"Di kelas ini ada yang namanya Mina, kan?"
Suasana kelas 11 IPA 1 yang awalnya riuh oleh obrolan beberapa siswa itu menjadi senyap. Semua mata tertuju kepada gadis yang masih sibuk membaca novelnya, mungkin saja gadis itu tidak mendengar namanya dipanggil karena airpods terpasang di kedua telinganya.
"Ssst... Mina."
Mina Kaylee.
Gadis itu melepaskan salah satu airpods yang terpasang di telinganya, kemudian menyahut, "kenapa?"
"Ada yang mencari lo."
Mina mengernyitkan dahinya, seingatnya dia tidak membuat masalah dengan Guru atau pun Siswa. "Siapa?"
"Gue."
Mina terdiam untuk beberapa saat, tidak menyangka siswa yang begitu populer di sekolah ini datang mencarinya. Untuk apa Marvin mencari dia?
Sepertinya, mulai sekarang sampai seterusnya kehidupannya yang begitu damai berubah 180 derajat karena ulah Marvin. Selama ini, dia mencoba untuk tidak melibatkan diri dengan Marvin atau pun circle Marvin.
Sekarang, pria itu datang menemuinya.
"Gue dengar, lo murid terpintar di sekolah ini."
Siapa yang memberi title seperti itu untuknya?! Mina berteriak dalam hati.
"Langsung ke inti, ada urusan apa lo datang kemari?"
"Ayo ikut gue." Marvin menarik pergelangan tangannya, membuat Mina mau tidak mau mengikuti langkah pria itu keluar dari kelas.
Ruang Guru
Langkah pria itu berhenti tepat di depan ruang guru. Mina menghela napasnya berat, "lo kenapa bawa gue ke sini?"
"Lo jangan menolak olimpiade. Kalau lo menolak untuk berpatisipasi olimpiade Fisika, gue yang harus menggantikan lo."
"Wait, what? Jadi, alasan lo menarik gue ke sini untuk mengubah keputusan yang sebelumnya gue buat?"
"Benar," Marvin menganggukkan kepalanya.
Mina mengedarkan pandangannya, ternyata dia baru menyadari ada beberapa siswa yang sedang memperhatikannya—mungkin lebih tepatnya memperhatikan Marvin.
"Lo nggak punya hak untuk menyuruh gue mengubah keputusan. Sampai di sini paham?" Mina menatap datar, kemudian melepaskan cengkraman tangan Marvin dari pergelangan tangannya.
"Mina, tunggu!"
Mina menghembuskan napasnya berat, langkahnya berhenti saat itu juga karena Marvin kembali memegang pergelangan tangannya.
"Gue berasa lagi liat drama korea."
"Kalau dilihat-lihat Mina sepertinya cocok jadi pasangan Marvin."
"Mina itu cantik, sayangnya dia nggak pernah menggunakan kecantikannya untuk populer."
"Mina populer karena sangat pintar dalam akademi."
Mina mendengkus pelan, dia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti sekarang. "Lo menyebalkan!"
"Apa gue harus memohon agar lo mau mengubah keputusan?"
"Wah, Marvin, gue benar-benar nggak habis pikir sama lo," Mina berujar sambil berusaha melepaskan kembali cengkraman tangan Marvin di pergelangan tangan kirinya.
"Mina!"
"Apa?!" Ketus Mina, dia tidak bisa menahan diri lagi. Tidak peduli, bagaimana siswa lain memandangnya sebagai gadis yang kasar atau apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Mistake
Teen FictionMark ft. Mina "Jika menurut lo pertemuan kita adalah sebuah kesalahan, kalau begitu gue bersedia melanjutkan kesalahan sampai akhir."