2. Gara-gara sayur

9 0 0
                                    


       

Motor Vario hitam itu berhenti di depan kios yang menjual berbagai macam sayur. Pasar tampak ramai mengingat waktu yang hampir menunjukkan pukul empat sore.

Haikal melepas helm di kepalanya dengan kesal, pemuda dengan kaos oblong hitam serta celana ponggol senada itu tak henti-hentinya beristighfar sejak awal perjalanan

"lo kalau ada dendam bilang dong! Jangan gini caranya!"

Oji membuka helm, memandang usil sang adik dengan satu alis terangkat "kenapa, cil?"

"lo tuh ya, hihhh!" Haikal dengan geramnya menarik bulu-bulu di kaki sang kakak hingga pemuda itu menjerit

"Anjir aduh-duh pedes bogel!" refleks Oji memukul tangan Haikal, mengelus pusat rasa sakit, pemuda itu menyesal tidak menggunakan celana panjang.

Harusnya ia tahu, senjata perang Haikal adalah tarikan bulu kaki pada lawannya. Sumpah demi apapun, rasanya perih mintak ampun.

Dua pemuda kasep itu sempat menjadi tontonan warga pasar karna keributan singkat yang kakak beradik itu ciptakan sendiri. Banyak yang geleng-geleng kepala melihat interaksi itu, ada juga yang terpesona pada keduanya, ada yang nyinyir juga karna di nilai ribut tak kenal tempat.

Haikal yang sadar menjadi pusat tontonan segera menaruh helm nya di spion motor dengan kasar "kita belum selesai!" bisiknya penuh intimidasi pada sang kakak

"banyak gaya lo bogel!" meski begitu, Oji segera turun dari vario hitamnya, mengikuti Haikal yang telah lebih dulu berjalan mencari sayur yang di inginkan

Banyak kios sayur yang berjejer di samping kanan dan kiri, dan sudah terhitung 20 menit mereka berkeliling. Namun, Haikal tak kunjung berhenti, ia terus berjalan menyusuri pasar, tanpa mengindahkan panggilan Oji di belakangnya

"hoy! Buset dah!" Oji hampir saja menendang kepala Haikal jika saja ia tak ingat berada di tengah keramaian, bagaimana tidak, anak SMP itu dengan tidak berakhlaknya menyodorkan keranjang sayur di tangannya tepat pada wajah Oji saat pemuda itu sedang toleh sana sini, nyaris wajah tampannya lecet karna keranjang sayur yang hampir berubah jadi keranjang kematian

"lo bawa nih, gak ada inisiatif nya dari tadi!"

Mendapati dengusan kesal Haikal, Oji yang kesabarannya setipis iman tentu naik pitam "eh bocil kematian! Kan dari tadi juga gue udah koar-koar biar tuh keranjang gue aja yang bawa. Kuping lo aja noh dah ke tutup dosa makanya kagak berfungsi dengan baik!"

"buset dah!" Haikal meradang mendapati omelan dari Oji, bocil itu mana mau kalah, apalagi sama peternak lele modelan Oji "lo juga harusnya peka dong! Kan gue ngambek tadi, tarik kek tangan gue, tahan kek, apa kek. Lah lo koar-koar doang kayak penagih pinjol nyasar!"

"korban mbak Andien gini nih" Oji mengusap wajahnya yang basah karma gerimis lokal "lo mending diem dah sekarang ya, kaya cewek pms lo ribet bener!"

"dek, kalau mau adu cocot mending di ujung sana, noh. Luas tempatnya, jangan di jalan begini" tegur seorang bapak-bapak yang sejak tadi memperhatikan mereka "dari tadi saya perhatikan ribut terus, malu dong di lihatin orang-orang pasar"

"kamu!" Oji yang dari tadi mendengarkan pun terkejut saat bapak itu menunjuknya "kamu siapa nya?"

Oji mendengus dalam hati, kenapa jad sepanjang ini "saya abang nya, pak"

"abang dia?" bapak itu menunjuk Haikal untuk memastikan. Oji mengangguk sebagai jawaban

Haikal melirik kanan kiri, sejujur nya ia tidak tau apa maksud dan tujuan bapak ini "Kamu!" dan ketika telunjuk pria paruh baya itu mengarah kepada nya, ia bisa merasakan jantung nya berdetak lebih cepat

"Aduhh ngapa jadi begini sih"

"benar dia abang kamu?"

Haikal mengangguk mantap "iya, pak. Dia kakak saya"

"yang benar abang atau kakak ini!" bentak bapak itu. Haikal ketar-ketir sendiri melihat wajah Oji yang seperti menahan rasa geram

"sabar, orang tua ini" bisik Haikal pada Oji di samping nya. Oji melirik Haikal sejenak, sebelum membisikkan sesuatu yang membuat Haikal tambah ketar-ketir

"gue udah coba sabar, tapi ni orang kayak gak bener dah, dalam lima detik dia masih nyipratin jigong  ke muka gue, kumis nya kandas hari ini juga"

"yang bener aja lo!"

Melihat dua anak muda di depannya malah asik berbisik, pria paruh baya itu naik pitam, merasa tidak di hormati
"kalian! Lagi di bilangi malah asik berdua, gak sopan!"

"beuhh" Haikal meringis pelan, wajahnya basah oleh percikan air suci mulut orang di depannya "bau naga"

Oji menyatukan tangannya dan mengangkat sebatas dada, wajah nya tampak begitu serius sebelum membungkuk begitu dalam "mohon maaf lahir dan batin, pak. Minta maaf kita udah buat keramaian di tengah keramaian, tapi mohon juga di kondisikan air suci nya, muka kita basah, pak. Mohon maaf kan dua orang kasep ini"

Sebelum mendengar ocehan lagi, Oji buru-buru manarik Haikal dan berlari keluar pasar. Di sela berlari mereka berhenti sejenak, karna ingat harus membeli sayur untuk di masak, setelah terbeli, kembali berlari, padahal tidak ada yang mengejar sejak tadi.

Saat sampai dimana motor di parkirkan, nafas keduanya terengah-engah. Oji refleks menyandarkan tubuhnya pada body motor Vario hitam miliknya. Haikal berjongkok setelah meletakkan keranjang sayur di sampingnya.

"Gara-gara lo, nih!" Tuding Oji pada sang adik.

Haikal tentu tak terima, enak saja main tuduh saja "Kok gue? Yang bikin kita harus lari-larian tuh karna lo gak bener ngomong nya sama tuh bapak!"

"Kalau lo gak nyari ribut tadi, kita gak bakal dimarahi sama tuh bapak-bapak"

"Ya kalau lo peka dikit sama keadaan, gue gak bakal nyari ribut"

"Bacot! Gue sumpel kangkung juga idung lo!" Ancam Oji yang terlanjur emosi.

Bukan Haikal namanya kalau diam saja, dengan cepat dia berdiri di depan sang kakak "Nah, ini idung mancung gue! Mana kangkung nya? Masukin nah masukin" Haikal menantang sembari melebarkan lubang hidungnya di depan wajah Oji.

"Upil lo noh angkut dulu" Oji menepis wajah sang adik pelan "Kangkung juga ogah masuk kalau upil lo Segede gaban. Nutupin jalan"

"Sialan" Haikal meringis malu, suer bro, ini upil gak tau sikon banget buset.

Oji tau kalau Haikal tengah menahan malu, jadi dengan inisiatif nya, ia mengambil keranjang sayur dan meletakkan nya di bagian depan motor nya untuk di sangkutkan.

Menatap Haikal yang masih terdiam dengan mulut berkomat-kamit tak tau tujuan, pemuda itu menyala mesin motor. Menatap Haikal dengan raut jenaka "Udah, ayo pulang, udah sore ini"

Haikal mengangguk sekali, tetapi baru saja kaki nya terangkat ke udara untuk menduduki jok motor, Oji dengan biadab nya menarik gas dan meninggalkan Haikal yang masih membeku di tempat.

"YANG UPIL NYA SEGEDE GABAN DI LARANG NAIK MOTOR!" Oji berteriak keras meninggalkan Haikal.

"Memang jamet bajingan!" Tak ada lagi tenaga untuk berteriak, akhir nya umpatan itu hanya terdengar lirih oleh telinga nya saja.

     TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Family GrandeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang