02. Grain

1.6K 348 45
                                    

Born to be yours - Kygo,Imagine Dragon
.
.
.
"Bang gue izin sebentar siang,"

"Nganter temen lu?"

Galang mengangguk setelah menyapu singkat halaman bengkel tempatnya bekerja itu, Salah satu mekanik lain teman satu pekerjaan Galang mengangguk "Oke."

Jam menunjukan pukul setengah delapan pagi hari saat Bengkel itu buka dan mendapat pelanggan petamanya, Letak bengkel yang berada diarea padat lalu lintas itu cukup menguntungkan pemiliknya, meski hanya bengkel standar faktanya memiliki 3 mekanik selain Galang karena memang bengkel itu selalu cukup ramai pelanggan.

"Mas Ganti master rem sama ganti oli." Galang mendorong maju motor CBR 250 cc itu dan mulai mengambil beberapa kunci pas untuk mulai mengerjakan apa yang diinginkan pelanggannya itu.

"Oli masih belum diambil, masih diatas sebagian." Galang mengangguk dan berjalan menaiki tangga menuju lantai dua ruko itu untuk mengambil box berisi oli.

"Bang sekalian angkatin Oli samping," Gadis anak dari pemilik bengkel itu nampak menatap Galang yang hendak mengambil box oli mesin.

"Iya, Ada pelanggan Cel." Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan menuruni tangga mendahului Galang, Gadis berusia 20 tahun itu kadang menggantikan ibu atau ayahnya menjaga bengkel disela kesibukannya sebagai mahasiswa.

Cukup akrab dengan para pekerja dibengkel itu.

"Apa tadi mas?"

"Master rem sama oli." Ucap lelaki pemilik motor yang hendak diservice itu "

"Master remnya apa bang?" Galang yang baru tiba meletakan box berisi oli itu dan mengambil kotak berisi master rem dari balik etalase kaca "RCB." jawabnya.

"Nggak mau sekalian sama kalipernya bang?" Galang menawarkan set master rem itu pada pelanggan yang hendak membayar itu "Berapa kalo satu set?"

"Satu set master rem RCB sama Ganti oli, satu juta lima ratus delapan puluh ribu mas." ucap Celia setelah menghitung jumlah pembelian lelaki itu.

Lelaki itu mengangguk "Saya ambil satu set mas." Galang mengangguk dan mulai mengerjakan servicenya secara cepat disaat pelanggan lain mulai berdatangan dan ditangai oleh mekanik lain.

"Jib oli samping belum gue ambil, diatas." Remaja yang hendak berjalan melewati Galang itu mengangguk "Sama apalagi bang, sekalian gue keatas." Rajib, mekanik paling muda yang baru bekerja sekitar tiga bulan itu dengan cepat merespon.

"Tanya bang Heri." Ucap Galang menunjuk mekanik lain yang sedang membongkar motor vario milik seorang pelanggan wanita yang kemungkinan mogok karena masalah kelistrikan.

tidak membutuhkan waktu lama bagi galang mengerjakan pergantian master rem dan oli untuk motor besar itu, Galang mendorong mundur pelan motor itu keluar setelah selesai "Arah mana bang?" Tanya Galang hendak mengarahkan motor itu sesuai tujuan pemiliknya.

"Sana mas." Galang mengarahkan motor itu sesuai arah yang diberikan pemiliknya, Selagi lelaki itu membayar Galabg cukup lama terdiam memperhatikan motor dengan modifikasi cukup garang itu berdiri didepannya, lelaki itu mengusap pelan master rem yang baru digantinya dengan senyum dan tawa dalam hati.

Menertawakan mimpinya yang belum berubah.

"RS satu single footrest rcb-nya bagus mas." Ucap Galang menunjuk footrest motor itu saat pemiliknya datang, lelaki itu tertawa kecil mendengar pujian Galang "Makasih mas," ucapnya sambil tertawa bersama dengan Galang, lelaki itu memasang helm fullfacenya dan menyalakan motor itu, meski Galang sudah menjauh ia jelas dapat mendengar betara garangnya bunyi mesin yang keluar dari knalpot prospeed itu.

Tidak ingin berlarut dengan keinginan mustahilnya itu Galang mulai menyibukan diri mengerjakan pekerjaan service lain yang tiba mulai dari sekedar memompa ban kempes hingga pekerjaan palinh menyebalkan bagi mekanik yaitu kerusakan terkait kelistrikan.

"Cel gue keluar bentar." Celia mengangguk melihat Galang yang memasang helm dan melaju pergi saat jam menunjukan pukul setengah dua belas siang hari.

"Telat nggak aku?"

Kiki nampak tersenyum tipis dan menggeleng, menyerahkan tas makeupnya kearah Galang untuk ditempatkan dimotor itu sebelum ia menaiki seat belakangnya.

Kiki menepuk pelan bahu Galang menandakan ia telah siap, Lelaki itu melajukan motornya pelan melewati gang sempit akses kontrakan mereka.

Tidak ada percakapan yang berangsung diantara keduanya, keheningan selalu menjalar diantara mereka setiap kali harus berkendara berdua, itupun jika Galang memulai pembicaraan dan dijawab dengan cara Kiki menulis setiap huruf merangkai kata dipunggung besar lelaki itu.

"Yang ini?"

Galang melihat Kiki mengangguk ketika mereka sampai disebuah rumah besar yang terdapat di perumahan mewah kalangan atas itu.

Sesaat kedua orang itu terpaku sebelum Galang memikirkan motornya dan berjalan mengikuti Kiki memasuki rumah besar itu setelah pagarnya terbuka.

Halaman luas dengan tamanan hias dan kolam kecil itu mungkin bisa membuat lebih dari dua kali ukuran tempat mereka tinggal. Galang sendiri kadang tidak habis pikir dengan bagaimana orang kaya bekerja hingga dapat menghasilkan uang yang mengalir nampak lebih lancar ketimbang air itu.

Uang yang mencari mereka bukan mereka yang mencari uang.

Nampak suasana yang muram karena berkabung cukup membuat Galang mengerti jika manusia pada dasarnya sama namun tetap tidak bisa disama ratakan.

"Lewat sini mas." Ucap wanita paruh baya yang mengenakan pakaian dress hitam itu menuju sebuah ruangan tempat sebuah peti mati yang terbuka.

Galang sendiri sebenarnya sudah biasa dengan pemandangan seperti ini karena itu profesi Kiki, namun ia tidak pernah habis pikir akan keberanian yang dimiliki lelaki itu untuk menggeluti pekerjaannya.

"Mba mohon maaf sebelumnya, temen saya tuna wicara jadi buat komunikasi sedikit—sulit, tapi dia bisa denger," Ucap Galang, selama ini itulah tugasnya disetiap kali mendampingi lelaki disampingnya itu, Kiki tersenyum manis kearah wanita itu ketika Galang menjelaskan kondisinya.

Wanita itu nampak terkejut sesaat namun tidak ambil pusing "Oh iya nggak papa mas, saya lebih suka orang yang kerja nggak banyak ngomong." Ucap wanita itu sangat kaku.

Setelahnya wanita itu menjelaskan kondisi penyebab kematian gadis muda yang berusia 17 tahun itu, Kiki mendengarkan dengan seksama agar bisa memberikan riasan yang sesuai dengan wajah cantik gadis yang terbaring tenang itu.

Tak lama setelahnya wanita yang kemungkinan ibu dari gadis itu nampak menahan tangis dan berjalan keluar meski dengan senyum pahitnya.

"Aku tinggal ya, nanti kalo udah selesai telpon chat aja." Ucap Galang menatap Kiki yang mulai mempersiapkan peralatan riasnya.

Lelaki itu mengangguk dan membuat gestur kata 'Hati-hati' untuk Galang.

Galang berjalan keluar dari rumah besar itu dan menghidupkan motornya pelan melaju diarea perumahan mewah, lelaki itu senang memperhatikan rumah-rumah besar mewah yang ia lihat, diusianya yang mungkin bisa dikatakan bukan lagi anak-anak, lelaki itu tetap memiliki banyak mimpi konyol meski ia pada akhirnya hanya bisa tertawa.

Menertawakan dirinya sendiri, menertawakan betapa payahnya kehidupan yang ia jalani.






To be continued....

Pace nya bakal slow banget kayaknya buku yang ini, bakal membosankan atau enggaknya gue nggak tau, tapi gue mau 'memperlihatkan' semua sudut pandang karakternya nanti.

Luang sekali ternyata hari senin ini ya adik-adik sampai 3 kali update.

PUBLIXXENEMY

THE SOUND OF BEAUTY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang