00

31 1 0
                                    

   Sekarang, atau tidak sama sekali

-----------------------------------------------------------

Pernah tidak, kalian berfikir untuk mengakhiri hidup kalian sendiri?
Atau, pernah tidak kalian berfikir "kenapa masalah ku begitu berat? Kenapa mereka lebih beruntung? Kenapa aku terjebak di posisi seperti ini?"

Stop! Mulai sekarang stop berfikir seperti itu, stop membuat diri Anda lelah dengan keluhan yang anda keluarkan.

Mulai sekarang, coba untuk menikmati proses hidup anda, tanpa membandingkan hidup anda sendiri dengan orang lain.

"Tumben banget liat yang begituan" suara berat itu membuat Oji yang sejak tadi tengah memandang layar ponselnya sembari mendengarkan deretan kata yang di ucapkan oleh sang motivator, seketika mendengus kesal

"Lagi ada masalah?"

Pemuda dengan nama lengkap Septio Fauzi Anggara itu menggeleng, sebagai jawaban "enggak, gak sengaja kepencet tadi"

Sang teman mendecih, tak percaya tentu saja "alibi" pemuda dengan suara berat dan bermata tajam itu masih setia memandang Oji dengan tatapan mengintimidasi

"Apaan?!" Oji tentu sangsi di tatap seperti itu oleh orang di sampingnya, apalagi orang itu adalah Bryan Adam Wijaya, pemuda yang katanya bisa membaca fikiran orang lain lewat sorot matanya

Pemuda yang kerap di sapa Bryan itu tampak tersenyum simpul melihat respon yang di tunjukkan Oji "lo gelisah, lo ngerasain firasat buruk, iya kan?"

"Lo dukun?"

"Pala lo dukun, gue cuma nebak"

Oji sudah tidak heran, tebakan Bryan selalu tepat sasaran. Walau tidak sepenuhnya benar, setidaknya temannya itu tau apa yang ia rasakan sekarang

"Firasat lo itu jangan terlalu di ambil pusing, mungkin itu dampak karna lo terlalu banyak over thinking akhir-akhir ini" Bryan memberi sedikit pencerahan pada temannya itu, ia juga tidak bisa memastikan apakah itu bisa membuat Oji lebih baik atau tidak "gak usah terlalu di fikirin, itu cuma perasaan lo aja"

Oji mengangguk samar, detik selanjutnya ia menoleh memperhatikan sekitarnya yang tampak ramai oleh siswa siswi yang berlalu lalang. Mereka berdua sedang duduk di bawah pohon beringin yang tertanam di pinggir parkiran sekolah.

Bryan tampak melirik jam yang terpasang apik di tangannya, kepala nya juga celingukan kesana-kemari untuk mencari dua orang yang sejak tadi tak kunjung kembali "Ini si Dilon sama Zikri kemana sih, beli jajan doang lama bener"

"Kalau misalnya gue tiba-tiba berhenti sekolah, itu gimana ya?"
Pertanyaan random yang di keluarkan Oji membuat Bryan dengan cepat mengalihkan perhatiannya pada sang teman.

Gawat ini, tingkat over thinking Oji sudah hampir melewati batas " ya gitu" bukannya tidak mau memberi saran atau kata-kata baik untuk sang teman yang sedang dilema itu. Tapi Bryan berani bersumpah, terkadang mulutnya itu suka mengeluarkan kata-kata yang bahkan tidak ia sadari telah mengucapkan nya. Bahasa Jerman nya asal ceplos.

"Kasih saran kek, atau kalau gak punya saran kasih kata-kata gitu" sesuai dugaan, Oji tentu jengkel dengan temannya itu.

"Ya mangap, lo kayak gak tau mulut gue aja"

Merasa sedikit tidak enak, Bryan coba memikirkan kata-kata yang mungkin bisa membantu sang teman. Entah kebetulan atau tidak, matanya melirik sebuah poster yang tertempel di pohon samping tempat duduknya

"Ji, sekarang atau tidak sama sekali" ucapnya dengan wajah serius, tangannya menggenggam bahu sang teman yang tampak bingung

"Apa nya yang sekarang?"

Hah...sudahlah tidak ada yang bisa di harapkan dari mulut Bryan jika di suruh untuk menenangkan orang lain.

"gue tertekan satu rumah sama barongsai kayak Haikal" Akhirnya Oji mengeluarkan isi fikiran yang sejak tadi mengganggu

Sekarang, Bryan faham apa akar dari fikiran temannya itu. Tentu, siapa yang tidak tertekan batin jika punya saudara yang tingkahnya ngalah-ngalahin siluman monyet

"gue tau, ji. Pasti berat kan? Mental lo terkikis tiap hari karna mulut Haikal, kan?"

Oji mengangguk dengan raut nelangsa, mengingat ia tidak bisa bernafas lega setiap Haikal sudah membuka matanya di pagi hari. Ada saja ucapan atau kelakuan yang membuat mereka  bertempur setiap harinya

"gue heran, deh. Haikal itu kan muka nya manis imut gimana gitu, masa iya sekejam yang lo ceritain"

Oji membuang nafas dalam "muka nya emang manis, tapi enggak sama congornya. Sama gua kagak ada manis-manis nya tu bocah"

Bryan menepuk pundak Oji dua kali "semangat, hidup lo berat jangan sampai sekarat, lo belum waktunya jadi mayat"

             •••••••••••••••••••••••••••

Septio Fauzi Anggara

Septio Fauzi Anggara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bryan Adam Wijaya

Heuii aku bawa cerita baru, dan bujang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heuii aku bawa cerita baru, dan bujang baru. Sayangi bujang-bujang ku ini ye, terutama yang namanya Oji 😭😭😭.

Family GrandeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang