1. Gadis Biasa

3 0 0
                                    


Millenia Hanggaza, gadis biasa saja tidak cantik tidak juga jelek dan tidak ada keistimewaan apapun dalam diriku. Hobiku adalah rebahan, tapi mempunyai mimpi jadi istri dari anak tunggal kaya raya.

Hidup Ku sampai saat ini masih monoton, Senin - sabtu : Bangun - kerja - pulang - tidur Dan di weekend atau hari libur besar lainnya hanya rebahan atau bermain ponsel dari pagi sampai menjelang malam. Itu memang keseharianku. kegiatan itu aku ulang setiap hari sejak umurku 18tahun sampai detik ini.

Aku ingin kuliah, sangat ingin. Seperti teman temanku yang lain, Aku ingin merasakan duduk di bangku perkuliahan memiliki banyak teman mengerjakan tugas bersama merasakan pusing dan stress mengerjakan skripsi hingga bangga ketika sudah mendapatkan gelar. Aku ingin merasakan itu semua, tapi apa daya aku tidak ingin merepotkan orangtuaku dengan keinginanku itu. Biaya kuliah sangat mahal, tidak sampai hati aku menyusahkan orangtuaku dengan keinginan itu pada akhirnya keinginanku hanya terkubur dalam dalam dengan mimpiku yang mengikuti.

 Bekerja menjadi opsiku, menjadi bagian dari suatu perusahaan yang bisa di bilang besar. Capeknya tekanan, jauhnya jarak tempat kerja, serta tuntutan dari semua arah membuatku hampir menyerah dan selalu ingin menyerah. 

Tapi ketika rasa itu datang satu yang terlintas dalam benakku 'Harus kuat, harus bisa, jangan nyerah Allah telah merencanakan semuanya, percaya dan yakin ini hanya sebagian ujian hidup yang Allah rencanakan dengan tujuan yang indah di depan sana' 

.....

"Ini dengan Millenia Hanggaza betul yah?" Panggilan telfon dari atasanku menginteruspsi kegiatan ku bekerja 

"Iya Bu Wulan betul, ada apa ya bu?" Tanyaku setelah sesaat mendengar suara lembut di sebrang telfon

"Millen habis kontrak besok ya?"

"Iya bu benar" Hatiku sudah degdegan luar biasa, pasalnya aku sduah mendengar sebagian cerita dari teman - temanku bahwa di keadaan covid seperti ini perusahaan melakukan pemotongan kontrak ke sebagian karyawan dan aku takut sekali itu terjadi padaku

"Ekhem jadi begini, Millen tau kan saat ini perusahaan sedang mengurangi karyawan karena dampak dari covid itu sendiri cukup mempengaruhi perusahaan maka dari itu kami disini meminimalisir biaya untuk dapat bertahan dalam kondisi ini. Maaf untuk saat ini kami belum bisa memperpanjang kontrak kamu disini, kerjamu bagus, kamu kompeten disiplin juga terhadap waktu tapi kami mencari yang benar benar bisa kami pertahankan dalam segi apapun untuk perusaahn ini, kami harap sampai disini Millen bisa mengerti, saya tau sedikit banyaknya kamu sudah mendengar desas desus ini dari berbagai pihak kan? jadi saya harap kamu bisa mengerti ya?"

Deg, hatiku mencelos mendengarnya sudah kuduga aku akan menjadi bagian dari pemutusan kontrak seperti temanku yang lain

"Iya bu saya paham, tapi apa tidak bisa untuk dipikirkan ulang? Saya akan berusaha lebih untuk perusahaan kedepannya" Aku masih tidak sanggup untuk kehilangan pekerjaan ini, banyak hal yang harus aku mulai ulang jika harus kehilangan pekerjaan ini

"Maaf sekali Len, kami sudah mempertimbangkan semuanya dengan para atasan yang lain, saya harap kamu bisa menerima keputusan kami"

Setelah sambungan terputus air mataku lolos tanpa diperintah. Aku harus apa? Harus bagaimana? Memulai semua dari awal lagi bukan hal yang mudah, sudah banyak hal yang telah aku lalui untuk melepas semuanya terasa sangat sulit.

Aku langsung berlari kepelukan Ibu, menangis meraung raung seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan. Ibu mengusap usap punggungku bertanya ada apa sehingga aku menangis seperti ini

"Ibu maafin Millen, Millen sudah membuat ibu kecewa, Millen diputus kontrak kerja Bu" Bisa kulihat Ibu sedikit kaget mendengarnya

"Nggak apa - apa Nak, Millen sudah berusaha mungkin memang rezeki kamu hanya sampai disini. Ibu tidak kecewa Millen sudah berusaha ibu bangga atas usaha Millen" Sambil terus mengusap punggungku Ibu berusaha menenangkanku

"Tapi Bu Millen gabisa ngasih uang bulanan lagi buat ibu, Millen gabisa belikan makanan enak lagi untuk ibu dan bapak setiap bulannya, Millen gabisa bahagiakan Ibu lagi"

"Hush sayang jangan bicara seperti itu, Anak Ibu sudah hebat nanti kita cari bahagia kita sama sama yaa, Rezeki itu tidak tertukar sayang Allah sudah menyiapkan Rezeki kamu yang lebih besar di depan sana, jadi ayo kamu harus semangat jangan nangis lagi, anak Ibu kan kuat" Aku lihat wajah ibu sambil menangis, ibu tersenyum manis walau aku melihat ada sedikit kesedihan disana

"Sekarang kamu telfon bapak, ceritakan jangan sambil menangis nanti bapak kaget mendengarnya"

"Iya bu. Sekali lagi Millen minta maaf ya bu, Millen sayang Ibu" Aku mengatakannya sambil memeluk ibu, Benar aku sangat menyayangi wanita yang sudah melairkanku ini

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mimpi KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang