"Nanti malam ada acara Nan?" tanya Elang saat sedang mengobrol dengan Nanda di kantin.
"Gak ada. Besok kamu ada ulangan, mau belajar bareng?"
"Hm... enggak Nan, gue mau ngajak lo jalan..."
Nanda mengangkat kedua alisnya. Tanda ia tak mengerti. "Kemana?"
"Ya jalan, hm... nonton bioskop," jawab Elang.
"Hm. Boleh," balas Nanda sambil tersenyum lebar.
"Ya udah jam 5 sore gue jemput di rumah lo ya."
Nanda mengangguk.
'Apa ini yang kata orang-orang namanya ngedate?' batin Nanda sedikit deg-degan. Pasalnya ini baru pertama kalinya dalam hidup Nanda ngedate sama cowok.
*
"Ma," panggil Nanda kepada Mamanya yang sedang menghias kue.
"Iya Nan ada apa?" tanya Mama Nanda sambil menaruh beberapa hiasan di atas kue pesanan langganannya.
"Hm... jadi gini Ma, aku diajak jalan nanti sore Ma. Mungkin bakal sampe malam."
Mama Nanda langsung menghentikan aktivitasnya. Lalu menghadap Nanda. "Cowok/cewek?" tanya Mama Nanda.
Nanda mengernyitkan alisnya. "Maksud Mama?"
"Yang ngajak kamu jalan."
"Oh... hm. Cowok."
Mama Nanda langsung berseru heboh. "Astaga ternyata anak Mama udah pacar-pacaran ya..."
"Ih Mama bukan pacar, ini cuman teman," sela Nanda sambil menunduk malu.
"Masa sih? Temen kok sampe malu-malu gitu kamunya?"
"Malu-malu gimana Ma? Aku biasa aja kok."
"Ya deh ya deh.... omong-omong dia gimana? Kelas mana? Ganteng gak? Baik pasti ya? Terus..."
"Stop! Stop! Ma! Kok jadi beruntun gitu pertanyaannya Ma. Dia baik pokoknya Ma. Jadi, Mama ngijinin gak?" sela Nanda lagi sebelum Mama-nya tambah menggodanya.
"Oh ternyata dari tadi kamu mau minta ijin sama Mama, kirain Mama mau dikenalin gitu," goda Mama Nanda sampai membuat pipi Nanda bersemu merah.
"Mama ijinin kamu, tapi pulangnya ga boleh lebih dari jam 8 malam!" tegas Mama Nanda.
"Hehe... makasih ya Ma! Sebenernya Nanda juga mau minta tolong ke Mama tolong bantuin Nanda milih-milih baju ya! Buat jalan nanti hehe..." Nanda memeluk Mamanya dari samping.
Mama Nanda tertawa. "Siap putriku."
*****
"Ma ini ga berlebihan? Antingnya gede banget Ma?" tanya Nanda sambil mematut dirinya sendiri di depan cermin.
"Enggak kok Sayang, itu ga gede-gede banget! Kamu aja yang kurang biasa makenya," balas Mamanya sambil merapikan rambut Nanda yang hitam legam.
~you were everthing, everything than I wanted, and we were meant to be, supposed to be, but we lost it.~
Bunyi dering telepon bergema di seluruh penjuru kamar. Nanda melihat nama Elang di layar HP-nya. Dengan senyum mengembang Nanda mengangkat telepon dari Elang.
"Halo Lang."
"Hai Nan, lo dah siap? Gue udah di depan rumah lo nih."
"Udah kok. Aku keluar ya sebentar lagi."
Klik.
Nanda memutuskan sambungan. Lalu ia cepat-cepat mengamit tangan Mama-nya kemudian menciumnya.
"Nanda pergi dulu ya Ma."
"Hati-hati ya Sayang! Sukses!"
Nanda hanya senyum-senyum mendengar pesan Mamanya. Kemudian dengan cepat melesat keluar menemui Elang.
Sebuah mobil BMW hitam sudah terparkir mulus di depan pagar rumahnya. Nanda segera menghampiri mobil tersebut lalu masuk ke dalam.
"Hai Lang, maaf lama."
Elang menoleh, ia terkesiap, Nanda sungguh cantik. Dengan riasan sederhana. Lalu kaca mata kotak yang biasa membingkai mata Nanda sudah menghilang entah kemana digantikan oleh soflens cokelat yang tampak serasih menghias mata Nanda.
"Lo... cantik," ujar Elang tanpa sadar.
Nanda hanya tersipu malu mendengar pujian Elang. Sedangkan, Elang seolah tersadar cepat-cepat mengacungkan 2 tiket film Divergent kepada Nanda.
"Oke sekarang kita ke bioskop ya! Gue udah beli 2 tiket film," ujar Elang menetralkan suasana.
Mobil mulai melaju meninggalkan rumah Nanda di belakangnya. Di perjalanan Elang tidak henti-hentinya memuji Nanda yang tampil cantik sore ini.
Nanda tidak tahu bahwa ia sudah mulai terpikat ilusi Elang.
*****
Film akan segera di mulai. Nanda memakan pop crown yang sudah dibeli Elang sebelum masuk bioskop.
"Nan, gue mau ngomong sesuatu," ucap Elang perlahan.
Nanda menoleh. "Kenapa Lang?"
"Hmm... mungkim ini gak romantis banget ya, tapi gue ga bisa menahan gejolak perasaan gue lebih lama lagi, gue sayang sama lo Nan, lo mau jadi pacar gue?"
Nanda amat sangat terkejut, ia tidak menyangka Elang memiliki perasaan yang sama dengannya. Ya, sebenarnya, memang Nanda sudah lama menyukai Elang, tepatnya sejak pertama kali bertemu.
Tidak perlu menimbang-nimbang lebih lama lagi. Nanda segera mengangguk.
Lampu bioskop sudah dimatikan. Hanya tersisa penerangan remang dari layar film.
"Makasih Nan."
Di dalam keremangan bioskop Elang tersenyum menyeringai. Sebentar lagi semuanya akan selesai.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion Of Love (3/3 END♡)
RandomKamu tidak pernah nyata. Tepatnya, cintamu kepadaku, tidak pernah nyata. Tidak pernah ada. Cintamu hanya ilusi semata. Rayuanmu hanya bualan yang akan hilang begitu saja. Bualan-bualanmu yang manis telah kumakan tanpa waspada. Kamu, kamu membangun...