04. His Name Jaemin.

72 8 0
                                    

Jeno duduk di pantry dapur sambil meminum susu hangat rasa vanilla, ruangan itu gelap, hanya diterangi cahaya remang-remang.

Jam menunjukkan pukul 11 malam, sudah begitu larut malam. Tapi Jeno masih belum tidur meski matanya sudah begitu berat.

"Tuan muda ... Sebaiknya anda segera tidur," Yuta yang berjaga di ruang tamu-- tepat disamping dari area dapur menyeletuk.

Jeno tersenyum, ia menyandarkan kepalanya pada lipatan tangan diatas meja. "Hyung~ kenapa kaku dan formal sekali padaku? Padahal kita hanya berdua," tukas sedih Jeno.

"Kita sudah hampir 3 tahun bersama, kau masih belum menganggap ku orang terdekatmu?" Sambung Jeno mencurahkan isi hatinya, ia terlihat meracau seperti orang mabuk, padahal yang diminum bukanlah alkohol.

Yuta menghela nafas, ia berjalan mendekati tuan mudanya lalu duduk disampingnya. Menatap pemuda yang lebih muda 12 tahun dibawahnya, tatapan sayu terkesan ngantuk ingin tidur membuat Lubuh hatinya gemas.

"Tuan muda, haruskan membawa orang asing itu kesini?" kata Yuta, ia merasa sedikit resah.

Jeno memejamkan mata lemah dengan bibir yang melengkung tersenyum manis tanpa paksa. "Memangnya kenapa? Inikan gedung atas namaku."

Yuta kembali menghela nafas. "Bagaimana jika tuan besar tau."

"Hyung ingin memberitahu?"

Memang tak akan henti dan habisnya jika berbicara dengan tuan muda yang tidak ingin kalah, Yuta dibuat bingung dengan posisinya sebagai supir, penjaga serta pengawas Jeno yang diperintahkan oleh tuan besarnya, melaporkan semua kegiatan yang dilakukan oleh Jeno pada Johnny.

Tapi disatu sisi ia juga menyayangi Jeno, sudah lama ia bersama dengan tuan mudanya. Cukup tau dengan kelakuan dan sifatnya yang seenaknya, manja serta sombong. Ia memaklumi sebab Jeno masih begitu muda dan labil.

Tanpa di pinta dan disuruh pun Yuta ingin melindungi Jeno, ia sudah menganggap Jeno sebagai kerabat dibalik sikap profesional sebagai penjaga.

"Hyung~ tidak kasiankah pada orang lusuh itu?" Cicit Jeno lemas karena tak tahan lagi menahan kantuk, "Hyung tidak ingat bagaimana dulu aku sebelum menjalani hidup begini?" sambung Jeno yang mulai tertidur.

Yuta kembali menghela nafas berat, tangannya terulur mengelus rambut Jeno yang begitu halus dan lembut. Membuat sang empu semakin nyaman terlelap.

Yuta perlahan menggendong tubuh Jeno dan dibawa ke kamar tamu disamping kamar utama, tak jauh dari area dapur. Tak ingin badan tuan mudanya sakit karena tidur diposisi tidak nyaman.

...

Pintu kamar terbuka setelah ketukan 3 kali dari luar.

"Tuan, anda diminta segera keruang mkn oleh tuan muda Jeno." Seorang pelayan wanita paruh bay dengan sanggul memintanya dengan sopan untuk segera keluar.

Jeno sudah duduk di kursi ruang makan yang mengarah langsung ke pintu kamar yang ditempati oleh pemuda lusuh itu tidur dan membersihkan diri.

Menatap pintu yang tertutup setelah menyuruh pelayan part time memanggil orang asing itu keluar. Mana mau Jeno turun tangan menemui orang itu.

"Apa sih yang dilakukannya didalam? Lama sekali," gerutu Jeno menatap sebal kearah pintu yang tak kunjung terbuka 10 menit lamanya.

Tak lama kemudian pintu itu pulau terbuka, Jeno bersedekap dada dengan sebelah kaki menumpu dikaki lain.

Dengan kikuk orang yang menepati kamar itu keluar, pertama menyembulkan kepala melihat sekitar lalu keluar semua badannya dengan canggung mendapati tatapan tak mengenakan dari Jeno.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Charm of Mr Seo - Johnjen Ft. Jaemjen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang