Dibawah langit malam disertai dengan rintik-rintik hujan, Gibran berjalan menyusuri trotoar dengan payung ditangannya. Hari yang melelahkan, lagi-lagi Gibran harus pulang malam karena less di sekolahnya.Gibran berhenti sejenak sebelum melewati jembatan besar didepannya, lagi dan lagi jembatan yang sebenarnya tidak ingin Gibran lewati ada didepan matanya, nyaris satu langkah lagi dia sampai di jembatan itu tetapi Gibran memilih diam dan menatap panjangnya jembatan itu dari ujung.
Sesaat sebelum Gibran berbalik meninggalkan jembatan itu, diseberang Gibran melihat seorang gadis dengan baju basah kuyup berjalan ke arah jembatan. Dengan raut wajah yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja, gadis itu berhenti di tengah jembatan sambil menatap ke arah sungai dibawahnya. Gibran seperti mengenali gadis itu, ia memperhatikannya dengan seksama.
Ia mencoba mengingat, apakah gadis itu adalah Ribelle, tetangganya? Apa yang akan dilakukannya disini? Bodoh, awas saja jika dia menaiki jembatan itu.
Dia memperhatikan gerak-gerik Ribelle dengan seksama, langkah Gibran yang tadinya terhenti di ujung jembatan kini perlahan melangkah menuju tempat Ribelle berada saat melihatnya mulai menaiki jembatan. Langkah Gibran semakin cepat saat melihat Ribelle sudah di atas jembatan, dan...
grepp.. brugh!...
Gibran memeluk tubuh Ribelle dan menariknya jatuh ke belakang, hampir saja.
"Kamu sudah gila?! apa yang kamu lakukan?! jika kamu jatuh kamu bisa mati! dasar bodoh!"
"Lepaskan!? kamu hanya perlu melihat dan jangan ikut campur!" Ribelle menghempaskan tangan Gibran yang melingkar diperutnya.
Lagi lagi ia mencoba menaiki jembatan itu, tetapi tangannya ditarik lagi oleh Gibran.
"Lepaskan!" raung Ribelle.
"Apa yang kamu lakukan saat ini tidak akan menyelesaikan masalahmu, berpikirlah sebelum bertindak lebih jauh?!"
"Apa yang kamu tau tentangku?! lepaskan dan pergi menjauh. Lagi pula jika aku mati tidak akan ada yang bersedih, jadi kamu hanya perlu diam dan berhentilah ikut campur!" Lagi-lagi Ribelle mencoba menghempaskan tangan Gibran.
"Berhentilah bersikap kekanak-kanakan!" Gibran menarik Ribelle menjauh dari jembatan, tetapi Ribelle memberontak.
"Kenapa hidupku begitu sulit? kamu tidak perlu melakukan ini. Aku akan mengakhiri ini dengan cepat jadi tolong lepaskan tanganku, berperilaku lah seolah tadi kita tidak bertemu. Lalu kamu lanjutan tujuanmu dan aku lanjutkan tujuanku, begitu lebih mudah bukan?" Gibran tidak menghiraukan ucapan Ribelle barusan.
"Lepaskan aku!" Kali ini Ribelle meraung dan tangisannya semakin menjadi, apa yang dialami gadis ini sampai² tangisannya benar² memecah keheningan malam itu.
"Tidak ada cara lain." Gibran berhenti dan menarik Ribelle sampai tubuhnya sedikit membentur dinding dibelakangnya.
cup..
Tiba-tiba saja Gibran mencium bibir Ribelle lalu melumatnya, entah apa yang dipikirkannya saat ini. Pikirannya seolah-olah buta. Ribelle hanya menangis dalam diam saat Gibran melakukan hal itu, setidaknya pikiran Ribelle saat ini sedikit teralihkan dari masalahnya tadi.
Tidak terasa hujan telah mereda, Gibran melepaskan tautan bibirnya. Dilihatnya wajah gadis itu dengan seksama, ia mengusap jejak² air mata yang masih tersisa di wajah Ribelle.
"Jangan bersedih lagi, mulai saat ini aku akan menjaga kamu. Siapapun yang menyakitimu, cukup katakan. Akan aku membalaskan nya untukmu." kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Gibran, Ribelle terdiam sesaat lalu mengangguk perlahan.
🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Ooh My Belle
Teen Fiction"Apa yang kamu lakukan disitu?! Jika kamu jatuh kamu bisa mati! Turunlah!" Ribelle tidak bergeming. "Menjauh lah, aku memang mau mati." Ribelle terlihat sangat kacau, kenangan Gibran semasa kecil seketika muncul hingga telinganya berdenging. Gibran...