu merasa janggal saat melabrak wanitanya yang telah disakiti suster itu, dia pun bertanya pada wanitanya.

"Abang boleh nanya gak, sayang?"
 
"Boleh bang, nanya apa?"

"Waktu abang nolongin adek, nah abang lihat bekas lakban." Gadis pura-pura menangis.

"Hiks-hiks-hiks, suster itu ngelakban mulut adek saat tangan adek di lukaiin. Pas teman-teman adek datang, nah baru lakban itu lepas dari mulut adek, hiks." Dokter itu merasa salah saat menanyakan masalah itu.

"Ma....maaf dek, abang gak mau lihat kamu nangis, sayang." Dokter menghapus air mata wanitanya dengan sangat lembut.

"Gapapa, adek paham kok." Huh, untung saja gue bisa akting (batin gadis).

Dokternya pun kembali memeluk dirinya, mereka pun jalan sore bersama. Puas jalan-jalan, gadis telah sampai di rumah omnya.

Di rumah itu dokternya bertemu adik kelasnya yang sekarang seorang Polisi, mereka pun saling menyapa satu sama lain.

"Ehhh, kalian udah saling kenal?" Kata Istri dari abang Barkah yang berbicara pada dokter calon suami nya adik sepupu nya ini.

"Malahan udah kenal sangat lama mbak."

"Hhee, benar mbak. Dokter ini, abang kelas saya semejak kami SMA."

"Kenalin dek, polisi ini namanya Ipda Wiwan. Dia yang kakak ceritaiin itu ke adek, ingatkan?" Kata kakaknya sang istri abang Barkah.

"Adek masih ingat kok." Gadis tersenyum ramah, namun tangannya masih berpegangan pada dokternya.

"Salam kenalnya dek, saya polisi yang ditugaskan sebagai Administrasi di kantor Polres Sampit." Mengajak berbicara sang gadis.

"Siap, salam kenal kembali bang."

"Katanya adek pandai ngerekap berkas-berkas kan?" Tutur polisi itu.

"Benar, karena di ajarin Guru Biologi adek. Semenjak adek jadi anggota Administrasi Perpustakaan di SMA, nah disitulah adek punya ilmu dan pengalaman."

"Sesekali bisakan dek bantu abang rekapin berkas data-data kepolisian di kantor?"

"Silahkan izin sama calon suami adek." Gadis mengarahkan matanya ke dokternya.

"Maaf, boleh gak bang?"

"Boleh, asal jangan nikung. Kalau nikung saya suntik bius kamu, hahaha." Dokter mencubit hidung wanitanya.

"Abang ihh, sakit tau."

"Gak bakal saya nikung bang, yang ada saya ditilang sama atasan, hahaha."

Dokter dan polisi itu pun meninggalkan tempat itu berbarengan, gadis ini pun kembali ke dapur untuk memasak. Tapi, dia malah mendapati abangnya yang sedang bertelponan dengan rekan kerja.

****

"Dek, besok senin sampai selasa kita dapat shift pagi. Karena hari Rabunya kita kerja lapangan lagi di dua tempat, itu pun nanti shift siang." Abangnya sudah selesai dengan telponnya.

"Adek oke-oke saja bang, makasih yah. Abang udah handle tugas adek Sabtu kemaren." Gadis merasa gak enakan.

"Sans dek, mana tenang abang lihat adek terluka. Makanya abang cuma bisa bantu kayak gitu saja, itu sekarang adek pahami file baru yang ada di laptop abang." Gadis seksama memperhatikan tugas dari Sabtu dan untuk hari Rabu nanti.

DOKTER PRIBADI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang