1

36 4 6
                                    

"Lo yakin?"

Seorang pria yang tengah bersedekap dada dengan menyandarkan tubuh tegap dan tingginya ke pintu kamar tidur yang terbuka lebar itu, kedua matanya menatap sayu seorang anak laki-laki berumur 1 tahun itu tengah bermain dengan riangnya.

"Apapun gue lakukan demi Al. Gue nggak mau dia dikenal dengan anak haram. Hati gue sakit saat orang lain menyebut Al sebagai anak haram," ucap pria itu dengan suaranya yang berat dan sedikit lirih.

Tara -seorang pria itu - melihat punggung tegap Chanyeol terlihat betah menatap Alcander Damian, anak laki-laki dari Chanyeol yang sejak tadi sibuk bermain sendiri, Tara menghembuskan napasnya dengan pelan. Ini adalah keputusan terberat untuk Chanyeol sebagai musisi terkenal di negara ini, setelah bersusah payah untuk menutup semua kehidupan dirinya, kini harus membukanya untuk Al.

"Kalau begitu, ayo kita pergi. Mobil sudah siap," balas Tara dengan tatapan sedihnya ke arah punggung Chanyeol.

Chanyeol memberikan senyuman kepada anaknya, ia membawanya ke dalam gendongan hangatnya. "Dada..dada.." ucap Al dengan lucunya.

"Good boy!" bisik Chanyeol dengan suara beratnya kepada Al. Al tampak bergerak aktif di gendongan Chanyeol.

Tara menuntun pria itu menuju ke arah mobil yang telah disiapkan.

**

" Park Chanyeol mengkonfirmasikan bahwa dirinya telah resmi bercerai dengan seorang wanita yang belum diketahui identitasnya dan memiliki seorang anak laki-laki hasil dari pernikahan sebelumnya. Berikut hasil wawancaranya."

"Selamat malam teman-teman media semua. Berita yang selama ini sudah beredar luas dan menimbulkan spekulasi negatif mengenai keluarga saya, maka saya akan mengklarifikasi. Benar adanya saya memiliki anak laki-laki bernama Alcander Damian, baru berumur 1 tahun 3 bulan, Al merupakan anak kandung saya. Al adalah anak saya bersama mantan istri saya sebelumnya. Jadi, saya harap tidak ada lagi yang mengatakan Al sebagai anak haram. Adapun yang menyebutkan, memberitakan serta menyebar luaskan Al sebagai anak haram, maka saya akan melakukan tindakan hukum. Sekian."

'Lalu siapa nama istri anda sebelumnya, Pak?'

'Apa dia kalangan dari seorang aktris?'

'Apakah dia seorang model yang belakangan ini menjadi bahan berita mengenai kedekatan hubungan anda?'

'Apa penyebab peceraian anda?'

'Tolong konfirmasinya, Pak.'

Blitz kamera semakin menjadi-jadi, Al terlihat tidak nyaman bahkan sudah menangis di dalam gendongan Chanyeol. Chanyeol segera berdiri dari duduknya, dan meninggalkan ruangan itu sembari melindungi anaknya dari kejaran wartawan yang masih membutuhkan informasi. Tetapi, semua wartawan itu ditahan oleh pengawal yang sejak tadi sudah menjaga di pintu ruangan mewah itu.

"Ck..ck..ck.. kaget banget gue dengar berita Chanyeol udah punya anak." Ucap seorang gadis manis itu sembari mengupas bawang yang berada di keranjang kecil itu, ia menatap televisi itu dengan serius. "Gue kira si Chanyeol masih single, eh ternyata udah cerai. Mana punya anak pula," lanjut gadis itu sembari mengupas kulit bawangnya.

"Namanya juga hidup." Sahut seorang gadis yang terlihat sibuk dengan laptopnya.

Si gadis mengupas bawang itu menggelengkan kepalanya kembali, ia masih ikut menyimak berita-berita itu. "Perempuannya siapa, ya? Apa mungkin cewek yang tahun lalu digosipin itu?" gadis pengupas bawang itu kini meminta kepastian lewat tatapannya ia alihkan ke arah seorang gadis yang sibuk dengan laptopnya. "Echa menurut lo gimana?"

Echa yang tengah sibuk dengan laptopnya pun hanya diam, ia masih terhanyut dengan laptopnya.

"Aecha Charissa bentar lagi gue hapus, ya skripsi lo. Lihat gue dulu!" rengek gadis pengupas bawang itu.

Aecha dengan kesal menatap sahabatnya itu yang duduk di lantai sembari mengupas bawang. "Lo hapus skripsi gue, gue cabut nyawa lo. Lagian mana gue tahu anjir! Dia tahu gue hidup aja kagak, apalagi opini tentang janda dia. Kadang tuh, ya, Vi, ada perlunya batas diri untuk tidak mengurus hidup orang." Omel Aecha sembari kembali mengerjakan skripsinya.

Violandita yang terkena semburan sahabatnya itu pun hanya mencibir, ia dengan kasar mengupas kembali bawang itu. "Tiban nanya doang, dibalas 2 sks," gumam Vio dengan pelan.

"Gue dengar, Vi."

"Memang sengaja."

Dan decakan Aecha membuat Vio segera bangkit lalu kabur meninggalkan gadis itu ke dapur. Aecha menghembuskan napasnya pelan kemudian memfokuskan kembali ke skripsinya.

**

Aecha melihat kertas tebal itu dicoret oleh dosennya. Ia memejamkan kedua matanya sekejap lalu membukanya kembali, Aecha sudah pasrah dengan revisi ini.

"Sumbernya belum jelas, terus paragraf kamu tidak rapi. Mana partiturnya? Kamu mengangkat judul analisis, tetapi partitur lagunya sampai sekarang belum ada. Apa yang sebenarnya kamu analisis, mba Aecha? Analisis uang kuliah atau musik?" tanya dosen pembimbingnya ini dengan kalimat sarkas di akhir.

Aecha hanya memberikan senyuman terpaksanya sembari menahan tangannya untuk tidak mencakar wajah pria paruh baya itu dengan senang hati. "Saya merasa buntu, Pak mengenai partitur lagunya, Pak. Karna saya—"

"Kalau gitu, saya kembali kan saja kamu ke semester 1, ya? Untuk anak musik, itu bukan suatu kesulitan dalam membuat sebuah partitur lagu. Bisa-bisanya kamu buntu dengan partitur. Apa yang selama ini kamu pelajari selama kuliah? Ngang.. ngong..ngang...ngong langsung skripsi, gitu?" potong pria tua itu dengan cepat.

Aecha menutup mulutnya rapat-rapat, percuma dia membantah dan berargumen dengan pria tua di hadapannya saat ini. Mood pria itu terlihat sedang tidak baik.

"Maaf, Pak. Saya akan membuat partitur untuk revisi selanjutnya." Tutup Aecha dengan sopan yang tersisa di dirinya.

"Ya, memang wajibnya begitu. Jangan tunggu saya ngamuk dulu, baru kamu kerjakan. Sidang skripsi pun kamu nanti, saya tetap tidak akan berpihak dengan kamu. Jadi, buat baik-baik skripsinya."

"Kalau pun lo berpihak ke gue, mungkin tunggu menara Eiffel pindah ke Semarang kali." Batin Aecha dengan berapi-api.

"Baik, Pak. Terima kasih wejangannya dan revisinya. Saya pulang dulu, pak." Aecha pun membawa kembali skripsinya dan berpamit singkat lalu menjauh dari dosen pembimbingnya.

Sudah berapa kali hari ini dirinya menghela napas dan menghembuskan napas. Aecha menurunin tangga kampusnya dengan lesu, ini revisi sudah ke 1,2,3, ah sudah ke 10 kalinya dalam bulan ini.

"Congratulation! Cie.. bentar lagi nganggur."

"Ayo, foto-foto! Eh, lo yang motoin dong!"

"Gue pakai selempang dulu."

"Yeay! Nanti kita teriak gitu, ya."

Aecha melihat iri dengan mahasiswa yang terlihat bahagia telah menyelesaikan sidang skripsinya. Terlihat penuh akan bunga-bunga dan hadiah-hadiah kecil lainnya. Aecah kembali melirik skripsinya yang dicoret dengan tinta warna merah, dia terlihat menyedihkan.

"Orang-orang kok bisa mulus ya, bimbingannya." Aecha semakin lesu sembari melangkah keluar dari kampusnya.

**

HELLO! Cerita pertama ku di fanfic EXO! Kyaa >//< berhubung Chanyeol oppa sudah mau keluar dari wamilnya, aku mendedikasikan cerita ini untuk para fangirlnya heheh..

Aku sesuaikan kondisi situasinya di Indonesia, ini pertama kali banget loohh aku buat cerita Chanyeol. Tolong support-nya kengkawan.

See ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang